21. Maaf

19 11 0
                                    

   Semua orang tertuju ke arahku saat diriku memasuki kelas. Ini tidak seperti biasanya semuanya menatap ke arahku dengan tatapan melongo seperti ini. Kemudian Dimas berceletuk,"wah apa ini? Atma berpenampilan berbeda dengan memakai bando hitam terdapat topi kecil di sana."

  Seketika aku sadar bahwa mereka tertuju ke arah bando yang ku kenakan. Pipiku sedikit memerah karena malu, ini adalah pemberian dari Mas Daisuke kemarin jadi lebih baik aku memakainya buat berjaga-jaga saja.

"Tidak. Aku berpenampilan sama saja seperti biasa hanya saja ada bando yang singgah di kepalaku." kataku segera berjalan menuju bangku ku dekat dengan April.

"Atma kelihatan berbeda kalau pakai bando itu. Seriusan, itu sebagai penilaian dariku." kata Niall mengalihkan pandang ke arahku memberikan nilai kemudian kembali fokus dengan ponselnya.

"Auranya berbeda, aku bisa melihatnya secara jelas." sahut Alvin nada datar.

"Dingin banget kau, Al. Hari ini." kata Haru mengomentari sifat Alvin yang agak dingin dari biasanya.

  Aku hanya bisa tersenyum menganggap komentar para anak laki-laki. Ya, karena di kelas 1-E hanya ada 4 anak perempuan dan sisanya laki-laki, apa boleh buat. Zulfa berdiri di bangkunya sembari membawa buku kas umum kelas.

"Ayo waktunya penagihan kas hari ini! Nanti uangnya segera ku setorkan sama Bu bendara sekolah." kata Zulfa menyuruh semua teman-teman untuk membayar kas.

  Membayar kas ini untuk pembangunan sekolah yang kemarin tidak sengaja ambruk kena kekuatan over power milikku. Jalanan pun retak. Jadi aku ini seperti Winda yang tidak bisa mengendalikan kekuatan sebab kekuatannya sangat besar. Sampai-sampai Mas Daisuke memberikanku accecories ini.

   Aku melihat semuanya membayar kas tanpa ada keributan sama sekali dan alasan yang membuat Zulfa ingin naik pitam. Tetapi sejauh ini, Zulfa tidak pernah marah sama teman-teman masalah kas double. Biasanya Jesse yang double, double karena keadaan. Dengar-dengar Jesse pernah bertemu ayah kandungnya dan menolak ajakan ayahnya.

    Jesse memiliki tanggung jawab besar di kost tersebut terutama balas budi dengan pemilik kost yang sampai sekarang pemuda itu tempati. Selembar uang lima puluh ribu rupiah di sodorkan ke Zulfa.

"Ini buat penutupan kas biar aku tidak double lagi." kata Jesse dan Zulfa tidak sebegitu yakin.

"Kau yakin? Bakal membayar kas lima hari ke depan. Tidak keberatan?" kata Zulfa dibalas gelengan Jesse.

"Tidak keberatan. Tenang aja, penghasilanku sudah pas-pasan kok." jawabnya dibalas anggukkan Zulfa dan ditulisnya ceklis di buku catatan bendara kelas.

"Atma!" panggil April di belakang memanggilku.

Aku menghampirinya dan bertanya,"ada apa Pril?" tanyaku.

"Nanti sepulang sekolah ke rumah Yuli. Pasti dia membutuhkan kita." kata April ku balas anggukkan mantap dan menunjukkan jempol tanganku.

"Okay. Kalau gitu kita semua bakal membesuk Yuli." kataku dibalas anggukkan mantap dan memberikanku pesan untuk diam terlebih dahulu sebelum semuanya tau rencana membesuk Yuli.

Belum lama kami berdua membicarakan rencana buat membesuk Yuli. Gadis yang aku dan April bicarakan memasuki kelas. Di sambut oleh Zulfa yang kebetulan ingin ke tempat duduk setelah menarik uang kas.

"Eh Yuli. Udah sehat, tubuhmu?" tanyanya dibalas senyuman tipis melirik ke Zulfa.

"Alhamdulillah, udah sehat." katanya meletakkan tas di bangkunya.

"Eh. Kok di depan sekolah bangunan di sebelah kanan bisa ambruk begitu. Kenapa?" tanya Yuli membuat kami bertiga hanya bisa diam membeku. Bingung untuk menjelaskan secara rinci.

Kembali Sekolah Aneh {The End}Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang