39. Membuntuti

21 11 5
                                    

   Ponsel April berdering di dalam sakunya. Kakiku terasa sakit karena tidak sengaja terkilir saat pertandingan, sungguh ceroboh sekali diriku. Mas Daniel menuntunku dan memintaku untuk duduk lalu Zulfa berusaha menyembuhkan kakiku yang terkilir. Hari dimana harus merasa senang meraih kemenangan tergantikan oleh kesedihan.

Raut wajahku sama sekali tidak senang ketika tahu, kalau ayah telah melupakan keluarganya. Sakit hati rasanya. Air mata tidak sengaja lolos dari kelopak mataku dan segera dihapus oleh Mas Daniel yang membuatku tersenyum tipis ke arahnya. Dari sorotan mata Mas Daniel terlihat jelas, ia juga sedih mendengar kebenaran barusan.

Namun, dia berusaha untuk menyembunyikan sisi lemahnya dengan rasa tangguh. Zulfa hanya bisa  menatap kami berdua dengan senyuman tipis sambil menyanyikan lagu agar penyembuhan cidera di kakiku, cepat sembuh. Pak Sam menghampiri kami berdua untuk bersabar.

"Juna dan Atma. Kalian berdua yang sabar ya. Pasti nanti ayah kalian ingat sama kalian berdua. Aku yakin itu!" ucap Pak Sam mencoba menghibur kami berdua.

Aku tersenyum senang melihat wali kelas 1-E ini yang berusaha menghibur anak didiknya. Walau kami semua selalu saja membuat sekolah poranda akibat kekuatan dan tingkah murid 1-E. Salah satunya adalah aku telah merobohkan separuh gedung sekolah. Sadar, kalau kekuatanku memang terlalu OP. Organisasi hitam bernama Black Hawk juga masih bersikeras mencari keberadaan ku.

"Terima kasih, Pak Sam telah mengibur kami berdua." ucapku sesekali menoleh ke Mas Daniel.

"Senang mendengarnya. Memang menyakitkan mendengar kenyataan kalau orang yang kita sayangi melupakan kita begitu saja. Apalagi orang itu berharga." kata Pak Sam sedikit kikuk dan berusaha menutupi rasa kikuk itu dengan senyuman manis.

Senyuman manis Pak Sam sangat manis membuat hatiku sedikit senang. Aku sampai heran, bagaimana bisa SMA Krias 04 mendapatkan guru seperti Pak Sam yang bergaya ala oppa-oppa Korea? Tidak hanya itu saja, Pak Sam juga salah satu Fanboy dari member BTS yaitu Jungkook.

"Pak Sam!" panggilku. Pak Sam menatapku sambil berdehem.

"Apa rambut Pak Sam, tidak ganti cut hair?" tanyaku terkekeh kecil.

"Kenapa kamu hanya begitu, Atma? Apa rambut Pak Sam jelek dan tidak mirip sama Jungkook?" tanya Pak Sam polos sambil memegangi rambutnya. Aku yang mendengarnya tertawa terbahak-bahak.

Lalu Dimas menyahut dari belakang. "Pak Sam sudah cakep kalau dilihat dari lubang sedotan!"

Mata Pak Sam melotot ke arah Dimas yang seenak jidat mengejek gurunya. "Dimas! Kamu tidak sopan sama, bapak! Orang cakep kayak Jungkook gini dibilang begitu." protes Pak Sam berkacak pinggang ke Dimas.

Dimas ngakak parah dan Zulfa menggelengkan kepala melihat kelakuan absurd teman-temannya. Zulfa selesai menyembuhkan kakiku yang terkilir. Aku mencoba bangkit berdiri dan mencoba jalan santai sambil mengayunkan kaki. Senyuman mengembang terlukis di bibirku.

"Wah, udah sembuh! Makasih Zulfa." ucapku kegirangan. Zulfa membenarkan kacamatanya, mengangguk.

"Sama-sama, Atma."

"Bapak akan menerima hadiahnya. Kalian boleh jalan-jalan sekitar sini. Sebelum pulang ya." kata Pak Sam pada kami semua, dibalas anggukkan.

Aku melihat April sudah tidak ada di sini. Yuli berkata kalau ia mengejar Haku di susul oleh Jesse, mereka mengikuti ayahku. Mas Daniel bertanya alasan mengapa mereka mengejar ayah kami berdua? Yuli mengangkat kedua bahu tidak tahu sebab membaca pikiran Yuli tiba-tiba tidak berfungsi.

"Apa kekuatanmu diambil sama orang lain kayak dulu?" tanya Zulfa dibalas gelengan Yuli.

"Tidak."

Dimas melipat kedua tangan di dada, berkata,"itu aneh banget. Kamu membaca pikiran Haku?"

Kembali Sekolah Aneh {The End}Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang