54. Rasa Curiga

27 10 2
                                    

  Fajar sudah tidak memiliki beberapa waktu dikarenakan setiap ia melakukan aktivitas selalu saja di awasi oleh sebagian anggotanya. Jadi ia tidak bisa menghubungi Pak Santoso, kepala kepolisan buat melapor sejauh ini ada pengembangan atau tidak. Bisa dikatakan Fajar sudah berada di markas ini selama 10 hari dan seharusnya ia sudah pulang dari sini.

Melakukan penyamarannya juga tidak sepenuhnya mulus, ada-ada juga kendalanya terutama orang bernama Kazuki. Ia selalu saja mengawasi tindak tandu Fajar selama di Black Hawk, memang ia termasuk anggota yang tidak punya kekuatan element jadi setiap harinya ia menjaga markas dari kepolisian dan saling menaruh curiga satu sama yang lain. Karena kelompok anggota yang tidak memiliki kekuatan pasti salah satu dari mereka pengkhianat.
 
   Salah satu dari mereka ada yang menggerutu kesal karena atasan tidak memercayai anak buahnya sendiri. Peraturan yang tidak masuk akal menurut mereka. Kalau begini terus, Fajar bisa saja akan ketahuan. Saat Fajar melewati lorong dan melewati salah satu lab, dimana orang-orang yang mereka culik, dimasukkan ke dalam sini. Fajar jadi teringat di bangunan terbengkalai yang sering kali ia datangi. Di lantai dua, ternyata ada banyak petunjuk disana dan tempat dimana dua adiknya sebagai uji coba manusia.

    Pria itu sangat penasaran dengan ruangan tersebut dan pintunya kebetulan, terbuka sedikit. Ia ingin memastikan, bahwa ruangan lab itu sama persis seperti apa yang pernah ia lihat di tempat bangunan terbengkalai itu. Tangannya terulur maju ingin menyentuh ganggang pintu dan mendorongnya sedikit. Sayangnya, pergerakkan itu terhenti sebab ada suara Kazuki. Ini membuat jantung Fajar seolah berhenti berdetak seraya membulatkan mata lebar.

Gawat!—batin Fajar.

"Sadam! Apa sedang kamu lakukan?" tanya Kazuki menghampiri Fajar.

Fajar tersenyum dan menutup lab tersebut rapat-rapat. "Ah, tidak apa-apa, Tuan Kazuki. Saya hanya ingin menutup pintu lab yang tadi terbuka." ucap Fajar begitu yakin, bahwa ia ingin menutup lab tersebut.

Kazuki sama sekali tidak langsung percaya apa yang dikatakan oleh pria didepannya. Mata pria tersebut menyipit, berkata,"benarkah?"

"Iya, benar, Tuan Kazuki. Kalau begitu, aku pamit dulu ya." kata Fajar mencoba menghindari dari Kazuki dan juga pertanyaan jebakan yang bakal membuat lawan bicaranya, keceplosan.

  Fajar tersenyum dan ketika melewati Kazuki, lirikan Kazuki begitu tajam ke arah Fajar. Beberapa langkah kemudian, Kazuki angkat bicara membuat langkah kaki Fajar berhenti detik itu juga. Ada rasa, khawatir dan juga takut dengan penyamarannya. Menang benar yang dikatakan Pak Santoso dan juga Yada bahwa melakukan misi penyamaran tidak lah mudah dan harus bertindak cepat agar gerak-gerik mu tidak mudah untuk dicurigai oleh musuh.

Payah sekali aku dalam penyamaran ini, batin Fajar.

"Tunggu!" jantung Fajar seperti berolahraga lari maraton, ia sangat takut kali ini bahkan keringat dinginnya mengucur dari pelipis.

  Pikirannya sudah tidak karuan, suara derap kaki terdengar dari belakang dan bahunya ditepuk oleh Kazuki. Fajar berusaha untuk menahan nafas sementara dengan tujuan agar tidak nervous.

"Tolong jagain lab khusus sebentar!" pintanya ke Fajar.

Dalam benaknya seketika muncul karena ada kesempatan kedua buat jagain lab khusus, tempat ibunya disekap dan sudah waktunya buat menyelamatkan ibunya itu. Fajar hanya bisa mengangguk mengiyakan. Kazuki juga mengangguk dan memperingatkan ke Fajar buat ekstra hati-hati menjaga lab itu.

"Baik, Tuan Kazuki. Saya akan menjaganya dengan baik." kata Fajar tersenyum ke pria yang sama sekali tidak punya menunjukkan senyuman manis.

Hampir mirip dengan adiknya, Daisuke. Ia tidak pernah senyum maupun tertawa, aneh. Tak mau ambil pusing akhirnya Fajar ke lab khusus itu memandangi ibunya yang tertidur di dalam tabung berisikan air dan juga selang di tubuhnya. Mata cokelat milik Fajar terus melihat wajah wanita itu. Dan juga mencari cara buat kabur dari sini.

Kembali Sekolah Aneh {The End}Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang