04. Peretas menyamar jadi idol

36 13 0
                                    

  Air sudah mendidih dengan segera ku masukkan mie ke dalam air yang mendidih tersebut dan aku menyiapkan bumbu-bumbu di atas piring. Lagi pengen buat mie, setelah sudah menyiapkan bumbu, aku mengambil sosis beku di freezer. Kemarin, Mas Fajar membelikan banyak makanan. Tentu saja, membuat Mas Daniel antusias.

Kakakku satu itu memang antusias kalau ada makanan doang—batinku.

Aku mengambil tiga biji sosis panjang lalu mengambil pisau dan mengirisnya menjadi kecil-kecil. Tidak lupa dengan telur serta mangkok. Rencananya separuh sosis ku campurkan ke telur dan sisanya di goreng.

Mantap nggak tuh.

Meski aku ini jarang banget di dapur, sekali di dapur berasa jadi master chef Indonesia, hahaha. Ketika asik mengiris sosis, tidak sengaja benda tajam yang ku pegang mengenai tanganku. Tentu saja, aku meringis kesakitan.

"Awh!" ringisku mengangkat tangan yang perih mengeluarkan darah akibat benda tajam, pisau tersebut terjatuh begitu saja di lantai. Membuat besi yang bertatap langsung ke lantai membuat bunyi amat nyaring seperti sendok dan garpu beradu.

Ting!

Dari arah luar dapur terdengar suara Mas Taiga yang mendengar ada kebisingan di dapur. Aku segera mencuci tanganku di wastafel, namun, aku kurang cepat. Pemuda berambut pirang itu dengan cepat menghampiriku dan melihat kalau jariku berdarah.

"Ya allah, kenapa bisa tanganmu berdarah?" tanya Mas Taiga dan pemuda tersebut memegang tanganku lalu menghisap darah tersebut, meludahnya ke wastafel.

"Bersihkan, lukamu dulu!" titahnya padaku lalu Mas Taiga mengambil sesuatu di PK3. Ku membersihkan luka itu di air mengalir setelah itu, Mas Taiga kembali meraih tanganku dengan cepat ia menutup luka kecil tersebut menggunakan handsaplas.

"Beres. Lain kali hati-hati." ucap Mas Taiga sembari melihat apa yang ku masak. Ia tersenyum sumringah sembari berkacak pinggang.

"Wah masak mie nih. Kelihatannya enak, buatin ya. Adikku yang manis." ucapnya sembari membujukku agar aku mau buatin dia sesuatu yang lezat. Meliriknya bentar sembari mematikan kompor.

"Malas. Buat sendiri. Aku capek lah." kataku membuat Mas Taiga mengerucutkan bibir dan berkata,"yah, sayang sekali. Ayolah! Atma, buatin aku. Biasanya kan aku yang buatin sarapan, makan siang dan makan malam." katanya membuatku berdecih kesal mendengar ucapan membual Mas Taiga.

"Cih! Padahal setiap hari yang buat itu Mas Daisuke dan kadang Mbak Dewi kalau datang ke sini. Huh, aku berpikir kalau Mas Daisuke lagi dekat sama Mbak Dewi." decihku sembari berkomentar tentang kedekatan Mas Daisuke dengan Mbak Dewi.

Seriusan deh, bahkan aku pernah bertanya ke Mbak Dewi. Bagaimana awal pertemuan mereka berdua? Maklum lah, aku kan kepo dikit gitu dan ternyata waktu Mas Daisuke naik ke skateboard terbang mengejar anggota Black Hawk. Huh, masalah organisasi itu, tidak akan pernah habisnya walau dijelasin secara rinci.

Mas Taiga tentu saja tidak mau disudutkan kalau ia tidak pernah masak di dapur. "Enak aja! Aku ini pernah buatin masakan lezat." aku menoleh ke Mas Taiga.

"Iya sih, enak tapi aneh. Masakan Mas Taiga rasanya sangat membingungkan, nggak bisa dijelaskan oleh kata-kata." kataku.

"Lidahmu aja yang terbalik." kata Mas Taiga nggak mau kalah.

Kami berdua saling beradu tatap kuat. Lalu kami saling mengalihkan pandang satu sama lain. Mendengar Mas Taiga bergumam sesuatu, tentu aja, aku bisa mendengarnya secara jelas.

"Aku bisa masak apapun dan rasanya enak banget tentunya." gumam Mas Taiga.

"Masakan ku jauh lebih enak daripada masakan Mas Taiga." gumam ku menoleh ke Mas Taiga, ia juga menoleh ke arahku.

Kembali Sekolah Aneh {The End}Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang