Chapter 08

3.1K 421 26
                                    

Lusa menjadi hari di mana Aalisha akan meninggalkan kota ini dan berangkat ke akademi Eidothea. Jadi di luar perbatasan ada bangunan khusus yang menjadi pemberhentian kereta kuda yang dikirim akademi untuk membawa setiap muridnya, terutama murid angkatan baru. Sebenarnya ada banyak akses untuk menuju akademi Eidothea, seperti menggunakan kereta kuda, melalui kereta api, kapal bagi yang berbeda pulau bahkan dapat menggunakan teleportasi. Serta masih banyak lagi. Menggunakan naga juga bisa, tetapi tak ada yang senekat ini.

Harusnya para murid dapat menggunakan akses kereta api yang lebih cepat sampai dibanding kereta kuda, tetapi sekitar tiga Minggu lalu dikatakan ada invasi mendadak dari monster di sekitaran jalur kereta. Sudah dikirim pasukan khusus untuk membasmi monster tersebut, tetapi masih ada tiga monster jenis wyvern yang berkeliaran. Atas hal inilah menggunakan jalur kereta ditiadakan sementara.

"Kini tinggal satu hari yang tenang."

Aalisha menutup bukunya. Jujur sekali jika ia merasa sangat lelah berada di kota ini. Terlebih lagi karena bertemu dengan gadis gila yang ternyata satu akademi dengannya. Aalisha hanya perlu berharap jika mereka melupakan Aalisha yang seorang murid baru serta pertama kalinya belajar di akademi seperti anak-anak normal pada umumnya.

Cyubes yang mengambang di sampingnya menampilkan pesan dari Owen yang mengucapkan selama atas pencapaian Aalisha yang masih hidup di kota ini serta memintanya untuk jalan-jalan sebelum benar-benar tinggal di akademi.

Haruskah Aalisha mengikuti saran Owen? Namun, untuk apa pergi jalan-jalan lagi, ia sudah merasa puas melihat kota ini dengan segala kericuhannya, lebih tepatnya kericuhan yang Aalisha perbuat.

"Baiklah, jalan-jalan sebentar takkan membunuhku." Aalisha meraih pisau kecil di atas nakas, lalu mengenakan jubah, kemudian tersenyum setelah menutup pintunya. "Mari lihat keajaiban mengagumkan dunia ini."

****

Berada di luar, para warga terlihat beraktivitas seperti biasa. Berbeda dengan hari-hari sebelumnya yang lebih padat karena banyak sekali orang-orang yang pergi ke kota ini untuk mencari barang-barang terutama kebutuhan untuk belajar di akademi nanti. Sepertinya mereka sedang menghabiskan waktu untuk beristirahat atau pulang ke desa mereka sebelum pergi ke akademi nanti.

Ia membuka peta yang menunjukkan keseluruhan kota ini, dilihat ada banyak sekali tempat yang belum ia kunjungi serta tempat yang terkenal serta menjadi tujuan dari setiap pengunjung kota ini. Seperti pusat perbelanjaan, tempat pertunjukkan sirkus maupun opera, lalu restoran ternama lainnya. Dari sekian banyaknya tempat yang bisa melepas penat, Aalisha tak memilih satu pun tempat tersebut.

Aalisha tak terlalu suka tempat yang ramai. Di kediamannya, ia jarang atau tak pernah sama sekali berbaur dengan keramaian. Hal ini karena semua keramaian membuatnya risi, ia lebih suka ketenangan seperti perpustakaan atau taman yang jarang dikunjungi oleh orang lain. Sayangnya, taman di kota ini menjadi salah satu pusat kunjungan karena keindahannya.

Andaikata suatu hari dunia menuju kehancuran, setiap makhluk hidup berusaha membuat koloni, maka Aalisha tak masalah jika harus hidup sendirian karena ada atau tidaknya makhluk lain takkan mengubah takdirnya. Takkan mengubah hidupnya menjadi akhir yang bahagia.

Keputusan telah ia ambil, Aalisha akan mengunjungi daerah di pinggiran kota yang berupa tanah lapang dengan rerumputan terbentang luas, tanah itu juga dekat dengan hutan di kota ini. Tenang saja, hutan di sini kabarnya bersih dari monster maupun iblis. Meski ada beberapa binatang magis yang sering terlihat, binatang itu takkan menyerang asalkan tidak diganggu.

"Ya, mari nikmati hari ini, sebelum hari sial lainnya menanti."

****

Berada di sini, Aalisha bisa memandang indah rerumputan yang terhampar luas. Sangat sesuai dengan ekspektasinya. Terlebih lagi tidak ada orang lain, hanya ada dirinya. Angin berembus membelai setiap rambut panjangnya. Sangat menenangkan, ternyata dunia tidak seburuk yang ia pikirkan, begitu indah jika ia menemukan tempat-tempat yang memang diberkahi para Dewa.

Book I: The Arcanum of Aalisha [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang