Chapter 52

2.4K 368 75
                                    

|| Vote dan komen sebelum kalian semua ditimpuk Aalisha

Di salah satu ruang kelas sedang berlangsung mata pelajaran ramalan yang diajar oleh seorang profesor bernama Magdalena Godiva, dia memiliki rambut jingga hampir cokelat, rambutnya agak ikal, serta sangat panjang. Wanita itu mengenakan gaun yang juga panjang hingga menyentuh lantai, setiap dia melangkah, gaunnya seolah menyapu debu-debu di lantai dengan senang hati. Suaranya sangatlah pelan sampai-sampai beberapa murid harus mempertajam pendengaran mereka jika tidak akan tertinggal satu kata yang diucapkannya.

"Harusnya aku bolos saja, aku lebih suka cara mengajarnya profesor kelas sebelah," ujar Eloise sedikit berbisik pada Nathalia yang senantiasa menulis di buku catatan, tidak, gadis cantik itu bukan sedang menulis melainkan menggambar. Ia sama seperti Eloise yang tidak mencatat apa pun yang disampaikan profesor Godiva.

"Ya, kuakui profesor sebelah lebih baik mengajar bidang ini," sahut Nathalia. Profesor sebelah yang mereka maksudkan adalah profesor lain yang mengajar di angkatan tahun kedua dalam bidang mata pelajaran ilmu ramalan, tetapi profesor ini adalah seorang pria yang asyik sekali ketika mengajar, tidak seperti profesor Godiva yang sangat membosankan. Selain itu, hal tak mengherankan jika ada dua atau lebih profesor mengajar dalam satu bidang mata pelajaran. Hal ini dilakukan untuk mempermudah proses mengajar, apalagi ada beberapa profesor yang mengajar lebih dari satu bidang mata pelajaran.

Eloise menghela napas berat lalu mengedarkan pandangannya untuk mencari Nicaise dan Athreus. Biasanya kedua lelaki itu duduk di barisan belakang, tetapi Eloise tengok, tak ada mereka di belakang yang artinya mereka mendapatkan tempat duduk di depan. Sambil mencari mereka, Eloise berujar kembali. "Akhir-akhir ini membosankan, tak ada yang seru, terakhir kali cuma gosip anak misterius yang membuat dua kakak tingkat keluar dari sekolah."

"Kau penasaran?" ucap Nathalia.

"Tidak, apa peduliku?" sahut Eloise dengan alis terangkat karena berhasil menemukan Nicaise yang duduk di barisan kanan. Seperti biasa, lelaki keturunan keluarga Von Havardur itu sangat rajin mencatat setiap perkataan yang muncul dari mulut profesor Godiva. Sangat berkebalikan dengan lelaki yang duduk di pojok kelas yang tengah menelungkupkan wajahnya di lipatan tangan karena kantuk tak bisa dia tahan.

"Aku dengar kabar jika ada naga mengamuk di Archduchy Clemence, kok bisa?" ujar Nathalia sambil menyipitkan matanya karena merasa gambarannya tak begitu bagus.

"Ya, sudah ditangani oleh pihak keluarga cabang, pas ditelusuri ternyata naga itu dikendalikan. Namun, pelaku sudah ditemukan hari itu juga ketika serangan terjadi, sekarang kalau nggak salah, pelaku ditahan di salah satu penjara bawah tanah kami," jelas Eloise merobek satu kertas lalu dilipat menjadi burung kertas.

"Tak diserahkan ke pihak kekaisaran?"

"Tidak, pihak cabang Clemence akan menghukumnya langsung."

"Ah, kurasa pelakunya mendapat kesialan seumur hidup," ujar Nathalia tersenyum tipis karena tahu benar jika Clemence Family adalah keluarga yang ahli menginterogasi dan juga sadis.

"Kau benar, sudah berapa kali dia memohon ampun agar dibunuh saja, tetapi pihak keluargaku sama sekali tak menggubrisnya." Kini burung kertas itu dilapisi sihir, lalu Eloise tiup hingga burung itu terbang menuju Nicaise. Sadar jika berasal dari Eloise, segara dibukanya burung kertas tersebut yang ternyata berisi pesan. Jadi Nicaise menoleh sebentar sambil menggelengkan kepalanya.

"Haruskah aku kirim surat juga agar membangunkan Athreus yang tertidur pulas di pojok sana?" ucap Nathalia. Dia sebenarnya tidak heran dengan sifat Athreus yang suka tidur di kelas, meskipun begitu, Athreus selalu mendapatkan nilai sempurna, serta bersaing sengit dengan Nicaise dalam segala hal terutama pelajaran dan kekuatan sihir atau pedang.

Book I: The Arcanum of Aalisha [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang