Chapter 35

2K 351 104
                                    

Chapter ini mengandung adegan berdarah, mohon pembaca bijak

Hanya tertinggal enam murid dan di antaranya adalah Aalisha jadi kini gilirannya. Dia menuju Tinnezs yang menunggunya seolah kuda itu sudah tidak sabar untuk berkelana dengan Aalisha. Perlahan gadis itu menginjak stirrup lalu menaiki kuda cokelat itu dengan mudahnya tanpa hambatan sedikit pun. Tuan Howard mengangguk sesaat karena tak menyangka jika gadis itu melakukannya dengan mudah habisnya beberapa murid perempuan tadi agak kesusahan menaiki kuda, mungkinkah gadis itu sudah biasa menunggangi kuda? Apalagi Tinnezs menyukainya.

"Baiklah, kalian berdua siap? Pelan-pelan saja jika belum mahir atau merasa takut karena ini masih latihan pertama," ujar tuan Howard.

"Siap Master," sahut lelaki yang berasal dari asrama Faelyn sedangkan Aalisha tidak menyahut apa pun dan hanya menggenggam erat tali less kudanya.

"Dalam hitungan, tiga, dua, satu!"

Maka keduanya mulai memacu sang kuda, lelaki asrama Faelyn dengan mudah menunggangi dan mengarahkan kudanya tersebut. Begitu juga dengan Aalisha yang terlihat mahir dan tak kesusahan, tetapi dia membawanya tidak sekencang yang lain. Hingga sampai di bendera, lelaki asrama Faelyn memutar balik kudanya lalu dua detik selanjutnya Alaisha juga sampai dan hendak berputar balik juga. Namun, tiba-tiba Tinnezs berhenti mendadak, malah meringkik nyaring.

"Tinnezs," ujar Aalisha mengeratkan genggaman tali lessnya, mencoba mengendalikan Tinnezs, tetapi kuda itu semakin meringkik bahkan bergerak tak beraturan hingga mengangkat kedua kaki depannya. Suara Tinnezs semakin kencang.

"Apa yang terjadi di sana!" teriak Frisca bersamaan lelaki Faelyn baru sampai ke titik semula, dia menoleh ke belakang, melihat Aalisha yang masih di dekat bendera berusaha mengendalikan kudanya.

"Master Howard, ada apa dengan kudanya?!" ucap Anila, lekas tuan Howard berlari menuju Aalisha.

"Sialan, apa kudanya hilang kendali, bukankah tadi biasa saja!" teriak Mylo.

"Nona Aalisha!" teriak tuan Howard, "turun dari sana!"

Aalisha menggeram kesal, Tinnezs sama sekali tidak mau diam, masih meringkik seolah dia sedang ketakutan jadi tak ada pilihan, Aalisha harus turun atau melompat dari kuda itu. Hanya saja, Aalisha melihat dengan sendirinya jika tali less yang dia genggam ini, tiba-tiba bergerak dan menjerat seluruh lengan kanannya seolah terpengaruh sihir.

"Sialan," gumam gadis itu, "Tinnezs!!"

Seketika Tinnezs meringkik nyaring lalu mencongklang tak terkendali. Aalisha terpaksa melompat dari sana. Namun, hidupnya begitu sial karena kini tidak hanya tangannya yang terjerat, melainkan kaki kanannya yang terjerat tali less kiri.

Hal itu sukses membuat tubuh Aalisha membentur tanah, dia berhasil melindungi kepalanya dengan tangan kiri yang menyebabkan tangan kirinya terasa begitu sakit seolah tulangnya bersinggungan dan kini retak. Tinnezs semakin mencongklang, menyeret tubuh Aalisha, menyebabkan punggungnya terutama bagian kiri tergores hingga terluka parah.

"Sialan, Tinnezs!"

Entah berapa kali Aalisha berteriak sakit, seragamnya sobek akibat bergesekan dengan batu, kerikil, ranting, serta tanah. Kini darah keluar dari luka-lukanya yang makin terseret, makin parah hingga kulitnya terkoyak dan rasa perih tak tertahankan menyeruak ke tubuhnya. Dia juga harus melindungi wajahnya karena Tinnezs berlari menuju semak-semak berduri, membuat wajah Aalisha ikutan tergores; pipi kanan, kiri, pelipis, bahkan lehernya yang kini dari goresan luka itu mengeluarkan darah

"Tinnezs berhenti! Kumohon!"

Aalisha berusaha meraih tali less dengan tangan kirinya, tetapi baru hendak diraih. Tinnezs tiba-tiba berbelok yang menyebabkan dia gagal. Hampir kepalanya membentur batu jika tidak dilindungi dengan tangan kirinya. Namun, naasnya, tangan kiri Aalisha bergesekan keras dengan batu itu menyebabkan darah semakin banyak mengucur dari tangannya. Sudah tidak perlu dipertanyakan seragam yang ia kenakan karena sebagian sudah sobek.

Book I: The Arcanum of Aalisha [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang