Chapter 68 - Arc 6: Deus Sword of Chaos

2.5K 382 102
                                    

Terdengar suara langkah kaki kuda menelusuri hutan rindang yang tak satu pun cahaya matahari menembus ke hutan ini, tentu saja bukan karena banyaknya pepohonan dengan dedaunan yang lebat, melainkan sejak pagi tadi matahari tertutupi awan. Namun, tak kunjung menurunkan hujan jikalau awan-awan itu adalah awan pembawa hujan.

Langkah kaki dari dua kuda mulai menuruni tanjakan yang ada di hutan ini, sungguh tak ada jalan setapak yang bisa dilewati, semua jalan di hutan ini benar-benar curam, penuh bebatuan, dedaunan kering, ranting-ranting pohon, semak belukar, serangga hingga semut merah yang menggigit, tak lepas juga terdengar suara kicauan burung yang cocok sekali menjadi teman perjalanan. Hanya saja, siapa pun yang menelusuri hutan ini yang bernama Hutan Kimari ini, sama sekali tidak memiliki tujuan untuk bertamasya atau liburan bernuansa alam. Sungguh bodoh jika hendak berlibur di hutan ini yang tengah menjadi medan peperangan, ah, terlalu luar biasa menggunakan kata peperangan. Lebih tepatnya menjadi medan saling bunuh-membunuh karena terdengar di beberapa daerah hutan ini, raungan para monster yang dilepas organisasi Phantome Vendettasius demi memangsa setiap manusia yang melewati hutan ini. Kini pun para monster itu berniat menghancurkan sebuah desa yang menjadi desa terakhir yang akan dibantai oleh organisasi gila itu.

Akankah pembantaian itu terjadi? Seberapa banyak nyawa yang akan ditumbalkan lagi atau ada sosok pelindung yang para Dewa kirimkan untuk melindungi desa tersebut?

Kilatan cahaya berupa serangan sihir yang berhasil mengempaskan seekor minotaur ke belakang hingga menghantam pohon, hampir tumbang pohon tersebut akibat tubuh besar sang minotaur. Baru hendak monster tersebut bangkit, serangan lain datang berupa api yang membakarnya hingga ke tulang-tulang kemudian disusul empat tongkat besi berhasil menembus tubuh minotaur tersebut hingga ia terjengkang dan mati.

"Aku selalu penasaran kenapa kau punya banyak tongkat besi," ujar Mylo setelah berhasil melempar keempat tongkat besi milik Aalisha yang kemudian membunuh seekor minotaur.

Aalisha melirik Mylo sesaat sebelum meraih pedangnya. "Jaga-jaga saja, aku tidak bisa menggunakan sihir sebaik kalian jadi kugunakan cara lain sebagai perantara sihir."

"Cerdas juga, berarti seperti kau gunakan air dulu sebelum menggunakan sihir petir agar petirnya mengalir di air?" sahut Mylo mendekati Anila, gadis Andromeda itu sedang menatap cyubes yang menampilkan peta dari Hutan Kimari ini.

"Ya, kulakukan segala cara untuk menghemat neith-ku," sahut Aalisha berjalan menuju Anila juga.

"Menghemat atau biar tak ada yang boleh tahu kapasitas neith-mu itu?" balas Mylo sengaja mengatakan hal ini.

"Kau mau merasakan tongkat besiku menembus tulangmu itu, Mylo?" Aalisha menatap tajam. Ia tak suka perkataan Mylo itu.

"Bisakah kalian diam?" balas Anila kemudian memperbesar peta yang menunjukkan salah satu lokasi di hutan ini. "Aku tidak tahu kalau hutan ini sangatlah luas, kemungkinan sulit mencari Hozier apalagi banyak monster berkeliaran, tapi berdasarkan perkataan mereka, Hozier kemungkinan mengarah ke timur."

"Apa Majestic Families itu bisa dipercaya?" sahut Aalisha. Alasan ia berkata seperti ini karena sebelum berada di sini. Subuh tadi mereka bertiga beserta tiga Majestic Families berdiskusi terlebih dahulu.

Berdasarkan persetujuan semalam kalau tim Aalisha akan mencari Hozier sedangkan tiga Majestic Families akan mencari kepingan terakhir Zephyr, merebut lima Zephyr, serta melawan para musuh karena diyakini jika mereka berhasil menemukan kepingan terakhir Zephyr maka para Phantomius akan berusaha merebut kepingan terakhir tersebut. Mau tidak mau para Phantomius haruslah menghadapi Majestic Families. Atas inilah, Majestic Families yang terdiri dari tiga orang, mereka akan berpencar menuju tiga arah yang berbeda; Athreus di Selatan, Nicaise di Barat, dan Eloise di Utara.

Book I: The Arcanum of Aalisha [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang