Chapter 60

1.8K 360 62
                                    

|| Mari vote 40 dan komentar 40 demi kesejahteraan bersama

Malam sudah melewati pukul sepuluh. Di salah satu ruangan kastil utama Eidothea akademi, terdengar suara meringkih kesakitan. Ruangan itu sangat gelap tanpa ada penerangan sedikit pun bahkan tak ada lilin apalagi lentera. Meskipun begitu, samar-samar terlihat seseorang atau lebih tepatnya murid perempuan yang berada di ruangan itu, ia dalam posisi tertiarap, kedua tangan dan kakinya diikat kuat menggunakan tali. Kasihan pula gadis itu karena pelipisnya berdarah, beberapa bagian tubuhnya seperti lengan, lutut, siku, serta sedikit perutnya terluka dan mengeluarkan darah.

Beruntung dia punya pemahaman akan sihir penyembuh meski hanya teknik paling dasar yang digunakan menyembuhkan luka-luka kecil. Maka perlahan dirapalkan mantra tersebut, paling penting baginya adalah menyembuhkan luka sabetan pisau di perut sebelah kanannya. Sedikit perih terasa, tetapi mampu ia tahan dan berusaha tak bersuara sedikit pun. Ia benar-benar harus berterima kasih pada ayahnya karena mengajari teknik sihir ini. Lagi pula sebagai putri satu-satunya Count Andromeda, ia harus siap dalam segala hal termasuk kemungkinan terburuk seperti penculikan.

"Kurasa penculik ini bukan dari pihak bangsawan yang membenci ayahku. Mustahil mereka senekat itu untuk mengincarku." Anila menggerakkan tangannya yang diikat kuat itu, ia harus memastikan seberapa kuat ikatan ini terlebih dahulu sebelum melepaskannya.

Perlahan ia menutup matanya, berfokus menyelimuti seluruh tubuhnya dengan neith. "Sicut Llibertas Servo, Ita Compedibus."

Perlahan-lahan tali yang mengikat kedua tangan kaki Anila, kini melepaskan ikatannya dengan sendirinya. Tidak butuh waktu lama karena Anila sudah berhasil membebaskan belenggu itu. "Mereka teledor sekali karena mengikatku dengan tali, alih-alih menggunakan sihir."

Kini ia berada di posisi duduk, sementara ia menstabilkan sakit kepalanya karena ketika melawan Orly rambut merah tadi, kepalanya cukup terbentur keras ke rak buku. Sial, Anila berdecak karena tidak bisa memunculkan cyubes maupun invinirium, pasti penjahat yang menculiknya menyabotase cyubes dan invinirium-nya lalu mengambil keduanya. Sudah dipastikan jika musuh yang ia hadapi adalah sosok yang kuat. Anila agak bersyukur karena di invinirium-nya tidak ada barang penting.

Anila mengambil tali yang mengikat kedua tangannya, perlahan berdiri kemudian mengedarkan pandangannya ke sekelilingnya, tetapi terlalu gelap. Ia rapalkan mantra yang membuat penerangan berupa bola api kecil yang melayang mengikutinya. Ruangan ini ternyata penuh debu, banyak sarang laba-laba di langit-langit, di setiap pinggir terdapat meja-meja kecil di atasnya ada vas bunga, tetapi ditutupi kain putih. Cukup banyak lukisan dinding, tetapi sama saja diselimuti kain putih. Anila melangkah pelan menuju lemari yang juga diselimuti kain putih, dibuka perlahan lemari tersebut, terdengar sedikit derit pintunya bersamaan debu yang sesaat membuatnya batuk. Anila tak menemukan apa pun di dalam lemari tersebut, hanya lemari kosong jadi dia masukkan tali yang mengikat kedua tangannya tadi. Antisipasi semisal penjahat yang mengecek dirinya kemari, penjahat itu akan berpikir jika Anila kabur dengan tangan masih terikat meski ini bodoh sih.

"Sekarang aku harus apa?" Menyeruak perasaan tak nyaman dan kekhawatiran. "Semoga Aalisha dan lainnya baik-baik saja."

Cahaya kecil terlihat dari ventilasi di luar ruangan, sontak Anila memadamkan penerangannya segera berjongkok sambil menatap cahaya kekuningan itu berjalan melewati ruangan tempat Anila berada, artinya mereka tak berniat mengecek Anila. Maka gadis itu menuju pintu yang ternyata terkunci, dirapalkan mantra sesaat, terbukalah pintu tersebut. Anila melongok sedikit, ia bisa melihat tiga orang berjubah hitam dengan satu lentera tengah menyusuri lorong misterius, asing, tak Anila kenali ini. Dikarenakan hanya ada satu lorong tanpa persimpangan, maka Anila pun memutuskan mengikuti ketiga orang dengan jubah hitam tersebut.

Book I: The Arcanum of Aalisha [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang