Chapter 70

2.1K 409 84
                                    

|| Apakah kalian pernah baca ulang cerita ini? Berapa kali?

Suara langkah kaki seorang wanita tertatih-tatih menyusuri sepanjang hutan yang gelap, darah tidak berhenti menetes dari beberapa luka di tubuhnya, kakinya pun penuh luka, lebam pula, serta tampak kotornya karena ia sudah tak mengenakan alas kaki lagi. Tidak peduli kakinya sakit karena menginjak duri dan batu-batu kecil nan tajam karena yang ia harus lakukan adalah terus berlari. Beberapa kali ia terjatuh hingga tubuhnya terasa sakit, tetapi lekas dibantu seorang anak laki-laki dan juga boneka untuk berdiri lagi. Kini ia melangkah, langkah yang sedikit memperlihatkan kaki jenjangnya karena ia terpaksa memangkas gaun yang ia kenakan demi memudahkannya berlari di hutan ini.

Lihatlah betapa kotornya gaunnya kini yang penuh bercak tanah serta darah. Rambutnya yang indah sudah sangat berantakan, sementara itu wajahnya terdapat luka serta sedikit pucat. Kemudian temannya yang berupa boneka Belphoebe juga tak kalah kacau-balau, lalu anak kecil yang wajahnya sudah kusam, kaos yang ia kenakan sebagian sobek, darah keluar dari luka di bahunya dan juga kaki kecilnya. Hanya saja, dia masih mampu membantu wanita di sampingnya ini. Dengan suara lembutnya, ia meminta agar wanita itu berjuang sedikit lagi, ia yakin jika akan ada seseorang yang menolong mereka. Sungguh padahal anak itu dan boneka Belphoebe bisa saja pergi lebih dulu, meninggalkan sang wanita---yang sudah hampir pingsan---dan menyelamatkan diri sendiri. Namun, mereka memilih untuk tetap bersama. Mengapa?

"Lilura, aku sudah tidak kuat berlari. Kau pergilah, kumohon, bawa Hozier dan kembalilah ke desa." Suara Ambrosia sudah tidak begitu terdengar lagi, napasnya tak beraturan itu membuat dadanya sesak, kepalanya sakit hampir seperti hendak meledak, keringat dingin membasahi tubuhnya. Ia menggenggam kuat lengan Lilura, seolah benar-benar memohon agar Lilura dan Hozier segera meninggalkan dirinya.

"Tidak, kau pikir, aku akan meninggalkanmu!" Lilura menatap tajam pada Ambrosia yang kembali menahan tangisnya saking ia merasakan tubuhnya sakit sekali, manik mata itu seolah akan redup.

"Nona Lilura benar, kita akan pergi bersama. Aku yakin---"

"Tidak Hozier, kita tidak bisa." Perlahan Ambrosia menatap Hozier, memegangi kedua bahu anak itu dengan tangannya yang gemetar. "Tinggalkan aku, kumohon, aku hanya akan menghambat kalian. Setidaknya kalian harus selamat, jadi kumohon, kumohon."

"Aku tahu ini egois." Amarah Lilura memuncak. "Namun, aku takkan pergi meski kau membenciku Ambrosia. Biar Hozier yang pergi, aku akan tetap di sini bersamamu."

Kini Lilura menatap pada Hozier, harusnya Lilura tidak mengizinkan ketika Hozier hendak menyelamatkan Ambrosia juga. Harusnya ia bawa anak ini lebih dulu ke desa Shakaleta. Sungguh bodoh Lilura. Ia pantas dihina bodoh karena melibatkan anak yang tak bersalah. Namun, ada pertanyaan yang sejak tadi terlintas. Mengapa para monster dan Phantomius terus mengejar mereka, apakah hanya karena Lugaldaba tak mau melepaskan Ambrosia? Atau ada alasan lain? Lalu mengapa pula setiap monster yang menyerang mereka, para monster tak masalah jika melukai Ambrosia dan Lilura. Namun, mereka tak mau membuat Hozier terluka parah. Seolah-olah anak lelaki ini harus dibawa hidup-hidup.

Mungkinkah yang para monster incar sebenarnya adalah Hozier?

"Hozier dengarkan aku---"

"Tidak! Aku takkan pergi meninggalkan kalian, aku takut, tapi lebih takut jika harus berlari sendirian tanpa kalian. Jika mati, aku rela mati di sini. Jangan, jangan, kumohon." Hozier menangis kembali, air mata yang sangat tulus dari anak desa karena kebaikan hatinya padahal ia akan menghadapi kematian jika terus memikirkan orang lain.

"Dengarkan aku, kau tak bisa di sini karena yang diincar mereka adalah kau. Kurasa ada sesuatu dalam dirimu, jadi kumohon pergilah, demi aku dan Ambrosia. Kuyakin di hutan ini ada seseorang yang akan menyelamatkan kita, atau para Orly yang iba pada kita jadi memutuskan menyelamatkan kita, jadi Hozier, ini permintaanku. Pergi sekarang juga, selagi bisa."

Book I: The Arcanum of Aalisha [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang