Chapter 43

3K 365 67
                                    

|| Chapter ini cukup panjang

|| Ada adegan seram, jijik, dan mengganggu bagi sebagian pembaca. Mohon bijak membaca

Di suatu daerah yang jauh dari pemukiman penduduk terdapat hutan dipenuhi pohon-pohon rindang begitu indah, tetapi ada larangan untuk tidak memasuki hutan tersebut ketika malam hari karena ditakutkan para monster akan berburu mangsanya dan tidak pilih kasih. Ada juga rumor beredar jika para monster di sana semakin meningkat kekuatannya bahkan ada yang mencapai transformasi menjadi iblis tingkat rendah.

Di bawah sinar rembulan yang ketika dimasuki hutan tersebut maka sinar itu takkan menembus akibat tebalnya kabut putih. Sunyi hutan memenuhi isi kepala siapa saja yang melintas di malam hari. Meskipun terdengar suara kicauan burung hantu, gemerisik dedaunan yang bersinggungan dengan angin, serta kelelawar yang berterbangan. Semua itu terkalahkan dengan kesunyian dan rasa ngeri. Lebih baik tidak berkeliaran di sana, dari pada bertemu makhluk menyeramkan dan mengancam nyawa. Sayangnya, makhluk para Dewa adalah makhluk yang suka menantang kematian atau memang dasarnya gila.

Di tengah malam itu, langkah kaki terdengar, tetapi tidak melewati jalan setapak melainkan rerumputan bahkan melewati tanah becek sedangkan kaki putih nan cantik itu tak mengenakan alas kaki. Kini jadilah kaki cantik itu kotor akibat tanah hutan. Gaun yang dikenakannya ikutan kotor akibat percikan tanah becek sedikit hitam itu.

Semakin menuju ke dalam hutan, dari arah lain terdengar suara langkah juga bersamaan darah merah menetes membuat jalan tanah dilewatinya terbentuk genangan darah. Hal ini dikarenakan dua makhluk yakni Orly dengan tinggi melebihi wanita bergaun. Kedua Orly itu mengenakan pakaian putih, tetapi hancur bahkan terlihat seperti helaian kain yang menutupi tubuh. Pemandangan semakin mengerikan karena kedua Orly itu tak memiliki kepala, sungguh tak ada kepalanya, melainkan kepalanya mereka ternyata mereka bawa dengan kedua tangan.

Terlihat urat-urat hitam di leher kepala menjuntai melewati sela-sela jarinya bersamaan darah merah masih mengucur. Kedua kepala itu mulutnya menganga dengan manik mata putih, rambutnya tidak begitu panjang dan berwarna hitam legam. Orly itu mengikuti tuan mereka melewati sunyinya hutan.

Berada jauh di dalam hutan, mulai nampak bangunan berupa kuil yang sudah lama ditinggalkan. Kuil itu hanya berbentuk bangunan tanpa atap dengan tiang yang sebagian sudah hancur. Di tengahnya terdapat dua buah lentera. Samar-samar terlihat bayangan atau sesosok makhluk kemungkinan manusia yang diselimuti jubah hitam tengah duduk bersimpuh sambil merapalkan doa-doa.

Ketika wanita bergaun dengan kedua Orly-nya tiba di undakan tangga. Sosok berjubah hitam menyadari kehadiran wanita tersebut, kini tangan kurusnya dengan kuku hitam perlahan-lahan meraih satu lentera, dia berbalik dengan susah-payah serta mulutnya yang masih komat-kamit seolah tidak mau berhenti melantunkan doa.

Senyuman sosok itu terukir lebar ketika mendapati siapa yang berada di hadapannya ini—wanita cantik dengan gaun indahnya berani melewati malam penuh bahaya hanya untuk menemuinya. Oh, lihatlah wajah cantik wanita itu dengan manik mata merah mudanya yang menatap tanpa sedikit pun terbesit rasa takut.

"Akhirnya, akhirnya." Suara sosok itu terdengar berat, serak, layaknya suara pria. "Akhirnya ...." Dia menunjuk pada wanita yang perlahan mencubit ujung gaunnya kemudian membungkuk sesaat untuk memberikan penghormatan.

"Aku sangat bahagia." Sosok berjubah itu berujar lagi. "Akhirnya keinginan Agungnya dapat terlaksana, berkat dirimu ... Ambrosia."

Sementara itu, sang wanita bergaun, profesor Ambrosia hanya tersenyum simpul.

****

Malam ini, di balkon asrama Arevalous lantai lima, Aalisha berada. Jadi setiap lantai ada balkonnya yang berada di ujung kanan dan kiri bangunan asrama, pemisah antara balkon dan asrama adalah pintu besar. Setiap balkon ini tidak terlalu besar dan hanya mampu menampung sekitar tiga—lima murid saja.

Book I: The Arcanum of Aalisha [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang