Chapter 14

2.9K 384 53
                                    

Aalisha ketahui jika gosip di akademi ketika tersebar akan sama seperti surat kabar Ephraim yang menjadi berita gosip di kalangan masyarakat kerajaan serta paling terpercaya. Entah sejak kapan, tetapi di pagi ini ketika ia memasuki aula makan bersama, beberapa pasang mata- tentu saja angkatannya -kini menatap padanya.

Banyak sekali tatapan yang perlu Aalisha definisikan, tetapi yang paling kentara adalah tatapan penuh hinaan dan ejekan serta sesekali mereka berbisik pada teman sebelahnya ketika melihat Aalisha menatap balik pada mereka.

"Kau tak apa?" tanya Anila kemudian sedangkan Aalisha hanya mengedikan bahunya.

"Ini pasti karena kejadian kemarin," cicit Mylo merasa tidak enak karena ia yakin jika yang menyebarkan gosip ini adalah keturunan Cornelius.

"Jangan pikirkan, Llama itu memang gila."

"Siapa yang gila di sini! Gadis kasta bawah!" Baru saja dibicarakan, sang Llama sudah berdiri di hadapan Aalisha dengan rambutnya yang terlihat bodoh.

Bukannya menjawab perkataan Killian, Aalisha malah berbisik pada Anila dan Mylo, sebenarnya tidak berbisik, ia sengaja keras agar Killian mendengarnya. "Lihat apa yang kubilang, Llama-nya pagi-pagi sudah mengoceh. Apa kekurangan asupan makan? Haruskah kuberi wortel."

"Dasar rendahan!"

"Diam kau Killian!" sahut Anila maju selangkah membuat Killian tersenyum kecil dan menatap sinis balik.

"Tak kusangka kau begitu bodoh karena berteman dengan kasta bawah sepertinya."

"Terserah padaku hendak berteman dengan siapa pun. Dari pada kau, merasa tinggi hanya karena nama keluargamu padahal kau hanya lelaki pengecut." Anila sama sekali tidak takut dengan Killian, selain karena mereka berdua sama-sama seorang bangsawan, Anila merasa yakin bisa mengalahkan Killian yang terkadang hanya pembual saja.

"Ah, jadi kau lebih memilih gadis ini?" sahut Killian tertawa, "memangnya dia mampu bertarung denganku?"

Anila langsung menyahut, "dia mampu, kau akan kalah darinya?"

Eh? Apa barusan Anila bilang?

Mylo ikut-ikutan berujar, "kami memang belum kenal jauh, tetapi kami yakin jika dia bisa mengalahkanmu dengan mudah."

Eh?! Woy!!!

"Baiklah, kutunggu hari itu." Killian melayangkan senyuman penuh rasa meremehkan sedangkan Aalisha tak menyangka jika mereka membela Aalisha sampai seperti itu.

"Apa yang kalian bilang padanya?!" Ini bukan rencana Aalisha. "Bertarung, kalian gila ya!"

"Tenanglah, dia takkan terang-terangan untuk membunuhmu. Manusia sepertinya itu harus diancam dengan kekuatan biar tidak mengganggu." Anila menyahut dengan gampang.

Mylo sangat setuju. "Benar sekali, kau pasti bisa mengalahkan Killian dengan mudah jika ada pertarungan atau apa pun itu."

"Kenapa kalian seyakin itu?" ucap Aalisha serius.

"Ya, meski kau bukan, maaf, bukan dari kalangan atas. Kau pasti kuatkan? Mampu menggunakan mantra atau pedang dengan gampangnya?" Anila berujar dengan hati-hati entah mengapa perasaannya tidak enak.

Sesaat Aalisha terdiam cukup lama. Membuat Mylo jadi meneteskan keringat karena perasaan yang tak enak menyerang. Apakah mereka sudah salah berkata seperti tadi? Oh ayolah, fisik gadis ini memang pendek, kecil, kurus, tapi bukan itu poin utamanya. Ia pasti sangat ahli, 'kan?

"Kau kuat 'kan? Meski kau pendek, maaf, kalau tersinggung." Mylo tidak tahan untuk berujar.

"Jangan berekspektasi, aku tidak seperti yang kalian bayangkan."

Book I: The Arcanum of Aalisha [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang