Chapter 25

2.4K 387 47
                                    

Pertemanan takkan pernah cocok dengan Aalisha yang selalu mengurung dirinya di kediamannya dulu. Bahkan untuk menyapa tetangga saja, Aalisha tak berniat, ia lebih suka tenggelam dalam buku-bukunya atau berbicara pada binatang yang melintas di dekatnya bahkan parahnya ia pernah mengobrol dengan seekor kepik atau kupu-kupu. Ia sama sekali tak menganggap dirinya mengenaskan karena baginya berteman dengan manusia terkadang menimbulkan bencana, masalah, atau sakit pada diri sendiri.

"KAU GILA AALISHA!" teriak Mylo kini duduk sembari meletakkan tiga cangkir cokelat hangat di atas meja. 

"Terima kasih—pelayanku??" sahut Aalisha dan mengambil secangkir. Lalu ia tiup pelan. 

"Bajingan! Kau memang gila! Kini saja gila!" Mylo harus banyak bersabar dengan tingkah gadis ini. Apalagi ceritanya barusan!!

"Kau serius, jika keduanya masih mengganggumu?" tanya Anila kembali. 

"Entahlah, tapi kupikir mereka mengingatku jadi tak ada alasan jika suatu hari aku mati karena mereka berdua, ralat maksudnya tiga, Clemence yang paling mengincarku." Aalisha berujar dengan mudahnya, tanpa ada aura ketakutan dan sebagainya.

Anila terdiam sembari memegangi kepalanya yang terasa berdenyut. Malam ini, ia menginterogasi Aalisha habis-habisan karena ada banyak hal mengganjal akan gadis pendek ini. Maka atas segala paksaan yang ada, akhirnya Aalisha menceritakan semuanya. Dimulai bagaimana dirinya bertemu Athreus, berkelahi dan mengumpat pada cowok itu lalu bertemu lagi di kantin rumah pohon serta bagaimana pertemuannya dengan Nicaise, meminjam bukunya, dan berakhir kesal. 

Pantas saja, Anila merasa aneh dan curiga ketika beberapa kali tak sengaja ia lihat Athreus maupun Nicaise mengobrol dengan Aalisha padahal ia tahu jika kedua Majestic Families itu pasti enggan berinteraksi dengan manusia di luar lingkup mereka. Yaps, 'lingkup mereka'. Ternyata tidak hanya Eloise yang Aalisha kibarkan bendera perang, tetapi kedua Majestic Families lain. 

Sungguh mendengar cerita Aalisha itu seolah membuat hidup Anila terkikis. Ah harusnya gadis itu sadar bahwa hidupnya semakin pendek. Permasalahan utama di sini adalah apa yang akan terjadi pada Aalisha ke depannya?

"Kenapa kau santai sih, tak tahu apa jika nyawamu terancam! Waktu itu Anila bercerita, jika kau berseteru dengan Clemence, sekarang kedua lelaki itu! Gila!" Mylo jika berteman dengan Majestic Families atau dikenal oleh mereka menjadi suatu kebanggaan tersendiri. Namun, mengetahui akan kasus Aalisha, ia harus berpikir ulang dan lebih baik tidak diketahui para Majestic Families bahkan tidak pernah dianggap hidup adalah pilihan yang terbaik. 

Aalisha berujar setelah memahami kegundahan kedua manusia ini melalui mata mereka. "Kalian terlalu berlebihan, aku yang akan mati, tapi kalian yang pusing." 

Apakah dalam pertemanan selalu seperti ini? Jika salah satu teman sakit, maka teman lainnya juga akan merasakan sakit? Sama halnya dengan mati, kalau Aalisha mati, apa Anila dan Mylo juga akan mati? Bukankah itu sangat memusingkan. Aalisha sangat bingung dengan konsep pertemanan ini. Sungguh jika dia menjadi Anila dan Mylo, maka Aalisha akan bersikap tak peduli dan membiarkan temannya itu entah apa pun yang akan menimpa hidup mereka karena memikirkan hidup sendiri saja sudah sangat menyusahkan.

"Kurasa kini kupahami jika cara berpikirmu agak unik dibandingkan manusia biasa." Mylo berujar dengan sangat pasrah. "Tapi tetap saja, kau mau hidup 'kan? Maka jangan mencari masalah dengan mereka!"

Hidup? Tahu apa Mylo tentang arti kata hidup atau alasan Aalisha hendak hidup di tanah hina ini? Bah, jika diminta memilih, maka Aalisha enggan untuk lahir. Pernah dia dengar jika setiap makhluk hidup punya perannya masing-masing di dunia ini atas hal itu para Dewa menciptakan mereka. Namun, Aalisha? Bukankah lebih baik dia tak pernah ada. Lebih baik para Dewa menciptakan makhluk hidup yang lebih baik dari dirinya ini. Makhluk hidup yang mungkin akan selalu bersyukur karena telah dilahirkan, bukan seperti Aalisha yang berharap tak pernah dilahirkan bahkan terkadang gadis itu tak takut untuk berdoa agar dirinya segera menemui kematian.

Book I: The Arcanum of Aalisha [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang