Chapter 74

2.6K 447 286
                                    

|| Apakah kalian siap? Cek komentar ini untuk rekomendasi musik yang cocok didengarkan di chapter ini.

|| Beri 250 Komentar!

Sekitar setengah jam sebelum bertemu dengan Aalisha yang mengungkapkan dirinya sebagai garis keturunan utama De Lune yang disembunyikan. Anila berlari menyusuri hutan dan dikejar oleh sekawanan minotaur, ia terus-menerus mencoba menghubungi Mylo maupun Aalisha, tapi tidak dapat menyambungkan cyubes mereka. Kini Anila semakin dipenuhi kekhawatiran, ia bahkan lebih mengkhawatirkan kedua sahabatnya itu dibandingkan dirinya yang bisa saja jadi santapan para minotaur.

Ayunan pedang dari minotaur yang membawa gada berhasil menumbangkan tiga pohon besar, alhasil Anila mencari jalan yang lain, lalu ia malah menemui jalan buntu karena kini di hadapannya adalah tebing batu yang menjulang tinggi. Sangat mustahil ia panjat, ia tak bisa juga pergi ke arah lain karena para minotaur akhirnya berhasil mengejarnya. Maka ia kembali menarik pedang magisnya kemudian Anila aktifkan, sambil menggunakan sihir yang berhasil mengenai para minotaur itu lekas Anila ayunkan pedangnya yang berhasil menebas para minotaur kemudian bebatuan runtuh hingga akhirnya menimbun para minotaur yang tersisa. Sudahkah ia selamat? Tiba-tiba tanah bergetar, muncul seekor Beer Misvormwolfir yang seketika berada di depan Anila dan menggunakan kedua pedangnya, akibatnya Anila terkena serangan monster tersebut, tak mau berakhir dengan kematian Anila melancarkan serangan demi serangan yang kini terjadi pertarungan sengit antara keduanya.

"Sial, aku sudah benar-benar lelah. Mylo, Aalisha di mana kalian?!" teriak Anila di sela-sela pertarungannya hingga monster itu meraung kencang. Seketika satu ayunan pedang begitu kuat tenaganya berhasil mengempaskan Anila ke belakang, tubuhnya tersungkur ke tanah, pedangnya terlepas, dan cukup jauh jaraknya dari Anila.

"Graooarkkkkk." Raungan tersebut terdengar kembali karena kini senyuman kedua kepala Beer Misvormwolfir tercetak, ia ada di hadapan Anila, ia siap mencincang tubuh manusia di hadapannya ini, atas inilah kedua pedangnya ia angkat sangat tinggi. Dalam hitungan detik, maka kematian sudah terukir.

Anila membulatkan matanya, ia berusaha memasang selubung neith untuk melindunginya. Namun, gerakan sang Beer Misvormwolfir terlalu cepat. Apakah Anila akan meregang nyawa?

Tidak! Karena sebuah tombak hitam berhasil menembus tubuh sang monster hingga bolong dan menghancurkan kristal yang disembunyikan di dadanya, monster tersebut menjerit kesakitan, kemudian sesosok laki-laki berlari cepat, melompat lalu menebas kedua kepala monster tersebut hingga darah memuncrat, serta ambruk ke tanah monster itu. Kini Anila menilik ke punggung laki-laki yang menyelamatkan nyawanya, kemudian Anila berujar, "Mylo! Kau Mylo, oh Dewa syukurlah kau selamat."

Senyum Mylo terukir meski ia sangat berantakan terlebih pakaiannya kotor dan sobek, serta dia penuh luka. Mylo mengulurkan tangannya, lekas Anila raih. "Kau tak apa?"

"Aku tak masalah, kau?"

"Ya aku baik ... semoga," ujar Mylo sebenarnya tidak merasa baik karena tubuhnya terasa sakit sekali.

"Apa kau bersama dengan Aalisha, kau bertemu dengan?! Aku tak bisa menggunakan cyubes seolah transmisinya ada gangguan."

Sayangnya, Mylo menggeleng. "Aku tak tahu. Aku sebenarnya mencarimu dan Aalisha, lalu berhasil menemukanmu, tidak dengan Aalisha."

Anila diam, ia mengepalkan kedua tangannya kuat-kuat, rasa takut menyeruak jika terjadi hal sangat buruk pada gadis kecil itu, terlebih jika ia ternyata sudah ....

"Itu takkan terjadi," ujar Mylo begitu lembut. "Dia akan baik-baik saja, dia kuat, kita tahu itu."

"Ya, kau benar. Kita harus mencarinya. Oh ya, bagaimana caramu menemukanku?" Anila saja bingung membaca peta hutan ini, apalagi mereka tidak bisa menggunakan sihir pendeteksi, mengapa bisa Mylo menemukannya?

Book I: The Arcanum of Aalisha [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang