✒ Chapter 01 - Arc 1: Academy Letter

11.1K 845 81
                                    

Di wilayah yang lebih banyak padang rerumputan terhampar luas, masyarakat di sana sedang menjalani aktivitas dengan normal. Kebanyakan masyarakat menengah ke bawah yang bekerja di wilayah ini adalah seorang petani, pemilik kebun, dan pedagang. Untuk masyarakat lainnya bekerja sebagai penjahit, pandai besi, dan lainnya.

Wilayah ini, Uvuislupia menjadi wilayah dibawah kekuasaan Kerajaan Kheochiniel serta sangat dijaga keasrian alamnya karena itu lebih banyak hamparan rerumputan hijau dan hutan-hutan yang sangat dilarang untuk ditebang- jika tidak kepala dipenggal adalah bayarannya -sekitar 45% wilayah ini terdiri dari hutan yang banyak sekali Orly yang tinggal di hutan tersebut. Atas hal inilah, hutan di wilayah tersebut dianggap keramat karenanya enggan sekali masyarakat masuk ke hutan itu jika tak ada urusan penting.

"Lebih baik kau jauhi hutan tersebut, walaupun tak ada iblis di dalamnya, tetapi beberapa monster dan binatang magis hidup di sana. Belum lagi Orly yang nakal sialan sekali, pasti akan mengganggumu." Begitulah kata beberapa warga di wilayah tersebut.

Mereka yang paham kapan batasan untuk menemui malaikat kematian, pasti akan mematuhi perkataan para warga. Sayang sekali, hal ini tak berlaku bagi seorang gadis dengan rambut hitam panjang kini tengah berlari mencari jalan keluar dari hutan karena di belakangnya, seekor monster tingkat menengah sedang mengejarnya. Sang monster tak mau kehilangan santapan lezatnya setelah beberapa bulan tak memakan daging manusia.

Monster itu memiliki empat ekor runcing serta beracun, tubuhnya seperti serigala, tetapi di punggungnya terdapat duri tajam, mulut binatang itu terdapat gigi yang bahkan lebih banyak dari ikan hiu, matanya berwarna putih- buta walaupun begitu monster tersebut memiliki penciuman dan pendengaran yang sangat tajam. Berdasarkan buku yang pernah gadis itu baca, monster tersebut jika sudah menemukan target atau mangsa, maka sampai ke ujung dunia pun akan terus ia kejar.

Suara deru napas yang tak beraturan terdengar begitu jelas, gadis itu bersembunyi di balik pohon, ia yakin jika ia sudah jauh dari posisi monster sialan tersebut, walaupun ia tahu jika percuma bersembunyi karena monster itu pasti sudah menandai baunya.

Ditatapnya sekitar, tak juga ia temukan jalan keluar terlebih lagi tubuhnya sudah penuh luka, darah yang tak berhenti bercucuran di pahanya, serta ia kehilangan pedangnya. Kini tersisa sebilah pisau yang tak ia ketahui apakah ia mampu membunuh monster tersebut dengan sebilah pisau yang bisa saja sebelum menusuknya, ia sudah kehilangan tangannya terlebih dahulu.

"Bajingan sialan, keparat, biadab, gila. Mengapa ia tak mengatakan sejak awal jika ada Tagrax di sini, mana aku sudah kelelahan karena menghadapi monster sebelumnya." Ah, kini ia ingat nama monster tersebut, Tagrax- monster tingkat menengah yang seharusnya tak berada di wilayah ini, mengapa bisa? Apakah para prajurit tidak meratakan para monster di wilayah ini? Jika berada di Zero Domain, ia takkan heran jika bertemu monster tersebut.

"Baiklah tenangkan dirimu." Sesaat ia bisa merasakan neith dari monster tersebut yang artinya monster itu semakin dekat. Haruskah ia melawan? Namun, kemungkinan kecil tidak karena ia sangat kelelahan. Bagaimana dengan mantra? Gadis itu mengacak rambutnya saking frustrasinya berada di situasi ini.

Ia menarik lengan kiri bajunya yang penuh bercak darah, terlihat seperti tato tergambar di lengannya dan menyala berwarna kuning cerah. Melihat tato itu saja membuat otaknya memanas. "Keluar dari sini, akan kubunuh pria bajingan itu!"

Dari kejauhan terdengar suara lolongan yang membuat gadis itu mengeluarkan pisau yang lalu ia genggam dengan erat, sesaat ia menutup matanya lalu merapalkan mantra dengan singkat, hingga detik selanjutnya ia mengambil ancang-ancang lalu berlari kembali bersamaan dengan Tagrax yang langsung menyadari kehadirannya.

Book I: The Arcanum of Aalisha [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang