Chapter 31

2.5K 364 87
                                    

Malam ini setelah jam makan malam. Anak-anak ekstrakurikuler opera akan mengadakan pertunjukan, hal ini sebagai bentuk penyambutan murid baru di akademi atau malah diam-diam menjadi ajang promosi ekskul mereka?

Di Akademi Eidothea sebenarnya ada banyak ekstrakurikuler sebagai pengembangan diri di luar pembelajaran. Adanya ekskul ini baru ada setelah profesor Eugenius menjabat sebagai Kepala Akademi, karena sebelumnya, tidak ada ekskul, tetapi disebutnya sebagai Aktivitas Tambahan, itu pun hanya sedikit, tidak seperti ekskul yang sudah ada sekarang.

Ekstrakurikuler ini terdiri dari beberapa kegiatan atau pengembangan diri yang diusulkan oleh para murid di akademi; kebanyakan melalui hobi. Jadi setelah membuat laporan pengajuan ekskul ke Kepala Akademi kemudian disetujui maka ekskul tersebut akan berjalan, beberapa ekskul juga diberikan ruangan. Ekstrakurikuler yang bertahan sejauh ini di akademi seperti opera, orkestra, klub membaca, klub puisi dan syair, klub pecinta binatang, klub menjahit dan menyulam, astronomi, dan masih banyak lagi.

Salah satu klub paling terkenal di Eidothea adalah Klub pertandingan Oulixeus—berasal dari kata to be angry. Oulixeus merupakan suatu pertandingan berupa peperangan yang menggunakan tim atau kelompok. Dalam pertandingan ini ada berbagai jenis permainan yang harus dimainkan antara kelompok yang menjadi musuh satu sama lain, jenis permainan ini ada banyak macamnya, dimulai dengan saling memperebutkan bendera, memecahkan teka-teki, bertarung melawan boneka, serta lainnya. Oulixeus menjadi kategori pertandingan universal sehingga tidak hanya anak Eidothea yang memainkan pertandingan ini, tetapi juga sekolah lain bahkan di luar instansi pendidikan. Sehingga sering sekali pihak kerajaan atau kekaisaran menyelenggarakan Oulixeus untuk khalayak umum.

Di Eidothea sendiri, klub Oulixeus sangat diminati. Setiap asrama di akademi, memiliki tim masing-masing dalam pertandingan ini, melalui ini jugalah persaingan sengit sering terjadi antara asrama.

"Aku ingin tidur," ujar Aalisha.

"Oh ayolah, kita akan mengunjungi Frisca! Tak mau apa melihat kegiatan anak opera?" ujar Mylo sangat keras kepala, "Anila saja sudah di ruangan opera untuk membantu Frisca, masa kau tidak?"

"Dia memang gitu, gak punya kehidupan, kerjaannya tidur sama baca buku padahal gak nambah tinggi juga," timpal Gilbert.

Sontak Aalisha menatap tajam pada Gilbert yang terlihat begitu puas setelah mengejeknya. "Kau bilang apa bajingan?"

"Hei, hei, jangan bertengkar," ujar Mylo menengahi.

Gilbert bukannya takut, dia malah melangkah persis ke depan Aalisha, lalu sedikit menundukkan badannya agar bisa sejajar dengan gadis tersebut. "Kubilang pendek, aku saja harus menunduk agar bisa menatap matamu."

Harusnya Gilbert tidak memancing emosi Aalisha karena gadis itu sukses menendang tulang kering kaki Gilbert hingga lelaki itu menjerit kesakitan dan kini dia terduduk sambil mengelus kakinya yang berdenyut.

"Kau gila ya! Sakit woy!" teriak Gilbert yang perlu mengangkat kepalanya agar bisa menatap Aalisha.

"Nah gini dong, posisi yang sebenarnya ketika berbicara di hadapanku," ujar Aalisha tersenyum, "kau yang harusnya ada di bawah."

Maka Aalisha langsung melangkah begitu saja meninggalkan Gilbert sambil menarik jubah Mylo. "Kita temuin Anila dan Frisca, tunjukkan jalannya ke sana."

"Baiklah," ujar Mylo entah mengapa merasa ada aura mengerikan terpancar dari diri Aalisha. Apakah gadis itu selalu mengerikan seperti ini?

"Oh ya Gilbert, kau akan di sana saja, kalau mau tiduran di kamar bukan di tanah, dasar pemalas."

Gilbert menatap tak percaya pada Aalisha. Gadis ini benar-benar menyebalkan, tetapi di sisi lain sangatlah menakjubkan. Ya, lelaki itu sedikit kagum pada Aalisha. Pasalnya Gilbert lahir sebagai bangsawan kelas rendah, ayahnya adalah seorang Baron yang ketika disandingkan dengan sosok seperti Killian yang berasal dari kalangan Marquess, maka Gilbert akan kalah jauh.

Book I: The Arcanum of Aalisha [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang