Extra Chapter (1)

2.8K 371 89
                                    

Chapter ini berupa chapter tambahan yang menceritakan secara singkat keseharian Aalisha setelah terungkap jati dirinya sebagai seorang Majestic Families, De Lune. Jadi mari lihat bagaimana interaksi Aalisha dengan orang-orang di akademi.

1. Laki-laki Juga Boleh Nangis

HARI INI pembelajaran berlangsung seperti biasa. Meskipun banyak yang terjadi belakangan hari ini, tetapi para murid harus menjalani kehidupan mereka senormal mungkin, salah satunya adalah Ujian Tengah Semester yang sebentar lagi akan mereka hadapi. Kini di salah satu lokasi taman dalam kastil, ketika ada jeda sebelum mata pelajaran Biologi---yang akan diajar oleh profesor Solana di salah satu rumah kaca milik Eidothea---Aalisha sengaja memanggil Gilbert karena ada hal penting yang harus dia omongkan dengan lelaki itu yang tengah kebingungan pasalnya jarang Aalisha mau mengobrol empat mata begini tanpa mengajak yang lain.

"Jadi kenapa kau memanggilku saja sedangkan yang lain tidak?" ujar Gilbert mengikuti langkah Aalisha, ia lalu mengedarkan pandangannya yang ternyata dia melihat seekor burung hinggap di pohon yang ada di taman ini. Kemudian Gilbert beralih pada Aalisha lagi yang mengeluarkan semacam gulungan kertas berwarna cokelat.

"Perlu kau tanyakan hal itu? Aku memanggilmu ya karena aku hanya punya urusan padamu," balas Aalisha dengan ekspresi khasnya yakni wajah datar yang seolah tak peduli pada sekelilingnya. Perlahan Aalisha menyodorkan gulungan kertas cokelat tersebut pada Gilbert. "Ambil ini. Lalu bukalah."

Gilbert perlahan mengambil gulungan kertas tersebut, ia diam karena sangat bingung. Sungguh, ia tidak berpikir jika kertas cokelat ini adalah surat cinta atau semacamnya, tetapi ketika ia membuka gulungan tersebut kemudian membaca nama-nama yang ada di gulungan itu, maka itulah alasannya terdiam membisu kemudian menatap Aalisha kembali. "Apa ini? Kenapa ada nama-nama bangsawan kelas atas di sini?"

"Sebelum kau pertanyakan, pertama-tama kau berutang maaf padaku," balas Aalisha.

"Ke---kenapa?" Gilbert jadi keringat dingin.

Aalisha menghela napas. "Kenapa kau tanya, kau bodoh atau apa ya?! Kennedy dan Frisca cerita padaku jika setelah kau membantuku kabur dari Killian kemudian kau menyerang dia, hari itu juga, Killian langsung mengirim surat pada ayahnya untuk memutuskan hubungan kerja sama dengan keluargamu. Jadi sekarang tuan Baron Ronald sudah tak ada relasi lagi dengan Marquess Cornelius sialan itu!"

"Aalisha ...." Gilbert jadi panik karena kini Aalisha sudah marah. Padahal dia hendak menyembunyikan masalah ini dari Aalisha, Anila, dan Mylo karena tidak mau mereka khawatir. "Maaf, maafkan aku. Aku hanya tak mau kau khawatir."

Terlihat gadis kecil itu menghela napas panjang sambil memegangi kepalanya. "Sudahlah, Cornelius itu memang bajingan. Andai mereka bukan keluarga dari silsilah panjang, kuyakin sudah habis keluarga itu."

"Jadi kertas berisi nama bangsawan ini untuk apa?" tanya Gilbert agak tergagap, ia merasa degup jantungnya berpacu dengan cepat, entah mengapa ia merasa jika air matanya hendak jatuh pula.

"Itu nama-nama bangsawan yang punya relasi dengan Keluarga De Lune, meski bukan relasi utama," balas Aalisha, "kebanyakan dari mereka bangsawan kelas atas dan berperan dalam ekspedisi militer Zero Domain jadi mereka perlu kerjasama dengan pemasok makanan. Kutahu jika keluargamu menjadi pemasok dalam bidang makanan untuk ekspedisi militer, jadi serahkan daftar nama itu pada ayahmu, Gilbert. Lalu kirim kerjasama dengan keluarga-keluarga itu, kuyakin ada lima keluarga yang akan langsung menerima ayahmu sebagai untuk bekerjasama. Jadi dengan ini bisnis ayahmu tetap berjalan, terus bekerjasama dengan mereka jauh lebih waras dibandingkan dengan Cornelius."

Mendengar perkataan Aalisha, Gilbert tanpa sadar meneteskan air matanya. Ia masih terdiam sambil menggenggam kuat kertas cokelat tersebut. Dadanya terasa hangat dan tentram seolah Aalisha hadir untuk membantunya keluar dari badai yang selama beberapa hari ini menakutinya. Jujur, Gilbert sangat takut jika keluarganya hancur karena ayahnya kehilangan bisnisnya. Namun, kini dia rasa badainya sudah berlalu.

Book I: The Arcanum of Aalisha [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang