Chapter 23

2.5K 375 31
                                    

Malam ini Aalisha berada di kamarnya dengan suara hujan terdengar di luar. Ia mengenakan piyama berlengan panjang dengan warna biru tua. Kini ia sedang bersandar di atas kasurnya sembari membaca novel yang dipinjam dari salah satu Keturunan Utama Majestic Families, ya seorang Majestic Families yang tak lain dan tak bukan adalah Nicaise. Memikirkan terlibat dengan mereka, Aalisha langsung sakit kepala lagi. Ia bahkan memukul kepalanya berkali-kali menggunakan novel di tangannya. 

Rencananya adalah sejauh mungkin dari Majestic Families, tapi takdir benar-benar kejam karena ia malah terlibat langsung dengan ketiganya! Ya, terutama gadis bernama Eloise Clemence yang berniat untuk membunuhnya. 

“Sialan harusnya aku tahu kalau dia keturunan utama Clemence!” Aalisha teringat kembali kejadian di toko buku.

"Bodoh." Dia teringat bagaimana caranya menghina Eloise dengan kata bodoh, pasti hingga detik ini kata itu membekas dan karenanya Eloise mengingat Aalisha. Bagi orang lain, dikenal dan diingat para Majestic Families adalah sebuah anugerah dan kebahagiaan, tetapi tidak untuk Aalisha! Karena semua ini adalah bencana.

“Pantas saja saat berhadapan dengannya, suasana di toko berubah suram. Terus ketiganya bertanya, kau tak kenal aku? Ya jelas gak kenal lah, kenapa kalian gak kenalan duluan jadi aku bisa bersikap baik.” 

Andai saja saat di kediamannya, ia tak terlalu acuh dan bodo amat akan informasi seputar Majestic Families yang biasa diangkat melalui surat kabar Lè Ephraim atau surat kabar lain, maka dia tidak akan terperangkap dalam masalah ini. Sungguh, ia bahkan tak tahu nama para keturunan Keluarga Agung, apalagi wajah mereka. Mungkin ini karma akibat sifat tak acuhnya. Ia jadi teringat nasehat Arthur agar jangan mencari banyak musuh, tapi ini Aalisha! Yang seorang Kaisar pun bisa dia ajak perang! Ahh, kalau begini malah menggali kuburan sendiri. 

“Baiklah biarkan saja, yang terjadi sudah terjadi, mereka takkan melupakanku. Maka aku harus menghadapi ketiganya, bukankah Keenan Kalangga saja banyak memiliki musuh padahal dia tokoh utama dan seorang pahlawan … ya pada akhirnya dia mati juga  sih di akhir buku.”

Aalisha menutup novel yang ia baca dan kini terduduk sembari mengacak rambutnya akibat frustrasi. Ia kembali menganalisa ketiga Majestic Families itu. Pertama, Athreus dari keluarga Kieran Zalana, lelaki itu sepertinya punya banyak kenalan dan hiperaktif jadi bisa saja dia tak lagi berinteraksi dengan Athreus. 

Lalu yang kedua adalah Nicaise, harusnya Aalisha tidak meminjam buku darinya jadi interaksi dengannya akan selesai di perpustakaan, tetapi Aalisha malah terpengaruh akan novel sialan di tangannya ini, kemudian jika berbicara dengan Nicaise ada hal yang tak Aalisha mengerti yang perlahan menyeruak di dadanya. Abaikan! Aalisha harus mengembalikan novel ini, setelah itu jangan berinteraksi dengan lelaki itu lagi. 

Kemudian yang terakhir dan menjadi masalah utama adalah Eloise, jelas sekali jika gadis itu takkan melepaskan Aalisha, melihat keluarga Clemence sebagai keluarga yang begitu ambisius dan sadis. Maka tak ada pilihan baginya, selain berhadapan dengan gadis itu meskipun harus tenggelam di air mendidih atau hangus di lautan api. 

“Ya, dunia ini gila karenanya aku harus lebih gila, masalahnya aku ingin hidup waras.” 

Aalisha turun dari kasurnya dan menaruh novel milik Nicaise di atas nakas, setelahnya ia menuju lemari untuk mengambil sebungkus teh serta teko kecil. Kini ia mengenakan sandal, berjalan keluar kamar, ia berniat membuat minuman hangat supaya menjernihkan pikirannya saat ini. 

Book I: The Arcanum of Aalisha [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang