Satu jam berlalu setelah pelatihan dasar maka praktik akan dilakukan seperti dikatakan master Aragon di awal tadi. Kini seluruh murid membentuk lingkaran besar dengan master Aragon berada di tengahnya, menatap dengan tajam dan sinis. Seolah ia hendak mengeksekusi para pembunuh berantai.
Selain merasa tegang karena master Aragon akan memilih acak murid-murid untuk saling bertarung. Anak-anak Eidothea di luar pelajaran ini terlihat semakin banyak menonton mereka. Rata-rata dari mereka adalah kakak tingkat yang sengaja menghentikan aktivitas hanya untuk melihat bagaimana rasa sakit dalam latih tanding ini.
“Akan kupilih acak, dua orang diantara kalian. Setelah itu saling bertarung, pertarungan pertama menggunakan fisik tanpa senjata, jika sudah kuberi apa-apa, lekas ambil pedang yang sudah disediakan lalu kembali bertarung dengan pedang! KALIAN PAHAM!”
“PAHAM MASTER!” teriak seluruh murid serempak dan sesaat terdengar kekehan dari beberapa kakak tingkat yang menonton mereka.
Master Aragon tak menggubris tawa mereka dan menganggap seolah angin lalu padahal para muridnya merasa tak suka sekali menjadi sorotan seperti ini. Apalagi latih tanding pasti banyak hal memalukan terjadi, tadi saja master Aragon memarahi seorang murid yang tak mampu menyentuh lawannya seujung kulit pun, hal ini membuat kakak tingkat kembali menertawakan.
“Kau maju sekarang!” ujar master Aragon menunjuk seorang murid laki-laki dari asrama Sylvester. “Tiona maju, kau akan menjadi lawannya!”
Para murid angkatan baru terdiam membeku ketika Tiona yang dipilih. Apakah masternya ini tidak berpikir jika baru beberapa hari di sini, mereka sudah harus masuk rumah sakit? Lihatlah betapa iblisnya gadis itu sedang tersenyum seolah menganggap para murid baru sebagai samsak tinju yang takkan merasakan sakit karenanya bisa ia tinju seenaknya.
“Yang lainnya duduk!” ujar master Aragon, lalu para murid yang tak maju duduk di rerumputan.
Aalisha memperhatikan pertarungan itu dengan duduk bersila serta tangan kanan menopang wajahnya. Ia menatap malas ketika murid Sylvester itu berujar agar tidak terlalu keras padanya. Lalu Aalisha perhatikan para murid lain di luar kelas yang sedang terkekeh lagi karena bagi mereka latihan ini seperti pertunjukkan komedi. Aalisha berdecak pelan, sungguh mencerminkan sifat manusia yang senang sekali mencari bahan untuk menghibur dirinya bahkan jika hal itu di atas penderitaan manusia lain.
Pertarungan dimulai cepat dengan Tiona berhasil melancarkan serangan yang membuat murid Sylvester itu terbatuk. Tanpa aba-aba, Tiona menarik lengan lawannya kemudian ia banting ke tanah begitu kuat. Tak sempat merintih, hampir saja perut lawannya terkena tendangan jikalau ia tak cepat menghindar. Kini anak Sylvester itu melancarkan serangan balasan, sayang sekali karena Tiona menghindar dengan mudah dan membalas dengan menendang perut lawannya menggunakan lutut, sukses hal itu membuat lawannya terlempar dan ambruk di tanah, tepat di depan murid lain yang sedang bersila.
“Pasti sakit, kau kejam sekali Tiona!”
“Woy, woy cepat bawa perawat kemari, ada yang terluka!”
“Sakit woy!! Tahan, tahan, nanti berkurang angkatan baru!”
"Masa menghindar gitu saja nggak bisa! Angkatan baru payah sekali!"
Suara teriakan dari penonton membuat murid yang berlatih hari ini ingin lenyap saja dari dunia, karena jika bertarung selain merasakan sakit dibanting ke tanah, pasti merasa sangat malu juga.
Kesialan semakin menimpa para murid di kelas dikarenakan penonton semakin banyak ketika seorang gadis yang menjadi primadona akademi ini, gadis yang berasal dari Majestic Families, tak disangka-sangka ikutan tertarik untuk melihat latih tanding ini.
KAMU SEDANG MEMBACA
Book I: The Arcanum of Aalisha [END]
Fantasy[Bismillah, berani lo plagiat, gue tunggu hukumannya di akhirat!] BOOK I - TAMAT Athinelon, dunia sihir dengan keajaiban dan rahasianya yang tak terduga. Dunia yang terbagi menjadi beberapa benua, wilayah, distrik, dan zero domain. Dunia yang penuh...