Di suatu malam, tidak ada awan hujan yang menutupi sehingga bulan benar-benar bersinar terang malam ini. Suara burung hantu terdengar berkicau menambah suasana sepi dan hening di sekitaran wilayah akademi yang semua penghuninya sudah berada di asrama masing-masing. Meskipun beberapa Orly penjaga terlihat ke sana-kemari di sekitaran kastil utama Eidothea.
Terdengar suara langkah kaki yang cepat karena sedang berlari, tetapi bukan langkah kaki yang menginjak lantai dan menyusuri koridor Eidothea, melainkan langkah kaki yang berlari di rerumputan, menginjak ranting-ranting kayu, melewati semak belukar, diam-diam bersembunyi dibalik pohon kemudian mengatur napas sesaat. Ketika terdengar suara langkah kaki yang lain di belakangnya, maka lekas ia berlari lagi karena tak mau tertangkap.
Kini dia berada di bagian barat Akademi, sedikit lagi setelah melewati kastil dan bangunan yang menjadi tempat latihan maka ia bisa keluar dari akademi ini. Namun, sebelum itu ia harus bebas lebih dulu dari seseorang yang sejak tadi tidak berhenti-henti untuk mengejarnya, sangat gigih juga.
"Mari bunuh satu, tak masalah, tak masalah. Aku akan langsung disenangi para Apos'teleous, aku akan mendapatkan kebanggaan." Dia adalah seorang pria dengan wajah benar-benar jelek, pakaian yang ia kenakan sudah sobek-sobek, rambutnya gimbal karena tak dikeramas beberapa hari atau ia sama sekali tak pernah mandi?
Kini manik matanya bergerak ke sana kemari karena mendengar langkah seseorang mendekatinya. Lekas pria bernama Vevede itu menarik pedangnya, meski bukan pedang magis miliknya dulu, tetapi tuan agungnya memberikan pedang baru ini. Ya, Vevede adalah seorang Phantomius yang menjalani salah satu perintah dari organisasi untuk membunuh seseorang di akademi ini. Kini setelah perintahnya terlaksana, dia secepatnya kabur, tetapi sayang sekali ada satu orang yang berhasil menyadari kehadiran. Maka orang itulah yang kini mengejar Vevede sejak tadi, serta begitu gigih. Namun, tak masalah, satu nyawa lagi lenyap di tangannya malah sangat bagus karena dia bisa menambah tumbal untuk batu Zephyr yang termasyhur itu.
Vevede menyelimuti seluruh tubuhnya dengan neith, ia takkan terdeteksi barrier di sini karena sudah dinonaktifkan berkat salah satu orang dalam yang berada di akademi. Diberkatilah para pengkhianat bangsa manusia yang melakukan semua ini demi Sang Raja Iblis, diberkatilah!
"Kau bodoh, manusia bodoh," ujar Vevede ketika terlihat sudah sosok yang mengejarnya meski tak jelas wajahnya. "Harusnya kau tak mengejarku jika tidak mau menemui kematian, tetapi kau malah menantang kematian. Khi hi hi, dasar bodoh, kini kau akan menjadi tumbal bagi bangsa Iblis!"
Vevede menatap pada sosok yang malah melangkah tanpa rasa gentar. Awalnya sosok yang mengejar Vevede tak terasa sedikit pun neith terpancar darinya, seolah begitu lemah, seolah seperti binatang yang takkan mampu melawan para pemburu. Namun, kini semakin sosok itu mendekati Vevede, mulai terasa neith yang begitu besar, aura yang menyeramkan, kekuatan yang seolah menekan musuh-musuhnya dengan begitu mudah, ibarat seekor harimau yang siap menerkam mangsanya. Hal itu pula yang membuat seluruh tubuh Vevede gemetar hebat, giginya yang gemeretak itu terdengar, ia sama sekali tidak bisa memegang dengan benar pedangnya. Ketika ia menatap sosok itu, kini terlihat jelas manik mata biru tanzanit yang menjadi pertanda bahwa Vevede telah menemui malaikat kematian. Vevede telah salah menantang seseorang.
"Tidak, tidak mungkin. Mengapa, mengapa harus kau ... mengapa!"
Sosok itu kini benar-benar terlihat jelas, memperlihatkan seorang lelaki dibalut kaos hitam dengan jaket biru tua, celana hitam kotak-kotak, sandal berwarna hitam pula. Wajahnya yang tampan bak diukir oleh pemahat terhebat di Athinelon ini terpampang jelas ketika cahaya bulan menyinarinya. Senyumannya terukir, memperlihatkan gigi putihnya, serta semakin indah manik biru matanya—sebiru batu tanzanit, sebiru laut ciptaan para Dewa. Perlahan selubung neith bersinar di tangan kanannya yang terciptalah sebuah pedang panjang nan sangat tajam.
KAMU SEDANG MEMBACA
Book I: The Arcanum of Aalisha [END]
Fantasy[Bismillah, berani lo plagiat, gue tunggu hukumannya di akhirat!] BOOK I - TAMAT Athinelon, dunia sihir dengan keajaiban dan rahasianya yang tak terduga. Dunia yang terbagi menjadi beberapa benua, wilayah, distrik, dan zero domain. Dunia yang penuh...