Ada satu peraturan aneh dari akademi untuk para muridnya yaitu dilarang membawa barang-barang menggunakan invinirium sebelum resmi berada di akademi Eidothea. Hal ini dilakukan untuk mencegah para murid baru membawa barang yang tak diinginkan atau berbahaya atau dilarang oleh pihak akademi. Jika barang-barang itu di dalam invinirium, maka akan susah dilakukan pengecekan karena invinirium hanya bisa dimunculkan oleh pemiliknya masing-masing. Jadi semua barang bawaan harus dibawa menggunakan koper atau kardus maupun sejenisnya.
Sungguh Aalisha ingin sekali menjerit karena hal ini. Padahal ada cara mudah, mengapa malah dipersulit, lagi pula barang berbahaya tipe apa yang akan mengancam akademi itu? Sialan, kini ia harus mengatur kopernya lagi agar muat.
Selain itu, Aalisha membalut kedua pedangnya menggunakan kain berwarna putih-kekuningan, lalu ia ikat dengan tali cokelat. Tidak lupa, ia pasang mantra singkat agar pedang tersebut tidak dicuri oleh orang lain. Mana tahu ada pencuri 'kan? Ya, walaupun percuma mencuri pedang magis karena pasti takkan bisa menggunakannya, adanya kena serangan dahsyat akibat ditolak pedang tersebut.
Kini Aalisha mengecek ulang semua barang-barangnya bersamaan kertas serta pena yang mencentang daftar barang yang sudah ada. Setelah dirasa lengkap dimulai dari seragam hingga buku-bukunya, kertas tersebut terbakar menjadi abu dan penanya masuk ke koper dengan sendirinya.
Berbicara mengenai seragamnya, Aalisha lumayan suka desain seragam akademi ini. Warnanya juga termasuk favorit Aalisha, oh selain itu, ada dua rok seperti yang dijanjikan Lady Michroft, padahal Aalisha tak membutuhkan rok itu. Ia berpikir hendak membakar rok tersebut ketika di akademi nanti. Berdoa saja Lady Michroft tak mengetahuinya.
"Kau sudah selesai bersiap?" Suara Owen terdengar di seberang sana menggunakan cyubes.
"Ya, sekarang kau ingin apa? Memberikanku uang saku karena aku takkan bertemu denganmu dalam waktu lama atau salam perpisahan pada majikan tersayangmu ini?"
Bisa Aalisha dengar suara helaan napas panjang penuh rasa lelah di sana. Sungguh Aalisha hanya bercanda mengatakan semua itu, lagi pula ia tak perlu uang saku maupun salam perpisahan dari siapa pun.
"Sepertinya aku harus pergi."
"Aalisha."
"Apa?"
"Ya, seperti yang kau katakan, aku tak bisa bertemu denganmu bahkan bisa saja kita takkan bertemu lagi, jadi sebisa mungkin jangan cepat mati. Ah, maksudku, jaga dirimu."
Apa-apaan ini? Kepala Owen terbentur atau ia masih mengigau? Bagaimana bisa dia mengatakan kalimat itu padahal hari-hari Aalisha bersama dengannya, pria itu yang selalu membuat hidup Aalisha diambang kematian kini dia berkata agar Aalisha menjaga diri? Bah! Dia pria gila yang memang tak pernah cocok dengan Aalisha.
"Kau sungguh puitis, Paman. Aku jadi terharu, sungguh dari mana kau mempelajari kalimat itu?"
"Bukankah darimu sendiri?"
Aalisha langsung berdecak. "Sudah 'kan? Aku harus membawa koper-koper ini ke bawah. Harusnya kau di sini membantuku membawakan koper!"
"Aku ingin mengatakan sesuatu lagi."
"Cepatlah katakan!"
"Bisakah kau cari teman di sana? Tak perlu banyak, satu atau dua orang yang kau percayai dan mereka percaya pada—"
"Owen. Aku bisa mengurus diriku sendiri."
"Baiklah, oh satu lagi."
"Apa?? Kini kau membuatku kesal!"
"Tak mau mengucapkan salam perpisahan padanya?"
Hening menyeruak sesaat. Entah di tempat Aalisha maupun ruangan di mana Owen berada. Lalu gadis itu tersenyum jahat seolah-olah manusia yang baru saja patah hati kemudian berniat membunuh seseorang yang membuatnya patah hati.
KAMU SEDANG MEMBACA
Book I: The Arcanum of Aalisha [END]
Fantasía[Bismillah, berani lo plagiat, gue tunggu hukumannya di akhirat!] BOOK I - TAMAT Athinelon, dunia sihir dengan keajaiban dan rahasianya yang tak terduga. Dunia yang terbagi menjadi beberapa benua, wilayah, distrik, dan zero domain. Dunia yang penuh...