Chapter 42

2.2K 369 73
                                    

|| Selain yang pernah gue promosikan langsung. Dari mana kalian tahu cerita ini?

Latihan dimulai dengan master Arthur yang mengawasi murid-muridnya sambil mengisi semacam buku yang bisa saja merupakan buku penilaian. Master Arthur juga membenarkan ucapan mantra yang salah sehingga menyebabkan syarat mantra tersebut tidak terpenuhi-syarat menggunakan mantra adalah pelafalan yang benar-tidak hanya itu, meskipun sudah benar secara pelafalan, tetapi tidak bisa menyeimbangkan neith maka mantra tersebut bisa saja gagal atau kekuatan yang dihasilkan tidak terkendali.

Master Arthur merasa pusing karena ada saja murid yang ketiga mantra, pelafalannya salah semua, entah memang tidak sampai menyebut nama mantranya atau namanya terlalu susah diucapkan. Tidak bisa dibayangkan jika murid-muridnya ini harus melafalkan mantra tadi yang dia contohkan, bisa-bisa lidah mereka akan sakit sebelum mantranya berhasil.

Sebenarnya nama mantra yang susah diucapkan serta panjang selalu menjadi permasalahan yang tak kunjung selesai karena setiap terciptanya mantra baru, selalu saja susah dilafalkan begitu juga mantra kuno atau lama yang akan sama saja bahkan lebih sulit lagi. Atas inilah, pihak kekaisaran maupun Majestic Families selalu mencari cara untuk mempersingkat nama mantra, hanya saja jika cara ini dilakukan maka penggunaan mantranya membutuhkan usaha lebih besar lagi dan kemungkinan gagal juga besar. Sehingga beberapa penyihir yang tak mampu menggunakan mantra yang disingkat namanya terpaksa melafalkan mantra yang panjang dan berbelit-belit. Yah, meskipun cara ini sama saja tidak efektif karena ada kemungkinan gagal juga apalagi ketika pertarungan, tidak punya waktu untuk melafalkan mantra yang begitu panjang.

Beberapa penyihir akhirnya memilah mantra mana yang akan mereka pelajari serta berdasarkan kekuatannya. Dikarenakan tidak semua mantra mampu dikuasai seorang penyihir apalagi ada beberapa tipe mantra yang memerlukan tenaga atau neith lebih banyak serta keahlian dalam mengendalikan dan mengontrol sihir tersebut. Jika tidak, maka sihir tersebut gagal, kekuatan yang dihasilkan tidak sesuai, serta parahnya malah tak terkendali.

Berdasarkan kurikulum di akademi Eidothea, mantra yang dipelajari haruslah sesuai dengan kelas atau tingkatan murid sehingga murid tahun pertama haruslah mempelajari mantra dasar atau tergolong mudah. Sehingga tingkatan selanjutnya maka jenis mantra yang dipelajari akan meningkat juga. Hal ini dilakukan untuk mencegah kejadian buruk menimpa para murid karena tidak matang dalam menggunakan suatu mantra. Eidothea sangat melindungi muridnya tanpa membedakan kasta. Meskipun begitu ada murid-murid tertentu yang sudah dituntut untuk mempelajari mantra yang tidak sesuai dengan tingkatan mereka atau sudah diharuskan mempelajari mantra tingkat menengah ke atas. Tidak perlu dipertanyakan, murid mana yang masuk dalam kategori tersebut, ya, para bangsawan kelas atas dan tentunya Majestic Families.

Sudah bukan rahasia lagi bahkan seluruh dunia ketahui, jika setiap garis keturunan Majestic Families selalu dididik dengan keras oleh pihak keluarga mereka-tidak peduli garis keturunan utama atau cabang-sejak mereka kecil. Mereka harus menguasai banyak hal dimulai dari ilmu pengetahuan hingga teknik berpedang dan teknik sihir. Permasalah politik dan hukum saja mereka pelajari. Di umur yang belia itu, kebanyakan dari mereka akan dipanggilkan guru khusus atau pengajar privat, masuk pelatihan khusus, atau langsung diajarkan oleh pihak keluarga mereka demi membesarkan keturunan yang menguasai banyak hal bahkan jika diperlukan tanpa celah sedikit pun.

Dilihat dari kacamata kemanusiaan, apa yang dilakukan Majestic Families terkesan sangat kejam, ada juga yang berpendapat jika merenggut kebahagiaan masa kecil keturunan mereka. Namun, semua ini demi keturunan Majestic Families itu sendiri karena kematian selalu mengintai mereka setiap harinya. Mereka tidak hanya tumbuh untuk melindungi Athinelon, tetapi melindungi diri sendiri dari segala kebengisan dunia ini.

Atas inilah, Arthur tidak heran dengan sifat para Majestic Families yang sangat angkuh bahkan menganggap manusia lain sebagai makhluk di bawah mereka. Meskipun begitu Arthur tidak bisa membenarkan perbuatan mereka yang selalu semena-mena itu. Bagi Arthur meskipun takdir yang berpihak pada mereka-para keturunan Majestic Families-selalu kejam, mereka tidak bisa seenaknya merendahkan manusia lain karenanya Arthur harus menangani sifat mereka itu. Yah, kadang saja karena Arthur lelah harus mengurus anak-anak ayam angkuh itu, maksudnya keturunan Majestic Families.

Book I: The Arcanum of Aalisha [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang