Chapter 39

2.2K 328 27
                                    

Akademi Eidothea selain dianggap sebagai Akademi terbaik di dunia serta begitu termasyhur, akademi ini juga menyimpan banyak kejadian unik, ajaib, dan aneh terkadang diluar nalar bahkan mengancam nyawa. Semua kejadian itu dianggap normal oleh penduduk Eidothea.

"Pasti sulit sehari saja, akademi ini tidak aneh-aneh," ujar Mylo yang menatap asap hitam mengepul di bagian tenggara kastil akademi.

"Entah, apalagi kejadian di akademi ini." Anila tidak heran jika beberapa kelas terlihat masih sibuk belajar, sedangkan terjadi kehebohan di bagian tenggara akademi. Ya, lihat saja, asal hitam di sana, tapi kelas-kelas masih belajar dengan tenang.

"Bagus, kelas kita ditiadakan akibat bencana di sana artinya libur, mari kembali ke kamar dan tidur," sahut Aalisha hendak pergi, tetapi jubahnya ditahan Mylo.

"Ayo ke sana!" teriaknya, "kita harus melihat penyebab asap hitam itu, kemungkinan berasal dari asrama Drystan."

"Tidak-"

"Mylo benar, ayo kita ke sana," imbuh Anila menginterupsi perkataan Aalisha barusan.

"Ayok!" Maka keduanya langsung menuju pusat keributan tersebut serta menarik jubah Aalisha seolah gadis kecil itu akan hilang jika tidak dijaga.

"Satu tahun ini saja, aku harus bertahan," gumam Aalisha.

****

Berada di asrama Drystan. Dari jarak jauh saja sudah terlihat api berkobar di beberapa kamar murid yang berada di lantai tiga dan empat. Total ada delapan kamar yang terbakar. Asap hitam mengepul akibat kobaran api yang kemungkinan membakar seisi kamar tersebut. Semuanya menatap pada lima murid laki-laki dari tahun keempat yang berusaha memadamkan kobaran api, beruntung mereka berhasil. Namun, bencana hari ini belum usai begitu saja.

"Sialan, bagaimana bisa mereka bertengkar sampai menghancurkan kamar murid tak bersalah," ujar salah satu murid yang memadamkan kobaran api.

"Kurasa profesor Eugenius akan marah---"

Belum sempat dia menyelesaikan perkataannya. Tiba-tiba saja serangan dahsyat berupa ledakan yang membuat tanah-tanah di sekitar mereka jadi hancur. Sedangkan kelima murid tadi berhasil selamat dengan memasang barrier di sekeliling mereka.

"BISAKAH ADA YANG MENGHENTIKAN PARA ORLY GILA YANG BERTENGKAR ITU!!" teriak salah satunya jadi darah tinggi karena dia rela tertinggal kelas hari ini demi memadamkan api di asramanya.

"HEI MENJAUH DARI SINI!" teriak seorang lagi karena serangan yang tak beraturan itu hampir mengenai beberapa murid yang berada di sekitar asrama Drystan.

"Sialan, apa tak seorang pengajar pun hendak membantu kita? Apa mereka melimpahkan segalanya pada murid, hah!" oceh lelaki berkacamata dengan rambut merah.

Baru lelaki itu hendak melangkah pergi dari sana, tiba-tiba saja dari bawah kakinya muncul bunga putih yang seketika bunga itu berubah menjadi akar hijau yang besar dan panjang serta menjalar ke kaki lelaki berambut merah itu kemudian membawanya ke angkasa, ya, dia terjerat pada akar hijau yang berhasil menjauhkannya dari tanah. Tidak hanya dia seorang, tetapi akar-akar itu mencari mangsa lain sehingga menjerat murid-murid lain.

Banyak sekali jeritan yang terdengar ketika beberapa murid perempuan terjerat pupa, akar hijau itu menjulang ke langit bersama dengan mangsanya yang kini bergelantungan tanpa mampu berbuat apa-apa.

"Gawat, apa kedua Orly itu yang berbuat masalah?!" Mylo menunjuk pada dua Orly yang berpijak pada akar hijau dengan beberapa murid bergelantungan di sana.

"Kurasa mereka bertengkar," ungkap Aalisha.

Anila berujar, "Aalisha benar, tapi tak kusangka jika mereka bertengkar sampai seperti ini."

Book I: The Arcanum of Aalisha [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang