|| Friendship Dynamic
Malam ini hujan menutupi akademi, cuaca suka tidak menentu, sepertinya ada yang sedang bersedih atau para Dewa meneteskan air mata karena melihat kekejaman setiap makhluk ciptaan mereka.
Semilir angin semakin bertiup, bercampur hujan yang membuat malam ini lebih dingin dibandingkan malam-malam sebelumnya. Namun, cuaca dingin ini tidak menghentikan tiga murid Arevalous bersandar di pembatas sebuah balkon kastil asrama mereka sambil mengedarkan pandangan ke suasana akademi, begitu sunyi. Hanya suara hujan saja yang terdengar, meredam semua suara lainnya.
Mylo menarik lengan sweaternya hingga menutupi telapak tangan, pasti sweater ini rajutan dari ibunya karena tampak terlalu besar di tubuhnya. Dia juga senang mengenakan kupluk cukup besar juga di kepalanya, tetapi tidak senada dengan sweater, kemungkinan kupluk itu entah milik Easton atau Noah. Lucu sekali dia karena terlihat seperti kue warna-warni apalagi sweater berwarna merah, kupluknya hijau gelap. Celananya biru kotak-kotak dengan kaos kaki putih.
Di samping Mylo ada Anila yang berbalut pakaian tebal juga, tetapi lebih normal dengan warna yang senada. Gadis Andromeda itu mengenakan syal yang membalut sekitaran lehernya. Rambutnya diikat, meski masih tertinggal anak rambut di sekitar telinga. Awalnya dia membaca buku, tetapi sudah dimasukkan ke invinirium dan kini seperti yang lain, hanya menikmati air berjatuhan dari langit serta suasana sunyi, senyap, hampir terasa seram. Berharaplah tidak ada makhluk aneh melintas.
Terakhir berada samping Anila, seorang gadis paling pendek di antara anak seumurannya. Tingginya mencapai bahu Anila, kurang sedikit. Sehingga jika dilihat dari belakang, mereka bertiga seperti anak tangga. Aalisha seperti biasa, dia mengurai rambut yang panjangnya lebih sebahu, lalu sebagian rambut kanannya dia kepang waterfall, entah serajin apa gadis itu malam-malam mengepang rambut. Dia mengenakan sweater tebal dengan warna senada ungu milik Arevalous.
Sejenak ia berpikir, apa yang dilakukannya di sini?! Bukankah ini termasuk membuang waktu padahal ia bisa membaca buku di kamar dari pada menatap rintik-rintik hujan dengan kedua manusia di sampingnya. Namun, entah alasan apa, ia malah setuju saja dibawa ke sini dan enggan beranjak lagi, pasti karena dia sudah malas.
"Aku masih belum bisa memaafkanmu," ujar Anila melirik sesaat pada Aalisha yang malah memasang tampang acuh tak acuh.
"Aku tidak mati, Anila. Aku masih hidup, bukankah itu yang terpenting?" ujar Aalisha sengaja memberikan senyuman untuk meyakinkan Anila.
"Kenapa mudah sekali kau berkata begitu? Jika kau katakan cepat padaku, maka bisa kuhancurkan kedua kakak tingkat itu karena berani menyentuh Frisca dan membuatmu terluka!" Gadis itu berapi-api. Amarah tercetak lagi di wajahnya yang cantik.
"Aku begini karena memukuli mereka, bukan sebaliknya, lagian sudah lewat beberapa hari. Aku sudah tak apa," jelas Aalisha lagi yang kini dia kesal karena sejak tadi, Anila maupun Mylo masih memberikan pertanyaan yang sama.
KAMU SEDANG MEMBACA
Book I: The Arcanum of Aalisha [END]
Fantasi[Bismillah, berani lo plagiat, gue tunggu hukumannya di akhirat!] BOOK I - TAMAT Athinelon, dunia sihir dengan keajaiban dan rahasianya yang tak terduga. Dunia yang terbagi menjadi beberapa benua, wilayah, distrik, dan zero domain. Dunia yang penuh...