Chapter 57

1.9K 414 123
                                    

|| 40 Vote dan 50 Komentar

Kennedy merapalkan mantra yang berhasil melumpuhkan musuhnya yaitu seorang pelayan yang menyerangnya menggunakan botol pecah sejak tadi. Ia kemudian membantu Gilbert melawan salah seorang bangsawan yang membawa pedang tipe rapier, mereka berdua sangat kompak dalam memahami pola gerakan sehingga mereka tidak akan saling terkena serangan satu sama lain. Lalu ketika rapier itu terlepas dari tangan musuhnya, maka lekas Gilbert merapalkan mantra yang menyebabkan musuhnya itu terempas ke belakang dan menghantam air pancur.

"Frisca!" teriak Gilbert karena Frisca menghadapi seorang wanita berpakaian bangsawan yang membawa tongkat panjang. Meski beberapa kali Frisca terkena pukulan sehingga wajahnya jadi agak lebam membiru, tetapi gadis itu tak mau kalah.

Dia tetap berusaha, menyerang dengan mengayunkan pedangnya yang berbenturan dengan tongkat besi. Suara pertarungan itu terdengar hingga Frisca berhasil menyerang beberapa titik tubuhnya hingga gaun wanita itu jadi sobek. Kesempatan bagi Frisca lagi dengan menyerang rambut wanita itu—ternyata rambut palsu, lagian kenapa juga rambutnya menjulang tinggi seperti menara—yang terbelah menjadi dua dengan pedangnya kemudian ditendangnya perut, lalu ambruk wanita itu.

"Balasan karena kau membuat wajahku lebam!" teriak Frisca kemudian menancapkan pedangnya tepat di gaun wanita tadi yang sudah kalah telak.

Gilbert dan Kennedy yang menyaksikan kebrutalan Frisca hanya diam membisu. "Perempuan kalau main pedang ngeri ya, kayak dendam banget." Gilbert berujar agak berbisik supaya Frisca tak mendengarnya.

"Beruntung hanya dia, tidak terbayangkan kalau ada Anila dan Aalisha juga," sambung Kennedy.

"Kuharap tim mereka menemukan mahkotanya," ucap Gilbert.

"Jadi bagaimana? Kita harus mengejar mereka?" teriak Frisca.

"Sepertinya---"

"GRROOOOAHHHH." Suara raungan sangat keras membuat mereka bertiga lekas menutup telinga karena membuat telinga mereka sakit.

Kennedy yang sadar duluan, langsung menarik pedangnya kembali. "Gilbert, siaga!"

Angin berembus kencang bersamaan suara senjata saling berbenturan karena Kennedy berhasil menangkis serangan kapak besi dari seekor minotaur bermata merah menyala. Namun, ia tak mampu bertahan, tanpa disadarinya minotaur itu berhasil menghantam Kennedy yang melayang ke belakang lalu menabrak pohon, pohon itu patah dan roboh sehingga burung-burung di pepohonan kabur semua.

"KENNEDY!" teriak Gilbert, merapalkan mantra yang berhasil mengenai tubuh minotaur itu, tapi tidak berefek apa-apa. "Sial, kenapa ada minotaur di sini!" Kini sang minotaur mengayunkan kapaknya sangat cepat, berhasil mengenai beberapa helai rambut Gilbert yang langsung menerjang menggunakan pedangnya, tetapi ditahan sangat mudah. Sang minotaur berteriak lalu diangkat tubuh Gilbert, lekas diempaskan ke tanah sehingga tanah menjadi cekung dan hancur.

"Gilbert!" Frisca gemetar hebat, rasa takut memenuhinya karena ini pertama kalinya dia menghadapi situasi seperti ini. Tak sekali pun, ia pernah berhadapan dengan monster apalagi setara minotaur.

"GROAHHHK." Minotaur itu kembali mengangkat kapaknya, tapi belum sempat diayunkan ke arah Frisca karena Kennedy melesat kencang dan berhasil menggores wajah Minotaur itu, Gilbert meski tubuhnya sakit dan cukup ketakutan, tetapi ia bangkit kembali dan menusuk monster tersebut. Mereka berdua menahan monster tersebut sekuat tenaga.

"FRISCA PERGILAH CARI BANTUAN! KAMI AKAN MENAHANNYA!" Gilbert merasa tubuhnya hendak hancur karena sudah mencapai batasannya juga bagi dia dalam menggunakan neith. Ia tidak fokus melakukan nereum karena situasi ini menakutkan baginya.

Book I: The Arcanum of Aalisha [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang