Chapt 9 ; Egois

6.8K 395 2
                                    

“Gimana?” Tanya Tamara, menyeruput jus guava diatas meja ini

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

“Gimana?” Tanya Tamara, menyeruput jus guava diatas meja ini.

“Berjalan lancar, aku rasa..” Ujar Ghali. Ghali mengeluarkan sebuah kantung plastik bening keatas meja.

“Apa ni mas?” Tanya Tamara, Ghali mengeluarkan sepuluh buah foto dari dalam plastik bening tersebut.

Foto-foto itu berupa foto-fotonya Dinara dan Agarra dari butik sampai Restoran Chauve.

“Bukti.” Jawab Ghali. Tamara menatap Ghali dalam diam. “Kita harus ngeyakinin oma kalau mereka harus bersatu.” Lanjut Ghali.

Helaan nafas keluar dari bibirnya Tamara, “Menurut mas, kita gapapa ngelakuin ini?” Tanya Tamara. Ghali mengangguk cepat.

“Kamu sendiri tau kan impiannya dinara?” Tanya Ghali. Tentu saja Tamara tahu. Adiknya ini ingin menetap di sebuah pulau pribadi sendirian. Benar-benar sendirian. Dinara sudah membanggakan mimpinya sejak masih masa sekolah. Sepertinya diakhir kelulusannya. Sejak saat itu, Dinara mulai bertekad menabung.

Ia mulai bekerja part-time kesana dan kesini demi impiannya. Sebenarnya ia tidak harus menabung pun, Ayah mereka sanggup membeli pulau pribadi untuknya. Tapi Dinara bertekad bahwa ia akan menguras keringatnya untuk mendapatkan apa pun yang ia inginkan. Karena begitu cara orang tuanya mendidik mereka. “Dan kamu tau gimana aga kan?”

Tamara kembali mengangguk. Si super sibuk yang tidak pernah mau menyisikan sedikitpun waktunya untuk berpacaran. Sebenarnya, Ghali pikir adiknya itu bisa saja menyisikan waktunya. Hanya saja, bagi Agarra waktu itu adalah uang. Ia tidak ingin menghabiskan uangnya untuk wanita tidak jelas yang sering dijodohkan oleh Mama mereka.

Pikir Agarra, ia tidak kenal setiap gadis yang dijodohkan oleh mamanya, dan tidak ingin kenal. Menurut Ghali, inilah salah satu alasan mengapa Agarra masih sendiri sampai sekarang.

Jika sudah mengenalnya, bukan kah akan lebih mudah?

“Tapi.. dilihat-lihat, mereka memang cocok.” Ujar Tamara, meraih salah satu foto didalam sana.

“Aku juga merasa seperti itu.” Gumam Ghali. Sebenarnya alasan mengapa keduanya bekerja sama untuk menyatukan adik-adiknya ialah Tamara dan Ghali sudah berkencan selama satu tahun. Otomatis mereka sudah saling mengenal keluarga masing-masing.

Ghali tidak ingin Dinara mendapatkan suami yang tidak sesuai kualifikasi, karena bagi Ghali, Dinara sudah seperti adiknya sendiri.

Sama halnya dengan Tamara, Tamara sudah pernah melihat Dinara tersakiti oleh pria. Yang paling parah, Dinara tidak keluar kamar selama dua hari. Oh benar juga, setelah kejadian itu, Dinara mulai bermimpi tidak ingin menikah dan menetap di pulau terpencil. Maka, Tamara menyimpulkan bahwa Dinara seperti itu karena hubungannya berantakan. Tamara rasa, Agarra benar-benar pria yang sangat baik. Selain workaholic, tidak ada kekurangan pada dirinya Agarra.

Dinara untuk Agarra ✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang