“Pagi semua!” Seru Dinara dengan semangat.
“Pagi mba.” Ujar Anissa menjawab sapaan Dinara.
“Si botak belum dateng?” Mereka mengangguk. Dinara melirik ruangan bossnya, tumben sekali pria itu.
Ini sudah hari kelima Boss mereka tidak muncul dikantor. Apa diculik ya? Eh.
“Kenapa ya cyin, kok ga masuk masuk? Biasa mana pernah si botak itu betah dirumah.” Ini kata Nino. Dinara mengedikkan bahunya. “Memang tumben sih, setelah malam ulang tahunnya selingkuhannya, dia gaada kabar lagi,” Jawab Dinara.
“Apa jangan-jangan di culik sama si sugar babynya kali!” Timpal Abi. Dinara mendengkus, “Mana mau dia nyulik si botak, ngapain anjir!” Cibir Dinara.
“Ya mungkin karena kesel gitu babe sama si botak, uda tua gatau tua, jadi di culik sama clara trus di bunuh diem-diem. Gatau deh dibuang kemana.” Ucapan Cassie membuat yang lain bergidik ngeri.
“Kenapa mendadak ganti genre deh, ni kan romance comedy.” Ujar Angga. Dinara menggeleng, “Udahlah biar aja. Gue juga tenang kalau dia ga masuk.” Dikarenakan Dinara ini sekretarisnya Safir, pekerjaannya ya seputar Safir saja. Jika Safir tidak masuk ya ia kurang lebih santai-santai saja.
Dinara sudah berkali-kali menelepon Safir, hanya saja Bossnya memang belum sekalipun mengangkat panggilan ponselnya selama lima hari belakangan.
“Pagi.” Dinara sontak menatap seorang wanita tinggi dengan pakaian formal yang masuk melalui lift. Wanita itu tersenyum tipis namun tidak bisa menutupi wajah garangnya.
“Pagi bu!” Jawab seisi ruangan dengan serentak. “Baik, mulai saat ini saya yang akan mengambil alih posisi safir sebagai CEO di Closedesignal Corp. Salam kenal semuanya, Saya Amara.” Ujar Amara. Kedua mata Dinara hampir keluar dibuatnya. Maksudnya Safir turun dari posisinya? Atau ditendang dan digantikan oleh istrinya?
“Maaf sebelumnya jika saya pernah membuat kalian tersinggung dan pernah membuat kalian tidak nyaman, untuk kedepannya mohon bantuannya ya.” Wanita itu tersenyum lebar, dan melangkah masuk kedalam ruang kerja Safir. Baru beberapa langkah, wanita itu kembali keluar dan memanggil Dinara.
“Dinara, ada yang ingin saya bicarakan.” Ujarnya. Dinara menegang lantas mengangguk, “Baik bu.” Sebelum masuk, ia menatap para rekan kerjanya. Cassie memberikan Dinara sebuah kepalan tangan dengan makna menyemangati Dinara apapun yang akan terjadi didalam nanti.
Dinara menarik nafasnya secara perlahan, lantas melangkahkan kakinya masuk.
Amara melepaskan blazernya dan menggantungnya di gantungan kayu yang berada di sisi belakang kursi kebesarannya Safir yang kini menjadi miliknya.
“Duduk,” Ujar Amara. Dinara ingin menolak, tapi ia takut Amara akan tersinggung.
“Sebelumnya, saya mau minta maaf ke kamu, ara.” Ujarnya. Dinara terkejut, dan langsung menggeleng. “Engga bu, gapapa.” Amara yang kali ini menggeleng, ia meraih tangannya Dinara. Mengagetkan Dinara.
KAMU SEDANG MEMBACA
Dinara untuk Agarra ✔️
Romance[[E N D !]] Bertemu kembali dengan dia adalah hal terakhir yang Dinara inginkan. Dinara tidak tahu bahwa calon adik ipar yang sering di bangga-banggakan oleh kakaknya itu ialah luka lalu yang sudah lama ia buang. Agarra namanya. Keduanya bertemu...