Chapt 67 ; Pura-pura tidak kenal

4K 330 24
                                    

“Selamat ya ra

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

“Selamat ya ra.” Ujar Angga. Akhirnya diantara mereka berenam, 2/6 sudah mempunyai rumah tangga masing-masing.

Ini empat lagi ga mau segera nyusul apa ya?

“Tapi kok ga ngundang kita?” Tanya Cassie kecewa. Dinara meminta maaf.

“Lo hamil diluar nikah?” Tanya Abi. Dinara berdecak sebal. Congornya Abi nih. Minta dicabein.

“Yeu maap, kan gatau gue.” Abi menyengir menerima tatapan maut dari Dinara.

“Gue dijodohin, gue pun gatau, tiba-tiba aja uda tinggal serumah. Semuanya cepet banget,” Jawab Dinara. Memang sejujurnya hubungannya dan Agarra berjalan secepat itu kan? Ya lambat tapi cepat, Dinara harap kalian mengerti maksudnya. Walau memang bukan dijodohkan, namun Dinara dan Agarra kan sudah sepakat jika orang-orang menanyakan tentang pernikahan mereka, jawaban mereka adalah ini.

“Nissa kok ga kaget?” Tanya Nino saat Anissa dengan santainya berjalan menuju kubikelnya.

“Gue? Oh gue uda tau mas.” Jawab Anissa, mereka semua lantas menatap Dinara.

“Kok lo ga adil ra?! Kok nissa tau sedangkan eike belum?!” Pekik Nino. Dinara terkekeh. “Anissa juga ga sengaja taunya, dia jemput gue pas acara makan malam perusahaan kemarin.” Jawab Dinara.

“Aih! Harusnya i jangan minum sebanyak itu! Padahal kan i mau lihat suaminya ara, hish!” Ujar Cassie. Dinara terkekeh.

“Eh?! Kalau gitu lo undang kita kerumah lo dong ra! Kan baru nikah, biarin kita datang main ke rumah lo!” Ujar Abi. Dinara baru saja akan menggeleng, tapi Nino dan Angga menganggap ide Abi adalah ide yang bagus.

“Ide bagus tuh!” Seru Nino.

“Bagus kan? Sekalian gue mau sidak suaminya ara, gue mau lihat apakah dia sudah cocok bersanding disisinya ara hohoho gu--” Ucapan Nino dipotong oleh Anissa.

“Lo yakin mas?” Tanya Anissa. Yakin bahwa yang disidak malah Abi nanti. Masa sekelas Abi mau nyidak anak konglomerat yang punya pamor dimana-mana. Mereka semua melirik ke arah Anissa.

“Iya! Kalau cowonya ga baik, gue bakalan ngasih dia pelajaran!” Ucapan Abi membuat Angga menepuk bibirnya Abi. “Mulutnya nih! Ini istrinya disini.” Abi menyengir. Dinara hanya bisa menggelengkan kepalanya. Abi ini memang benar-benar.

“Nanti gue tanya dulu deh, uda sana balik kerja. Nanti pak rafael marah kita ngumpul gini.” Ujar Dinara.

Sebenarnya kepala departemen keuangan itu Angga, cuma menurut Angga diantara mereka tidak terlihat posisi kepalanya, karena Angga jarang dimarahi oleh atasan karena kinerja anggotanya jelek, mereka semua pekerja-pekerja yang bisa diandalkan. Kerjaannya ya hanya meng-approve anggotanya saat meminta cuti libur.

“Iya, balik.” Respon Angga. Mereka lantas segera bubar dari mengerumuni kubikelnya Dinara. Dinara tersenyum karena ternyata tidak seburuk itu jujur. Ia malah merasa lebih lega. Dengan begini, ia juga tidak harus membuat Agarra menurunkannya jauh dari gedung kantornya lagi, tidak juga mengaku Agarra sebagai supir ubernya. Hidup kejujuran!

Dinara untuk Agarra ✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang