Chapt 88 ; Reuni dan penggelapan pajak

2.2K 174 11
                                    

“Nih,” Dinara meletakkan gelas kopinya dan meraih amplop undangan dengan nominasi warna emas dan hitam itu

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

“Nih,” Dinara meletakkan gelas kopinya dan meraih amplop undangan dengan nominasi warna emas dan hitam itu. “Apaan nih?” Tanya Dinara ke Naomi.

Saat ini mereka sudah ada di kliniknya Naomi. Naomi memutuskan untuk kembali bekerja. Ia sudah menyelesaikan masalahnya dengan anak-anaknya. Walaupun sebenarnya anak-anaknya tidak rela karena dengan Naomi yang bekerja, waktu untuk mereka pasti akan berkurang. Terutama Kevin. Naomi sudah meminta maaf kepadanya, dan berjanji bahwa perhatian Naomi tidak akan berpusat ke satu orang saja diantara mereka. Anaknya ada tiga. Mereka semua kesayangannya Naomi. Naomi menegaskan itu dan mengalami malam penuh tangis haru bersama suaminya dan juga anak-anaknya. Malam itu, Arthur juga minta maaf karena tidak bisa selalu ada untuk mereka. Akhirnya Arthur menetapkan bahwa setiap bulan akan ada sehari dimana mereka menghabiskan waktu bersama seperti liburan keluarga atau berdiam diri dirumah, dan malamnya akan diadakan sesi jujur-jujuran dimana mereka harus jujur tentang apa yang sudah menjadi beban dihati mereka. Naomi senang karena Arthur selalu berusaha mendekatkan anak-anaknya dengan dirinya. Arthur benar-benar berperan sebagai Suami dan Ayah yang sangat baik.

Naomi meletakkan gelas kopinya lalu menyilangkan tangannya didada. “Reuni.” Ujar Naomi. Dinara sontak menggeleng. Ia tidak pernah menghadiri reuni sekolahnya sampai sekarang sejak ia lulus kurang lebih sepuluh tahun yang lalu.

“Sejujurnya semuanya penasaran gimana kabar lo, ra.” Ucap Naomi. Setelah seakan-akan sosok Dinara terhapus dari muka bumi, Dinara hidup tanpa memikirkan masa-masa saat itu karena ia akan diingatkan dengan lukanya. Walau sekarang luka itu sudah pupus digantikan dengan kebahagiaan.

“Ogah lah.” Ujar Dinara. Ia bahkan sudah lupa dengan teman-teman sekelasnya, untuk apa ia menghabiskan energinya dan berkumpul dengan orang-orang asing?

Dinara melirik jam di tangannya, dan mendongakkan kepalanya menatap Naomi. Dia baru saja kembali dari makan siang bersama dengan Naomi dan akhirnya duduk untuk beristirahat sebentar di kliniknya Naomi.

“Gue balik ya mi, uda lewat jam istirahat gue.” Ujar Dinara. Naomi ikut melirik jam dinding dan mengangguk. Kebetulan ia ada pasien jam segini, tanpa pamit pun sebenarnya sebentar lagi Dinara akan ia usir.

“Iya ra. Hati-hati!” Ujar Naomi. Dinara mengangguk dan keluar dari kliniknya Naomi. Ponselnya yang berdering membuat Dinara meraihnya.

“Halo?” Ujar Dinara.

“Uda ketemu naominya?” Suara Agarra terdengar dari seberang sana.

“Uda ga, ni baru aja aku mau balik kantor.” Ujar Dinara. “Wait,” Tin tin!

Bunyi klakson mobil membuat Dinara mengalihkan tatapannya dari ponselnya ke mobil hitam yang berada dihadapannya ini. Dinara langsung membuka pintu dan masuk.

“Kok kamu bisa ada disini?” Tanya Dinara.

“Iya, lokasi rapatnya diubah, din. Trus aku inget kamu bilang mau ketemu naomi dan makan siang bareng. Makan apa tadi?” Tanya Agarra. “Steak.” Jawab Dinara singkat. Meletakkan ponselnya ke dalam tas, lalu tatapannya jatuh ke amplop emas hitam yang berada di dashboard mobilnya Agarra.

Dinara untuk Agarra ✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang