Chapt 41 ; Ketenangan sebelum badai

5.4K 330 8
                                    

“Selamat pagi semuaa!!” Suara itu membuat seisi lantai 26 riuh

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

“Selamat pagi semuaa!!” Suara itu membuat seisi lantai 26 riuh.

“Wah! Welcome back babe!” Suara Cassie menyambut Dinara.

“Akhirnya lo masuk juga mba, gue uda ga tahan.” Ini ucapan Anissa, wanita itu menatap Dinara dengan tatapan memelas. Selama Dinara cuti, Anissa lah yang menggantikan Dinara untuk menutup posisi sekretarisnya Safir.

Dinara tertawa, “Cup cup cup.” Membawa Anissa kedalam pelukkannya. “Ini oleh-oleh.” Dinara memberikan sebuah tas ke hadapan rekan-rekan kerjanya ini.

“Eiyy cyinn! Terima acii!!” Nino bangkit dengan semangat dan mendekati Dinara.

“Eleh! Ada oleh-oleh baru cepet lu!” Cibir Abi. Nino mendengus. “Apasih beb, iri aja.” Abi memasang wajah mau muntah mendengar nama panggilan yang disematkan oleh Nino untuknya. Dinara tertawa. Mereka masih sama saja.

“Lama amat cutinya, buk.” Goda Angga. Dinara terkekeh dengan wajah menyesal, karena jika ia pergi otomatis yang akan menghadapi tingkah menyebalkan Safir pasti anggota anggota di lantai 26 ini.

“Ya it's okay lah, ara ini kan jarang banget cuti. Sesekali kita juga perlu refreshing kali,” Ujar Cassie. Dinara tersenyum.

“Iya gue tau, sendirian aja kah cutinya?” Angga menaik-turunkan kedua alisnya, menggoda Dinara.

“Eihh? Babe! You have a boyfriend?” Kedua mata Cassie berbinar terang. Dinara menggeleng cepat.

“Engga lah, uda sana balik kerja. Bentar lagi botak masuk.” Ujar Dinara, kabur ke kubikelnya.

Sejujurnya Dinara tidak benar-benar berbohong kan? Ia memang tidak punya pacar. Adanya Suami. Hoho.

“Sekian pak

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

“Sekian pak.” Safir mengangguk mendengarkan penjelasan Dinara mengenai jadwalnya untuk seminggu ini.

“Baik, kamu boleh keluar.” Baru saja Dinara akan melangkahkan salah satu kakinya, Safir malah menghentikannya.

“Sebentar, dinara. Isi jadwal saya di hari kamis malam. Hotel grand Azkure. Bookingkan satu kamar presidential suite ya.” Dinara mencoba menahan emosinya. Safir ini masih belum tobat rupanya.

Dinara untuk Agarra ✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang