Chapt 93 ; Yoga

2.7K 184 44
                                    

“Ayo ra?” Ajak Abi. Dinara mengangguk. Setelah membereskan sedikit pekerjaannya ia bangkit dari kursinya.

“Anissa ga ikut?” Tanya Dinara melirik kursi Anissa yang sudah kosong. Cassie menyahut, “Uda pergi makan sama sean.” Jawab Cassie.

“Iya, dasar emang bucin banget. Mentang-mentang baru resmi.” Sungut Abi. Nino merangkul Abi dan berkata, “Jangan iri hatinya, mentang-mentang tinggal lo sendiri yang jomblo.” Ejek Nino. Abi berdecak dan melepaskan paksa lengan Nino darinya. “Sialan! Gue doain lo cepet putus sama cewe lo.” Nino mencabik mulut Abi, “Sembarangan!” Tiki-taka Nino dan Abi membuat yang lain tertawa.

Oiya, respon mereka mengenai status aslinya Dinara? Tidak banyak yang berubah. Mereka mengerti alasan kenapa Dinara menyembunyikan nama keluarganya setelah mendengarkan penjelasannya Dinara. Mereka teman-teman yang baik. Tentu saja mereka jadi mengerti kenapa Dinara dan Agarra menikah. Mereka pikir kan tadi Dinara kawin lari karena keluarga Agarra tidak setuju. Tapi yo buat apa? Keluarga Dinara sama berduitnya.

Harta keluarga Dinara kalau buat Abi mandi seribu kali juga cukup, kalau kata Nino. Mandi uang kertas.

“Lo uda telpon mas an?” Tanya Angga ke Dinara. Dinara mengangguk. “Uda gue reservasi dari kemarin kok.” Jawab Dinara. Hari ini mereka mau makan siang di restorannya Anthonio dan Alden.

Anthonio sudah keluar dari perusahaan setelah meresmikan pernikahannya dengan Alden di Jerman dan kembali ke Indonesia untuk membuka restoran baru. Kabarnya restorannya sangat ramai sampai-sampai kalau tidak reservasi dari jauh-jauh hari, mereka tidak akan bisa mengenyangkan perut mereka disana.

“Pak boss ga ikut?” Tanya Angga. Cassie menggeleng. “Engga, siang ini ada janji makan siang sama klien kan ra?” Tanya Cassie. Dinara mengangguk. Cassie dan Rafael juga sudah meresmikan hubungan mereka, dan Cassie juga sudah cerita ke teman-temannya. Mereka tentu turut berbahagia dengan hubungan Cassie juga Rafael. Hal ini membuat satu-satunya yang masih sendiri hanyalah Abi. Memang kasian si Abi ini.

“Keadaan lo gimana, ra?” Tanya Angga saat semuanya sudah berada didalam mobilnya Angga. “Iya, hebat banget ya kayanya lo engga morning sickness deh ra.” Lanjut Cassie.

“Iya, gue emang ga morning sickness cas. Jarang juga muntah-muntah dan mual-mual.” Jawab Dinara. Memang benar. Sejak Dinara tahu ia hamil, ia hanya beberapa kali mengalami mual-mual dipagi hari. Berbeda sekali dengan Tamara. Sejak hamil juga Dinara jadi suka makan. Ia naik tiga kilo di kehamilannya yang sudah mencapai bulan ke empat ini. Dinara juga kerap pergi untuk mengecek kondisi janinnya dan melakukan terapi untuk sakit kepalanya. Sesibuk apapun Agarra, pria itu selalu ikut menemani Dinara ke rumah sakit. Tidak sekalipun ia absen. Saat ini Dinara disarankan hanya terapi sebulan sekali saja. Sebuah perkembangan yang sudah baik sekali.

“Ga sabar banget gue mau ketemu ponakan baru.” Celetuk Abi. “Ponakan baru-ponakan baru, sekate-kate ya lu! Jadi maksud lo anak angga, keponakan lama?!” Semprot Nino. Mulai lah mereka kembali beradu mulut. Dinara hanya bisa tertawa dan menggelengkan kepalanya bersama dengan Angga dan Cassie setiap Abi dan Nino cekcok.

 Dinara hanya bisa tertawa dan menggelengkan kepalanya bersama dengan Angga dan Cassie setiap Abi dan Nino cekcok

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Ghali sedang sibuk dengan laptopnya saat Agarra mendekatinya. “Bang.” Sapa Agarra. Ghali mendongakkan kepalanya, “Oi, ga.” Balasnya saat melihat Agarra tiba dengan jasnya. Sangat tidak cocok dipakai sebagai kostum kesini. Kemana?

“Baik ibu-ibu! Berdiri di atas kedua kaki, lebarkan kaki Anda selebar pinggang, lalu pastikan posisi telapak kaki paralel di mana jempol kaki menghadap ke bagian dalam tubuh dan saling berhadapan. Lebih baik bila Anda memberikan ruang di antara kedua kaki, karena dengan kondisi perut Anda, posisi ini lebih nyaman. Yak! Bagus sekali! Terus, satu dua tiga, tangannya! Bu dian, tangannya! Ya!” Agarra mendongak ke Dinara yang terlihat mengikuti gerakan yang diminta.

Agarra tersenyum. Saat ini mereka sedang berada di sebuah studio yoga khusus untuk Ibu Hamil.

Kelas dibagi tiga. Di hall yang besar ini, ada tiga kelompok didalamnya. Yoga untuk bumil trimester kedua, disinilah Dinara. Yoga untuk bumil trimester ketiga, disinilah Tamara. Dan kelompok terakhir adalah bapak-bapak yang menunggu istrinya selesai, Agarra dan Ghali contohnya. Waduh uda bapak-bapak aja sebutannya ya.

“Sering kesini mas?” Tanya seorang pria disamping Ghali ke Ghali. Ghali menoleh lalu tersenyum. “Iya pak. Istri saya yang itu.” Ghali menunjuk ke Tamara yang terlihat kesusahan tapi berusaha mengikuti kelas. Tentu, perutnya sudah terlihat begitu besar.

Pria yang bernama Arka ini menyahut, “Kalau istri saya yang itu mas.” Ujar Arka lalu menoleh ke Agarra. “Istri saya yang itu.” Tunjuk Agarra, Dinara dan Istrinya Arka ada di baris yang sama.

“Dilihat-lihat istri mas hampir mirip sama istri saya ya, kita juga hampir mirip ya mas.” Ujar Arka si aktor terkenal seindonesia. Agarra hanya tersenyum kecil. Tentu ia mengenal Arka. Arka adalah aktor dibawah naungan salah satu perusahaan entertainment yang pernah hampir menjadi rivalnya.

“Nanti siang, kamu dan ara mau kemana ga?” Tanya Ghali. Niatnya ingin mengajak adik dan adik iparnya ini makan siang bareng. “Ga kemana-mana bang, kayanya mau mampir bentar kerumah mama.” Jawab Agarra. Ghali mengangguk. “Sekalian aja sama abang dan kak tama, ga. Kita makan siang dulu, baru kerumah mama. Gimana?” Usul Ghali. Ghali dan Tamara memang sudah tinggal di rumah mereka yang sudah selesai sejak kandungan Tamara berusia lima bulan. Agarra mengangguk. “Makan dirumah mama aja sekalian bang?” Tanya Agarra. Ghali terlihat berpikir. “Boleh sih, telpon mama dulu gih. Nanti takutnya mama ga dirumah.” Ujar Ghali.

Agarra mengangguk dan meraih ponselnya. Kalian tahu sedang ada dimana Wirja dan Amel?

“Uda tutup dulu ya ga, mama lagi ngurusin papa nih!” Ujar Amel dengan suara sibuk dan grasak grusuk dari seberang sana.

“Aduh pa!” Teriak Amel. Padahal Agarra tidak menghidupkan loudspeaker ponselnya, tapi Ghali bahkan dapat mendengarkan teriakan Amel.

“Kenapa ga? Papa kenapa?” Tanya Ghali.

“Papa sama mama lagi di bali, abang tau?” Ghali menggeleng. Sebuah berita baru untuknya. Kedua orang tuanya tidak mengatakan apapun tentang hal ini.

“Iya sekarang mereka lagi di bali, dan papa berenang jauh banget kan, trus pas balik kepijak bulu babi.” Cerita Agarra. Ghali menggelengkan kepalanya. “Trus papa gimana? Ga papa?” Tanya Ghali. Agarra mengedikkan bahunya. “Gatau, mama matiin telpon aku.” Jawab Agarra. Ghali berdecak. Yasudahlah, mereka yakin Wirja pasti baik-baik saja. Apalagi setelah mendengarkan omelan Amel yang pasti menceramahinya karena berenang terlalu jauh.

Semangat pa! Kirim doa aja dari Agarra dan Ghali, Semoga Papa betah dan semoga bertahan hidup dari omelan Mama. Amin. 😂😂

Gemes banget ni bapak-bapak nemenin istri-istrinya yoga wkwkwkwk

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Gemes banget ni bapak-bapak nemenin istri-istrinya yoga wkwkwkwk

Eh ada arka nyempil, uda ada yang baca kisah arka belum? Hayo dari cerita mana dia?

Besok dua episode terakhir aku update hehe, see you on the next and the last chapter! Happy reading and have a good night fams~! 🥺🤍

Sincerely,

Pikachuu.

Dinara untuk Agarra ✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang