Chapt 72 ; Brownies

3.2K 300 32
                                    

“Ara, bawakan file semalam keruangan saya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

“Ara, bawakan file semalam keruangan saya.” Ujar Rafael setelah menapakkan kaki di lantai 26 ini. Setelah mengatakan itu, ia langsung masuk kedalam ruangannya.

“Baik pak.” Dinara meraih file yang dimaksud Rafael dan mengetuk pintu ruangannya Rafael. Rafael meneriakkan kata masuk, lantas menatap Dinara yang berjalan kearahnya. Dinara memberikan file itu, dan Rafael menerimanya. Ia membuka file itu dan membolak-balikkan halaman demi halaman.

“Bagus. Bisa kamu rekapkan dan serahkan ke saya sebelum jam makan siang?” Tanya Rafael. Dinara mengangguk. “Bisa pak.” Rafael tersenyum, lalu membuka laptopnya. “Bagus. Kamu boleh keluar.” Dinara mengangguk dan berjalan keluar. Bisa ya rupanya orang berubah dalam semalam gini. Tapi tetap saja betapa senangnya dia. Siksaan seminggu yang diberikan Rafael akhirnya berakhir. Ia lega setidaknya Rafael masih tahu batasan. Cara bicara genitnya Rafael juga berubah. Dinara lebih suka Rafael yang ini daripada Rafael yang kemarin.

Tapi sialnya pria itu malah menambah beban kerjanya. Sialan!

“Masih banyak ra?” Tanya Angga. Dinara mengangguk. Melirik jam dinding dengan helaan nafas sebal. “Iya. Memang gaada akhlaknya si Rafael itu.” Cibir Dinara. Mereka tertawa. Sedangkan yang dijadikan bahan pembicaraan sudah pulang sejak dua jam yang lalu. Katanya ada janji makan malam dengan salah satu dari sekian banyak wanita yang mulai di pilihkan oleh Amara untuknya.

Disini, Dinara tertinggal dengan tugas demi tugas yang sejak tadi pagi terus menerus datang.

“Kita bantuin boleh ga, mba?” Tanya Anissa. Dinara menatap Abi, Nino, Cassie dan Angga yang mengangguk. Dinara memancarkan tatapan yang berbinar terang. “Gais..” Gumam Dinara terharu. Abi tertawa. “Lebay lu! Mana buru!” Dinara terkekeh. Dan mengirimkan file-file yang diinginkan Rafael ke grup chat khusus karyawan lantai dua puluh enam ini. Isi grup mereka sebenarnya tidak penting semua. Jarang membahas pekerjaan, lebih banyak membahas kejombloan Abi.

Gila si Rafael, dia meminta Dinara membuatkan rekapan semua file keuangan dari bahan-bahan yang digunakan dari tahun 1998 sampai file terbaru.

Yang membuat lama adalah Dinara baru saja berhasil mendapatkan datanya setelah mencari-cari ke gudang. Data dari tahun 1998 sampai 2011 belum berupa data komputer. Masih berupa data tulisan tangan. Mungkin karena saat itu perusahaan belum sebagus sekarang. Merepotkan sekali anak si botak ini! Hah! Kesal sekali Dinara!

Ponsel Dinara bergetar. Dinara segera menekan tombol dial hijau tanpa melihat siapa yang meneleponnya. Tentu saja yang menelepon adalah si Suami.

Halo din? Maaf banget, aku harus lembur hari ini.” Ujarnya. Dinara sampai lupa mengabari Agarra bahwa ia juga akan pulang telat hari ini. Pas sekali.

“Iya ga, aku juga pulang telat ini kayanya.” Jawab Dinara. Suara ketikan keyboard membuat Agarra diseberang sana bersuara. “Banyak kerjaan?”

“Iya, si rafael gila banget. Dia suruh aku rekap data dari 1998 sampai data terbaru ga.” Cerita Dinara. “Iya? Aku telpon dia ya? Gila banget ini anak.” Dinara langsung menolak.

Dinara untuk Agarra ✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang