“Siapa tuh din?” Bisik Cassie saat seorang pria asing muncul dari lift dan berjalan kearah mereka. Saat ini, Cassie, Dinara dan Anissa sedang berkumpul di pantry sambil menikmati segelas kopi pagi.
Ada pantry khusus untuk karyawan beristirahat di setiap lantainya. Setidaknya ini juga termasuk salah satu alasan Dinara bertahan. Banyak cookies-cookies yang bisa mengisi gulanya yang turun karena lelah menghadapi Safir.
“Sean?!” Tanya Dinara. Senang melihat pria itu terlihat rapi dengan jasnya. “Hai ra!” Seru Sean. Sean tersenyum kikuk melihat bukan hanya ada Dinara disini.
“Nis, ayuk.” Cassie langsung merangkul Anissa dan berencana membawa Anissa pergi dari area pantry. Ia pikir sepertinya ada yang sedang mendapatkan gebetan baru.
“Eh tapi kopi--” Belum siap Anissa menyelesaikan ucapannya, ia sudah dibawa menjauh dari ruangan istirahat mereka ini.
“Gue mau bilang terima kasih sama lo, ra.” Ujar Sean. Dinara menggeleng. “Gue yang harusnya bilang makasih ke lo, sean.” Sean tersenyum lebar. “Lo uda kerumah sakit?” Tanya Sean. Dinara menggeleng. “Gausah lah, sakit kepala biasa kok.” Jawab Dinara. Sean mengangguk, “Ya tapi gaada salahnya dicek, ra.” Jujur, Sean rasa sakit kepalanya Dinara bukan sakit kepala biasa.
“Iya.” respon Dinara seadanya. “Gue mau ajak lo makan siang, sebagai ucapan terima kasih gue karena uda kasih gue pekerjaan.” Ujar Sean. Dinara menggeleng cepat. “Gausah sean! Gue seneng kok bantu lo, trus sekarang yang jaga martnya siapa?” Tanya Dinara.
Walaupun hanya bertemu sebentar, Dinara dan Sean pernah sedikit mengobrol. Itu mart milik kedua orang tuanya Sean, dan Sean membantu menjaga karena sudah belasan kali ia gagal diterima di perusahaan-perusahaan tempat ia melamar.
“Adik gue ra. Gapapa, ayuk makan siang bareng gue. Oiya! Ajak juga suami lo,” Dinara kembali menggeleng. Mengingat bagaimana mudahnya Agarra cemburu, mengajak Agarra hanya akan merusak moodnya Agarra.
“Gini aja, gue ajak rekan kerja gue sekalian deh. Gapapa ya?” Sean mengangguk mantap. “Ajak aja ra. Yauda, gue balik kerja dulu. Ntar gue kabari ya lokasinya.” Ujar Sean dan pamit pergi. Dinara mengangguk dan tersenyum mengirim Sean pergi. Setelah Sean pergi, Dinara keluar dari area pantry tapi ia mendapatkan sorakan dari teman-temannya.
“Ciee! Yang pagi-pagi uda didatengin aw! Ganteng banget lagi mbokk!” Seru Nino. Dinara memutar malas kedua matanya. “He's just a friend.” Jawab Dinara. Klarifikasi.
“Friend apa friend?” Tanya Cassie. Dinara mengangguk tegas. “Friend.”
“Eiyy! Gue liat kok aura-auranya.” Ujar Abi. Dinara mendengkus. “Aura apaan!aura jin? Itu mah lu!” Ujar Dinara. Abi berdecak. “Malu dia kayanya diceng-cengin..” Goda Abi.
“Gila lo pada, uda kerja yang bener!” Ucapan Dinara membuat mereka mengerucutkan bibir mereka dan kembali fokus pada tugas mereka masing-masing. Mereka ingin tahu apakah Dinara sudah menyelesaikan perasaannya pada Anthonio. Kecuali Anissa tentu saja. Wanita itu sibuk menahan tawa karena hanya dia yang mengetahui kebenarannya. Menyenangkan! HAHAHA.
KAMU SEDANG MEMBACA
Dinara untuk Agarra ✔️
Romance[[E N D !]] Bertemu kembali dengan dia adalah hal terakhir yang Dinara inginkan. Dinara tidak tahu bahwa calon adik ipar yang sering di bangga-banggakan oleh kakaknya itu ialah luka lalu yang sudah lama ia buang. Agarra namanya. Keduanya bertemu...