Dinara sedang mengaplikasikan skincarenya didepan meja rias. Menatap Agarra yang baru saja selesai mandi dari cermin. Pria itu terlihat seksi dengan rambutnya yang basah.
Dinara kembali pada fokusnya, setelah selesai melakukan rutinitasnya, Dinara menarik salah satu laci di meja riasnya.
Ia meraih sebuah kotak beludru merah dan menatapnya sesaat. Tanpa pikir panjang lagi, Dinara meraihnya dan memakainya. Itu cincin pernikahannya dan Agarra. Cincin yang selalu ia pakai dihadapan kedua orang tuanya, dan selalu ia lepas saat akan memulai harinya.
Ia sudah memantapkan hatinya. Ia akan memberitahukan rekan kerjanya mengenai pernikahannya. Sepertinya sudah saatnya.
Dinara bangkit dari duduknya dan bergerak mendekati kasur. Ia memekik saat melihat Agarra hampir tertidur dengan rambutnya yang masih basah.
"Astaga! Gue kaget dinar! Ada apa?" Tanya Agarra. Ia mengesampingkan laptopnya. Ia hampir saja ketiduran dengan laptop dipangkuannya.
"Rambutnya dikeringin dulu, baru tidur ga." Ujar Dinara.
"Siapa yang mau tidur? Belum mau tidur kok, kerjaan masih banyak." Jawab Agarra. Dinara berdecak. Meraih hair dryer dari laci meja riasnya, dan mencolokkannya ke stop kontak disisi kasurnya.
"Sini." Titah Dinara. Agarra hanya menurut. Biarkan lah istrinya ingin melakukan apa. Daripada ditendang tidur diluar.
Agarra akhirnya duduk dengan membelakangi Dinara. Sedangkan dinara berada di belakang tubuhnya Agarra. Tangan Dinara dengan cekatan mulai membelah rambutnya Agarra. Angin dari hair dryer yang cukup hangat menambah kenyamanan pada tubuh Agarra. Ia jadi semakin ngantuk.
"Kalau rambut masih basah gini ga boleh tidur dulu ga, bisa buat rambut rusak dan imun tubuh jadi turun.." Omel Dinara. Ucapan Dinara bagaikan dongeng yang semakin membuat kantuk membanting pintu agar kesadaran tidak bisa masuk kedalam otaknya Agarra.
"Besok mau dimasakkin apa ga? Keknya kita uda harus belanja lagi deh. Stok bahan makanan juga uda mulai habis." Ujar Dinara. Merasa tidak mendapatkan respon, Dinara hanya melanjutkan apa yang sedang ia lakukan. Setelah dirasa sudah cukup kering, Dinara mematikan hair dryernya dan mencabut colokannya.
"Gimana ga? Mau makan apa?" Dinara menyimpan alat pengering rambut tersebut kedalam laci. Dahinya berkerut bingung.
"Aga..?" Dinara tersenyum kecil. Pria ini tertidur dalam keadaan duduk. Bisa-bisanya.
"Ga.." Panggil Dinara pelan. Agarra melenguh kecil. "Tidur yang bener, ntar pegel aga." Dinara membaringkan tubuh Agarra membuat Agarra sontak berbaring dan membawa Dinara kedalam pelukannya. Dinara tersenyum. Ia berharap ia bisa seperti ini selamanya dengan Agarra.
KAMU SEDANG MEMBACA
Dinara untuk Agarra ✔️
Romance[[E N D !]] Bertemu kembali dengan dia adalah hal terakhir yang Dinara inginkan. Dinara tidak tahu bahwa calon adik ipar yang sering di bangga-banggakan oleh kakaknya itu ialah luka lalu yang sudah lama ia buang. Agarra namanya. Keduanya bertemu...