“Angkat please.” Gumamnya sembari memutari mobilnya di tempat yang sama selama sembilan kali.
Bunyi nada dering tidak terjawab yang didapatkannya, membuat Agarra mengerang sebal dan meninju steering mobil.
Ponselnya berdering nyaring, membuat Agarra dengan gesit meraihnya. Berharap ada secercah harapan disana.
“Halo bi? Iya gimana?”
“Belum sampai juga, den.” Helaan nafas gusar itu kini kembali terdengar.
“Okay bi, makasih ya bi.” Agarra terduduk dalam diam. Haruskah ia menghubungi keluarganya Dinara?
Setelah meninggalkan Dinara tadi, Agarra kembali lagi untuk menjemput istrinya itu. Tapi Dinara tidak terlihat dimanapun lagi, yang bisa Agarra temukan ialah lipstick Dinara. Tampaknya wanita itu sedang buru-buru mengambil sesuatu dari tasnya, sampai tidak sadar bahwa lipsticknya terjatuh.
Skenario terburuk jatuh di kepalanya Agarra. Jangan-jangan Dinara diculik?!
Sial!
Agarra memberhentikan mobilnya, turun dari sana dan berkacak pinggang mencelingak-celingukkan kepalanya. Berharap menemukan Dinara.
Sebuah market kecil menarik perhatiannya. Agarra pikir mungkin ia bisa bertanya ke orang sekitar apakah mereka melihat Dinara atau tidak.
Tring!
Bunyi bel yang tergantung di pintu membuat orang yang berada didalam sana menoleh.
Hanya ada seorang pria muda yang menjaga disana. Agarra pikir, sepertinya sedikit lebih muda dari mereka.
“Maaf mas, mau tanya.” Ujar Agarra. Pria itu tersenyum tipis.
“Boleh mas, ada apa ya mas?”
Agarra menunjukkan foto Dinara dengan gaun pernikahan yang dikirim oleh Cella kepadanya. Adiknya itu sibuk memborbardir ponselnya dengan kecantikan Dinara. Agarra gengsi mengakui, tapi ia sedikit berterima kasih ke Cella.
“Mas lihat wanita ini? Tingginya segini, pakai setelan hitam dan tas hitam.” Tanya Agarra. Pria itu terlihat tahu siapa yang ada difoto. Baru saja ingin bicara, sebuah suara sudah masuk kedalam telinganya Agarra.
“Thank you ya, sean.” Dinara keluar dari sebuah pintu yang berada didalam market tersebut. Tampaknya itu rumah pria yang dipanggil Sean ini.
Agarra menghela nafas lega, dan mencoba menahan diri untuk tidak memeluk Dinara.
“Ngapain lo balik lagi?” Suara sinis Dinara membuat Agarra mendengkus.
“Ngapain disini sih? Pulang yuk.” Ujar Agarra. Dinara mendengkus sebal.
“Engga ah, ntar gue diturunin lagi ditengah jalan.” Sindir Dinara. Jujur saja, sebenarnya Dinara mengakui bahwa ia sudah cukup kasar ke Agarra tadi.
KAMU SEDANG MEMBACA
Dinara untuk Agarra ✔️
Romansa[[E N D !]] Bertemu kembali dengan dia adalah hal terakhir yang Dinara inginkan. Dinara tidak tahu bahwa calon adik ipar yang sering di bangga-banggakan oleh kakaknya itu ialah luka lalu yang sudah lama ia buang. Agarra namanya. Keduanya bertemu...