Benar. Ini yang ia lupakan! Kalau Agarra yang menjemputnya kemarin, berarti rekan kerjanya tahu dong kalau dia sudah menikah?
Lantas kenapa mereka semua diam-diam saja?
Dinara menatap mereka dengan gelisah. Apa mereka sedang mengetesnya agar ia yang lebih dulu bercerita? Tck! Apa ia cerita saja ya?
Bunyi ponsel diatas mejanya membuat Dinara bangkit dengan cepat. Amara memanggilnya. Rupanya Amara ingin Dinara mengatur jadwalnya karena dalam minggu ini, dipastikan putranya akan kembali ke Indonesia. Tandanya CEO baru akan tiba di kantor mereka yang tenang ini. Dinara juga bingung mengapa secepat ini. Bukankah sabtu kemarin mereka baru saja mengadakan makan malam tim sebagai alasan menyambut Amara yang menjabat sebagai CEO baru, pengganti si Botak itu? Tapi yasudahlah, bukan hak nya untuk mengetahui kenapa putra bu Amara ingin kembali ke Indonesia.
Setelah keluar dari ruangan Amara, Dinara menatap rekan-rekan kerjanya ini. Kenapa pada diam sih? Dinara jadi frustasi.
Tapi Dinara mendapati Anissa diam-diam menatapnya sejak tadi. Tunggu. Setelah Dinara ingat-ingat, bukankah mereka semua mabuk berat saat itu? Hanya Anissa yang tidak minum kan?!
Astaga! Berarti hanya Anissa saja yang sudah tahu mengenai statusnya?
Dinara mendekati Anissa yang tersenyum penuh arti. “Eum nis, temenin gue beli kopi yuk? Gue mau neraktir kopi buat kalian semua. Ga mungkin dong gue sendiri yang bawa?” Ujar Dinara. Tentu saja biar tidak dicurigai, ia akan berpura-pura membawa Anissa pergi karena suatu alasan dan alasan lain.
“Eitt! Ada angin apa nih?!” Ejek Abi. Dinara berdecak kesal. “Mau ga?!” Hentak Dinara.
“Mau lah!” Nino menggeplak kepala Abi membuat Abi berdecak sebal. “Sialan lu, no!” Umpat Abi. Nino menjulurkan lidahnya mengejek Abi, lantas mendekati kubikel Anissa yang didatangi Dinara.
“Eike aja cyin yang nemenin yu, sekalian eike mau mampir bentar di diy~ kuy ah capcus ga pake lamong!” Ujar Nino. Lah begimana ceritanya. Sebelum Dinara bisa menolak, Anissa duluan yang bicara.
“Mau beli apa mas? Biar gue aja yang mampir.” Ujar Anissa.
“Beneran cyinn? Ga ngerempongin kah?” Anissa menggeleng. Lantas Nino mengambil secarik kertas diatas meja Anissa dan menuliskan apa saja yang ingin ia beli, lalu menyerahkannya ke Anissa.
“Thankiss!” Nino kembali dan balik duduk di mejanya. “Yuk mba?” Anissa meraih tasnya dan berjalan meninggalkan Dinara yang terdiam sesaat, lalu tersadar dan menyusul Anissa.
Didalam lift, keduanya diam-diam an. Sampai akhirnya Dinara memberanikan diri untuk mengungkitnya.
“Nis,” Anissa menoleh dan berdehem. “Lo ini.. hm.. Jadi.. Maksudnya gue.. Tck! Lo uda ketemu suami gue?!” Karena Dinara ngomongnya agak cepet, suaranya jadi terkesan seakan-akan ia berteriak.
KAMU SEDANG MEMBACA
Dinara untuk Agarra ✔️
Romansa[[E N D !]] Bertemu kembali dengan dia adalah hal terakhir yang Dinara inginkan. Dinara tidak tahu bahwa calon adik ipar yang sering di bangga-banggakan oleh kakaknya itu ialah luka lalu yang sudah lama ia buang. Agarra namanya. Keduanya bertemu...