Chapt 95 ; Dinara untuk Agarra

4.7K 221 85
                                    

“Kakak gimana ma?” Tanya Dinara. Ia berlari kecil dengan perut besarnya. Disisinya ada Agarra yang was-was istrinya jatuh. Semangat banget Dinara mau ketemu ponakan.

“Masih didalam,” Ujar Amel. Didalam ruang operasi sudah ada Tamara ditemani oleh Ghali. Awalnya Tamara sakit perut secara tiba-tiba, dan mulai mengalami pendarahan. Ternyata saat dibawa kerumah sakit, Tamara harus segera melahirkan anaknya, jika tidak Tamara atau anaknya akan mengalami masalah besar atau dengan kata lain mereka bisa saja celaka. Padahal jadwal lahiran Tamara seminggu lagi, akhirnya Tamara dioperasi.

Dinara juga kaget. Ini jam dua pagi masalahnya. Agarra memeluk bahu Dinara dan mengusapnya perlahan. Mencoba membuat rasa khawatirnya Dinara berkurang. Diluar sini, kedua orang tua mereka beserta Bara, Agarra dan Dinara sedang berdoa agar Tamara didalam sana baik-baik saja dan bayinya lahir dalam keadaan sehat dan selamat.

Agarra memberikan jaketnya ke Dinara. Dinara saking paniknya sampai meninggalkan jaketnya di dalam mobil.

“Pakai sayang, nanti kamu masuk angin.” Dinara hanya menggenakan daster tidur yang cukup tipis. Dinara mengangguk, menerima jaket dari Agarra. Ia mengelus perutnya pelan. Keadaan sang kakak tiba-tiba membuatnya khawatir.

Mereka menunggu kurang lebih satu jam sebelum akhirnya mendengarkan suara tangisan bayi saat pintu ruang operasi dibuka. Dinara bisa melihat wajah lega keluarganya saat tangisan suci itu terdengar. Termasuk dirinya. Lega sekali.

 Lega sekali

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

“Huwaa! Lucu bangett ga!!”​ Seru​ Dinara menatap putranya Tamara dan Ghali dari balik kaca

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


“Huwaa! Lucu bangett ga!!”​ Seru​ Dinara menatap putranya Tamara dan Ghali dari balik kaca. Saat ini bayi mereka masih di letakkan diruangan bayi untuk dipantau selama beberapa jam kedepan. Jika bayi baik-baik saja, suster baru bisa membawakannya ke Tamara.

“Iya gemes banget ih pipinya! Pengen mama uyel-uyel!” Ujar Astrid. Amel mengangguk setuju. Tanpa sadar ia menangis. Astrid menoleh ke Amel dan tersenyum, lantas menggenggam tangannya Amel. Astrid mengerti bagaimana perasaan Amel saat ini.

“Tamara sudah bekerja keras.” Gumam Amel. Astrid mengangguk. “Ayo lihat kakak?” Ajak Astrid.

Mereka mengangguk. “Dadah dek!” Ujar Dinara melambaikan tangannya ke arah bayi mungil itu, hal ini membuat Agarra tersenyum gemas.

Dinara untuk Agarra ✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang