“Kamu ini kemana saja sih?” Omel Amel. Ghali tiba dengan helaan nafas yang tidak beraturan. Sialan. Ia lari secepat mungkin kesini. “Dimana tama ma?” Tanya Ghali. “Itu didalam,” Ujar Amel, menunjuk pintu kamar nomor 404. Amel baru saja ingin berjalan ke kamar mandi, tapi bertemu dengan Ghali saat ia berjalan keluar.
“Sayang?” Ghali menggeser pintu dan mendapati banyak anggota keluarganya disini. Sayangnya, Tamara masih belum bangun.
“Tama kenapa pa?” Tanya Ghali ke Wirja.
“Kakak uda baik-baik aja mas. Uda lewat masa kritisnya.” Dinara yang menjawab. Air wajah Ghali sangat pucat. Mendengar hal ini, pria itu sepertinya baru bisa bernafas. Ghali duduk disisinya Tamara dan meraih tangannya Tamara. Ia meminta maaf berkali-kali ke Tamara.
Hal ini membuat Dinara bangkit dari tempatnya. Entah untuk apa Ghali meminta maaf. Dinara pikir mungkin karena jadi yang paling terakhir muncul disini. Tapi apapun itu alasannya, Dinara pikir mereka tidak perlu ada disini.
“Ayuk keluar, biarin mas ghali aja yang disini.” Ujar Dinara. Yang lain mengangguk setuju dan keluar. Astrid dan Hamza sedang keluar untuk mengambil pakaian dan keperluan Tamara selama dirumah sakit.
Sehingga saat ini yang ada diluar ruangannya Tamara hanya Dinara, Agarra, Bara, Cella, dan Wirja.
Dinara melirik Bara. Melihat mereka datang bersama sepertinya Bara masih menjalin hubungan dengan Cella. Bara yang menyadari tatapan kakaknya itu malah meraih tangan Cella, membuat Cella kaget dan menghempaskan tangannya Bara. Pacarnya ini gila ya? Ada papa disini!
Dinara berdecak. Anak nakal ini!
Bara sepertinya sengaja melakukan ini untuk membuat Dinara marah. Untung saja Wirja tidak menyadari aura aneh diantara mereka. Wirja hanya duduk diatas kursi dan sibuk dengan pikirannya.
Dinara memutar bola matanya malas. Bara menyebalkan sekali. Disisi lain, ia melihat Agarra yang sedang menahan tawanya. “Tck! Lo juga nyebelin!” Dinara memukul kecil bahunya Agarra dan berjalan pergi.
“Loh? Kok gue? Din tunggu! Kamu sih dek!” Tuduh Agarra Ke Cella. Cella menatap kesal kakaknya. “Kok aku!” Agarra mengikuti Dinara dan pergi meninggalkan Bara dan Cella juga Wirja.
“Mau makan? Kamu kan belum makan siang?” Tanya Bara. Cella mengangguk. “Pa, aku sama bara mau pergi makan sebentar. Papa mau nitip apa?” Wirja menggeleng. “Gausah sayang, ntar nunggu mama saja.” Ujar Wirja.
“Kalian pergi saja. Hati-hati ya.” Ujar Wirja. Cella mengangguk dan berjalan pergi dengan Bara. Sebuah pertanyaan muncul di pikiran Wirja. Sejak kapan Cella dan Bara sedekat itu?
KAMU SEDANG MEMBACA
Dinara untuk Agarra ✔️
Romance[[E N D !]] Bertemu kembali dengan dia adalah hal terakhir yang Dinara inginkan. Dinara tidak tahu bahwa calon adik ipar yang sering di bangga-banggakan oleh kakaknya itu ialah luka lalu yang sudah lama ia buang. Agarra namanya. Keduanya bertemu...