Keduanya naik kedalam mobil di antar oleh lambaian tangannya Amel. Sebenarnya Amel ingin ikut Agarra dan Dinara pergi memilih perabot, tapi Wirja menahan istrinya itu dengan alasan mereka masih pengantin baru, ada baiknya jangan diganggu. Apalagi mereka menikah secara tiba-tiba. Amel memilih nurut dengan suami walaupun ia kecewa.
“Nanti mau mampir ke rumah lo?” Tanya Agarra. Dinara mengangguk pelan, “Boleh?”
Agarra mengangguk cepat. “Ya boleh lah.” Diam-diam Dinara tersenyum. Meraih ponselnya, dan menekan dial nomor Astrid.
“Halo ma?”
“Halo sayang? Ada apa? Ada yang bikin adek ga nyaman? Adek mau pulang aja sayang? Agarra jahat sama adek?” Ibunya memberikan pertanyaan bertubi-tubi kepadanya. Suara beliau terdengar khawatir. Astrid rupanya masih belum bisa merelakan putrinya menikah dengan Agarra.
“Engga kok ma, agarra.. baik sama adek.” Jeda Dinara menoleh ke Agarra yang menatapnya dengan tatapan penasaran.
“Gitu? Bagus deh. Kalau ada apa-apa langsung cerita ke mama ya, sayang.” Dinara menganggukkan kepalanya walau tahu Astrid tidak bisa melihat anggukannya.
“Hari ini, adek sama agarra mau kerumah mama.” Ujar Dinara.
“Iya sayang? Buat apa izin. Rumah ini akan selamanya menjadi rumah adek juga. Jam berapa kemari sayang?” Tanya Astrid. Dinara menoleh ke Agarra.
“Jam berapa kerumah mama?”
“Kayanya jam makan malam,” Jawab Agarra, kembali fokus menyetir.
“Sekitar jam enam gitu ma.”
“Okay dek, take care ya sayangnya mama.” Dinara tersenyum dan berdehem. Setelah memberikan salam pamit, panggilan teleponnya ditutup.
“Apa kata tante Astrid?” Dinara menyimpan ponselnya dan menggeleng.
“kepo.” Agarra mendengkus.
“Oiya. Lo tahu kan gimana harus bertingkah didepan mama papa?” Agarra mengangguk. Walaupun mereka menikah secara terpaksa, Agarra tetap tidak mau Astrid dan Hamza kecewa kepadanya.
Mau bagaimanapun, Dinara ialah tuan putri di lingkungan keluarganya. Sebagai orang tua, tentu saja menginginkan yang terbaik untuk putrinya.
Walaupun tidak bisa jadi yang terbaik, setidaknya Agarra tidak ingin dilihat sebagai pria brengsek dihadapan keluarganya Dinara.
Entah pernikahannya dengan Dinara ini akan berjalan lancar atau tidak, setidaknya Agarra akan berusaha.
Mobil mewah Agarra sampai di depan sebuah pusat pelanjaan besar.
“Banyak yang mau dibeli?” Tanya Dinara. Agarra mengangguk.
“Rumah hadiah mama papa keadaannya kosong melompong. Kita harus mulai isi dari awal.” Dinara menarik nafasnya dan menatap Agarra dengan tatapan penuh semangat.
KAMU SEDANG MEMBACA
Dinara untuk Agarra ✔️
Romance[[E N D !]] Bertemu kembali dengan dia adalah hal terakhir yang Dinara inginkan. Dinara tidak tahu bahwa calon adik ipar yang sering di bangga-banggakan oleh kakaknya itu ialah luka lalu yang sudah lama ia buang. Agarra namanya. Keduanya bertemu...