Sial. Harga dirimu ada dimana Dinara?! Dinara merutukki dirinya yang terbuai atas pujian tidak berdasar yang muncul secara tidak terduga dari Agarra.
Hanya karena dikatakan lebih cocok dirinya yang memakai gaun itu daripada Tamara, bisa-bisanya Dinara dan Agarra malah duduk berhadapan di sebuah meja yang ada di dalam sebuah restoran mewah inii. Ah sialan.
“Mau pesan apa?” Tanya Agarra. Pria itu tersenyum lembut kepadanya. Salah satu hal yang sudah lama sekali tidak Dinara lihat. Entah mengapa, ia jadi ingin ikut terse—Dinara! Lo gila?! “Gue kira lo mau ngajak gue kemana gitu, gini doang juga gue bisa neraktirnya.” Cibir Dinara. Jujur, Dinara juga tidak tahu kenapa ia ketus sekali saat ini. Mungkin malu karena entah bagaimana ia bisa berakhir berada disini dengan Agarra. Agarra membalasnya dengan senyuman tipis lalu mengangguk.
“Gue ga keberatan kalau emang lo yang mau nraktir gue,” Dinara mendengus bangga, meraih menu diatas meja. Ia hampir tertohok membaca isi menu tersebut. Harganya diatas ekspektasinya. Astaga, kenapa semahal ini?! Kepala Dinara sedang sibuk memperhitungkan bagaimana pengeluarannya pada bulan ini, apakah targetnya sudah terlaksanakan atau be—
“Pusing ya milihnya? Enak enak kok semua,” Celetuk Agarra. Dinara tersadar dari pikirannya. Ia merasa sedikit menyesal sudah memasang pagar gengsi di dirinya yang malah beralih menjadi duri untuknya.
Ah sudahlah.
“Gue ini deh, sama ini.” Ujar Dinara. Agarra mengangguk, “Mba saya pesan yang biasa satu, course 3 nya satu, sama tambahan ini satu ya mba. Ah, untuk yang course tiga, udangnya dipisah saja mba.” Ujar Agarra, Dinara memperhatikan Agarra yang memesan dengan suara lembut.
Jujur, harus Dinara akui. Agarra sudah banyak sekali berubah. Jika dulu Agarra hanya pria tengil yang suka mengganggunya, sekarang Agarra terlihat seperti pria dewasa yang mampu memberikan apapun yang diinginkannya.
Aish tunggu, bukan itu masalahnya. Pria ini kenapa memesan banyak sekali sih!
Waiter yang menerima pesanan Agarra ingin beranjak pergi sembari membawa menu restaurant tersebut, tapi Dinara menahannya. “Sebentar mba, ini menunya disini saja.” Ujar Dinara. Waiter tersebut memandangi Agarra sekilas, setelah mendapat anggukan kepala dari Agarra, ia pergi dari sana.
Agarra kira, Dinara ingin memesan lagi setelahnya, oleh karena itu ia memerlukan menunya, padahal tidak. Dinara akan diam-diam menghitung berapa banyak biaya yang mereka keluarkan untuk makan. Bukan pelit, ini salah Agarra yang membawanya ke tempat makan dengan harga yang tidak masuk akal seperti ini. Memangnya mereka masak menggunakan apa? Emas?!
Sial. Rupanya benar.
Pesanan Agarra tiba dengan serpihan bubuk emas diatasnya. Dekorasi yang estetik membuat siapapun yang melihat bisa merasakan harganya cukup menguras kantong.
“Ini.” Ujar Agarra, menyerahkannya ke Dinara. “Perasaan gue ga mesen ini deh,” Ujar Dinara bingung.
“Gue yang mesen, ini enak parah. Lo harus coba. Dia pakai minyak truffle, dan bahan-bahannya benar-benar seger, apalagi mereka pakai bahan-bahan organik.” Jelas Agarra dengan menggebu-gebu. Lihat. Kalau begini, dikira Dinara tega menolak pria tersebut.
KAMU SEDANG MEMBACA
Dinara untuk Agarra ✔️
Romansa[[E N D !]] Bertemu kembali dengan dia adalah hal terakhir yang Dinara inginkan. Dinara tidak tahu bahwa calon adik ipar yang sering di bangga-banggakan oleh kakaknya itu ialah luka lalu yang sudah lama ia buang. Agarra namanya. Keduanya bertemu...