Agarra terbangun dari tidurnya saat indra penciumannya mencium aroma makanan yang harum dan menusuk langsung mengusik tidurnya.
Suara-suara sutil yang berlaga dengan wajan membuat Agarra bangkit dari posisi tidurnya. Mengusap wajahnya berkali-kali agar kantuknya hilang, Agarra berjalan menuju kamar mandi.
Setelah menyikat giginya dan mencuci wajahnya, pria itu memandangi dirinya dari pantulan cermin. Sungguh. Gen ayah dan ibunya itu begitu sempurna. Baru bangun saja, Agarra mengakui ia tampan.
Agarra tertawa konyol karena pikirannya sendiri, lalu keluar dari kamar mandi. Tidak sabar ingin menemui pemandangan Dinara di dapur.
Tapi rupanya Dinara sudah terduduk diatas meja dan sibuk dengan ponselnya. “Pagi,” Ujar Agarra. Dinara mendongakkan kepalanya. Tersenyum lebar. “Pagi, sini.” Dinara menggeser kursi untuk Agarra duduk.
“Lo bangunnya jam berapa din?” Kedua mata Agarra memandang takjub isi meja.
Sebakul nasi uduk dengan lauk-lauk seperti ayam goreng, sambal ikan teri, kerupuk, tumis buncis, sambal tempe memenuhi meja. Di sisi lain terdapat omelet yang sudah ditata rapi, semangkuk besar salad buah, dan juga teh manis hangat.
“Jam empat pagi kayanya.” Agarra terkejut dengan jawabannya Dinara. Dinara ini selalu sulit bangun pagi, tapi demi Agarra, Dinara rela bangun sepagi itu? Boleh tidak kalau Agarra terharu?
“Memang cukup tidurnya?” Tanya Agarra. Dinara meraih piringnya Agarra dan mengangguk. Mengisi piring tersebut dengan nasi uduk dari bakul.
“Lo masak sendiri ini? Semua?” Dinara tersenyum dan berdehem. Memberikan piringnya Agarra. “Di makan,” Ujar Dinara mempersilahkan.
Suapan pertama. Dinara menunggu dengan harap-harap cemas. Ini pertama kalinya Dinara memasak untuk Agarra. Entahlah Agarra akan suka atau ti-- “Enak!” Seru Agarra. Meraih satu lagi ayam goreng dan makan dengan lahap. Dinara menghela nafas lega dan tersenyum senang.
“Mulai sekarang, soal makanan kita aman.” Sombong Dinara. Agarra mengacungkan jempolnya. “Kalau lo masak seenak ini, kok bisa kata mama hampir ngebakar dapur?” Tanya Agarra penasaran.
Dinara terkekeh kecil. “Itu mah cerita lama. Kejadian pas gue masih sekolah. Lo inget kak akas ga?” Agarra memberhentikan makannya.
Akas? Nama yang familiar ditelinganya. Hah! Tentu saja. Mantan pertamanya Dinara.
“Ingat.”
“Itu lah! Gue mau bikinin brownies biar bisa gue kasih di hari valentine buat kak akas.” Agarra tidak suka. Pikiran bahwa Dinara memberikan sesuatu untuk pria lain di hari spesial seperti itu? Agarra tidak suka. Sangat tidak suka.
“Trus?” Dinara menggeleng. “Seperti yang lo tau, gagal karena gue hampir aja ngebakar dapurnya mama. Semenjak itu, mama ga ngebolehin gue masuk dapur. Dan akhirnya kak akas gue kasih brownies yang gue beli.” Agarra mengangguk, “Gue juga mau brownies din.” Dinara mengangguk.
KAMU SEDANG MEMBACA
Dinara untuk Agarra ✔️
Romance[[E N D !]] Bertemu kembali dengan dia adalah hal terakhir yang Dinara inginkan. Dinara tidak tahu bahwa calon adik ipar yang sering di bangga-banggakan oleh kakaknya itu ialah luka lalu yang sudah lama ia buang. Agarra namanya. Keduanya bertemu...