Chapt 13 ; Tidak Bisa Menikah

6.9K 381 24
                                    

Dinara hanya bisa terdiam mendengarkan penjelasan dokter ini

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Dinara hanya bisa terdiam mendengarkan penjelasan dokter ini.

“Sebenarnya pemeriksaan panggul untuk tes keperawanan ini belum bisa dikatakan valid bu,” Ujar Dokter tersebut. “Tapi intinya cucu saya sudah tidak perawan kan dok?” Dinara menoleh ke Oma dan kembali menundukkan kepalanya.

“Begini bu, sebenarnya beberapa wanita mungkin memiliki selaput dara yang lebih kuat sehingga bisa meregang dan tidak mudah robek ataupun berdarah. Sementara yang lain mungkin memiliki hymen yang mudah robek karena aktivitas seperti olahraga, berkuda, atau terjatuh, kalau untuk kasus mba ini, memang benar bahwa hymen mba dinara ini sudah robek bu.” Ujar dokter tersebut. Wajah Tamara, Lestari dan Ayahnya—Hamza terlihat kecewa.

“Tapi adek emang pernah jatuh pa dirumahnya oma, iya kan oma?” Tanya Dinara. Ingin meyakinkan bahwa ia benar-benar tidak mungkin tidur dengan Agarra. Lestari hanya terdiam dan keluar dari ruangan dokter tersebut. Dinara menatap mereka dengan tatapan sedih. “Kak..” Gumam Dinara. Tamara mengelus sayang kepalanya Dinara.

“Maaf dek,” Ujarnya. Dinara tidak tahu bahwa makna maaf yang diberikan Tamara kali ini skalanya cukup besar.

Dinara menggenggam tangan Astrid dengan erat

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Dinara menggenggam tangan Astrid dengan erat.

“Mama, maafin dinara.” Gumam Dinara. Perlahan, Astrid menggerakkan tangannya, Dinara bangkit dengan antusias. “Mama gapapa?” Astrid mengerjapkan matanya beberapa kali, lalu mengangguk kecil.

“Ma.. mama ga percaya sama adek?” Astrid terdiam. Mungkin masih sulit berbicara. “Adek gamau menikah ma..” Lanjut Dinara. Tangan Astrid terulur untuk mengusap pucuk kepalanya Dinara.

“Mama mau minum?” Dinara mengambil gelas di sisi kasur, dan memberikannya ke Astrid. Membantu Ibunya, lalu Dinara kembali duduk.

“Mama rasa sebaiknya adek mengikuti kemauan oma.” celetuk Astrid. Dinara menatap Astrid dengan tatapan kecewa. “Mama ga percaya sama adek?”

Astrid bangkit dari tidurnya, dalam keadaan duduk dan bersandar ke kepala kasur. Membawa wajah Dinara mendekat dengan wajahnya, dan menyatukan dahi keduanya.

Dinara untuk Agarra ✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang