Dinara merenggangkan kedua matanya, dan membuka kedua matanya secara perlahan. Sembari mengejapkannya berkali-kali, ia sontak bangkit dari tempatnya. Waduh. Dimana dia ini? Ruangan asing menyambutnya.
Ah benar juga, “Udah bangun?” Dinara menatap jas hitam yang menutupi dirinya.
“Jam berapa ini?” Tanya Dinara. Agarra melirik jam di dindingnya, “Jam enam.” Dinara sontak bangkit dari tempatnya. Astaga! Sudah tidur berapa jam dia ini!
Mungkin karena bangkit terlalu cepat, kepala Dinara terasa pusing, wanita itu kembali terduduk dan memegang kepalanya sembari sedikit berdesis.
“Are you okay?” Agarra bangkit dari duduknya dan mendekati Dinara dengan tatapan khawatir. Sial! Karena memimpikan Agarra muda, perasaan Dinara sedikit tidak karuan.
Dinara menggelengkan kepalanya, dan bangkit kembali.
“Ayuk, kita kan ada janji mau kerumah mama.” Ujar Dinara. Seolah-olah mengalihkan perhatiannya yang mendadak berdebar didekat Agarra.
Agarra mengangguk, dan meraih tas Dinara yang wanita itu tinggal di atas sofa.
Dinara masuk kedalam lift, dan menekan tombol lift menunggu Agarra. Ia berdecak karna menatap Agarra yang mengambil tasnya. Sial! Ia malu sekali. Sudah tidur terlalu lama, malah ceroboh meninggalkan barangnya.
Setelah Agarra masuk lift, Dinara dengan cepat meraih tasnya. Ia terlihat salah tingkah saat ini. Tapi sepertinya Agarra tidak sadar.
“Jadi tadi kenapa?” Tanya Dinara berusaha mengalihkan pikirannya.
“Ada sutradara yang bikin sex tape sama salah satu artis gue.” Jawaban Agarra bagaikan bom yang dikeluarkan secara mendadak. Dinara jadi bingung menanggapinya.
“Mereka pacaran secara backstreet, dan sutradara tersebut ngancem salah satu artis gue karena film yang dia buat, ditolak oleh artis gue. Dia ga mau meranin film dengan genre yang cukup dewasa.” Lanjut Agarra. Dinara melirik Agarra yang terlihat marah. Wajah Agarra juga terlihat lelah. Pasti tidak mudah berusaha menyelamatkan karir seseorang. Kasihan Agarra.
Tanpa sadar, Dinara meraih jari kelingkingnya Agarra. Agarra menatap Dinara.
Dinara yang sadar sontak melepaskan tangannya. Dia sudah gila.
“I need a hug.” Gumam Agarra. Dinara terkejut, mendongakkan kepalanya, dan tiba-tiba saja, Agarra membawa Dinara kedalam pelukannya.
Awalnya Dinara mencoba ingin melepaskan diri, tapi Agarra bersuara. “sebentar aja, din. Please.” Kalau uda gini, Dinara harus gimana?
Rupanya sebentar yang dikatakan Agarra memang benar, tiga puluh detik kemudian, pintu lift terbuka. Agarra keluar dari dalam lift seolah-olah tidak ada yang terjadi diantara mereka barusan.
KAMU SEDANG MEMBACA
Dinara untuk Agarra ✔️
Romance[[E N D !]] Bertemu kembali dengan dia adalah hal terakhir yang Dinara inginkan. Dinara tidak tahu bahwa calon adik ipar yang sering di bangga-banggakan oleh kakaknya itu ialah luka lalu yang sudah lama ia buang. Agarra namanya. Keduanya bertemu...