Eksaga pikir, Bastian bukanlah tandingannya. Tapi ternyata, dialah yang bukan tandingan Bastian.
Teknik bela diri yang cowok itu gunakan membuat Eksaga kewalahan. Badannya terlihat lentur dan lincah dalam bergerak memberikan atau menangkis serangan Eksaga yang terkesan barbar dan asal.
Dalam kata lain, kebrutalan Eksaga tidak berarti apa-apa di hadapan Bastian yang mampu mempertahankan ketenangannya selama bertarung. Sampai Eksaga seakan-akan dipermainkan oleh teknik bela dirinya yang lihai.
Eksaga kesal setengah mati.
Dia jatuh berlutut di hadapan Bastian setelah baru saja mendapatkan bogeman keras di perutnya.
Rahang Eksaga mengetat. Pandangannya menajam hingga pupilnya tampak mengecil.
"Sialan! Pecundang ini ngebuat seorang ketua D'Monster berlutut kayak gini? Ini nggak masuk akal!" batin Eksaga, misuh-misuh sambil memegangi perut bekas tonjokan.
Yang dia ingat, kalau tidak salah, teknik bela diri Bastian bernama aikido. Sebuah seni bela diri asal Jepang yang menekankan pada keselarasan dan harmonisasi antara energi tubuh dengan energi alam semesta.
Aikido juga merupakan sistem pertahanan diri yang bertujuan untuk membalikkan kekuatan dan momentum penyerang. Lebih simpelnya, tujuan aikido adalah untuk mengatasi diri sendiri, bukan mengembangkan kekerasan atau agresivitas.
Aikido menggunakan teknik elakan, kuncian, lemparan, dan bantingan. Prinsip aikido menekankan pada prinsip kelembutan, mengasihi, dan membimbing lawan.
Filosofinya sendiri merupakan perpaduan antara studi bela diri, filsafat, dan spiritualitas. Latihan aikido menggabungkan filosofi kehidupan dengan pendekatan latihan fisik teknik bela diri.
"Jadi gimana, Reanders Eksaga? Lo udah ngerti, kan, siapa gue?"
Bastian menyisir helai rambut violetnya yang agak basah menggunakan jari-jemari tangan. Dia menatap Eksaga dengan bidikan mata tajam.
"Tadi lo emang berhasil mojokin gue sampe nggak bisa ngelawan. Tapi sekarang, giliran lo yang ada di posisi itu," lanjutnya, lalu melayangkan tendangan ke wajah Eksaga. Menyebabkan berandal itu terjengkang dengan hidung yang mengucurkan darah.
"Eksaga!"
Bastian refleks menoleh mendengar seruan Heli. Rupanya bocah itu sedari tadi menonton duel mereka di tengah suasana baku hantam yang terjadi. Namun, Bastian segera menoleh kembali pada Eksaga ketika mendengar dia tertawa.
"Untung gue bawa ini." Eksaga mengeluarkan pistol dari balik rompi denimnya.
Mata Bastian sontak membola tak percaya. Sama halnya seperti Heli yang masih berdiri mematung di jarak beberapa meter dari mereka.
"Woi, anjing! Lo ngapain bawa-bawa gituan?!" sentak Bastian.
Eksaga berdiri untuk kemudian membidikkan moncong pistol tersebut ke arah Bastian. Bibirnya menyeringai lebar. Puas melihat raut wajah Bastian yang memucat. Ekspresi semacam itulah yang Eksaga inginkan darinya.
Cowok itu tergelak nyaring dari balik slayer bandananya hingga kepalanya mendongak sesaat. "Bagus, Bastian Naraka! Gue suka ekspresi lo!"
"Bangsat! Curang banget lo, anjing. Kalah power, main pistol."
Eksaga terkekeh tak peduli. "Terserah lo mau bilang gue apa. Intinya sekarang nyawa lo ada di tangan gue. Sekali gue tarik pelatuk pistol ini, hidup lo bakal berakhir."
"Ya udah, tembak aja kalo berani. Dengan begitu, lo akan tau lagi berurusan sama siapa." Bastian malah sengaja menantang.
Mukanya memang sempat memucat karena syok. Namun bukan berarti, nyalinya yang sebesar gunung Fuji akan mengecil hanya karena ditodong pistol.
KAMU SEDANG MEMBACA
The Return Of Real Gangster [ Segera Terbit ]
ActionGangster sejati itu ... seperti apa? Apa mereka yang isinya berandalan gila seperti geng MANIAC? Atau seperti Red Devil yang terdiri dari manusia-manusia gila uang? Atau apakah seperti D'Monster yang dipenuhi orang-orang barbar dan brutal? Mungki...