[ O1 ] ARC 4 : BECOME EVIL TAURUS

3.1K 288 30
                                    

Wajah cantik Ranza terpantul di cermin meja rias. Hari ini, gadis itu bersiap-siap untuk pergi ke pantai guna memperingati hari kelahiran Bastian.

Benar. Sekarang sudah tanggal 29 April dan cowok itu meninggal tepat dua puluh hari yang lalu.

Walau Ranza benci hari ulang tahunnya sendiri karena telah menjadi hari pembawa sial, tapi Ranza tidak benci ulang tahun Bastian.

Ranza hanya memakai outfit biasa, yaitu kaos hitam berbalut kemeja kotak-kotak, dengan celana jeans hitam sebagai bawahan. Di lehernya, selalu ada kalung choker yang melengkapi penampilannya.

Dia menguncir rambut hitamnya yang panjang menjadi gaya ponytail. Lantas memakai kacamata minus yang baru dibelinya beberapa hari, usai memeriksakan kondisi matanya ke dokter mata.

Akibat keseringan bermain ponsel, mata Ranza jadi sedikit bermasalah. Di usia yang masih muda, dia sudah mengalami rabun. Retina matanya tidak bisa menangkap dengan jelas objek yang berada di jarak jauh.

"Luka ini ..."

Cewek itu salah fokus pada bekas luka memanjang yang berada di jidatnya, saat sedang merapikan rambut poninya.

Ranza tak ingat kapan dia mendapatkan luka itu dan hal apa yang menyebabkannya.

Namun yang pasti, alasan Ranza selalu menjaga baik-baik rambut poninya hingga rela memakai hair spray sepanjang waktu, adalah agar luka itu tidak diketahui siapa pun.

Sejak kecil. Kelas 4 SD. Ayah bilang, kalau perempuan terluka di bagian wajah, itu akan berakibat fatal. Sebab wajah merupakan aset berharga bagi perempuan.

Jadi, menutupi luka itu sudah menjadi kewajiban bagi Ranza sampai sekarang.

"Oke, siap."

Ranza bergegas keluar dari kamar tamu kediaman Sakura seraya menyambar kunci motornya. Belakangan hari terakhir, dia memang selalu menginap di sana.

Dia tak lupa untuk melakukan kebiasaannya tiap kali akan pergi dari rumah ini. Yaitu melipir ke lemari kaca tempat tersimpannya barang-barang kesukaan Bastian.

Di situ ada helm, trofi, medali, sabuk karate, almet TAURUS, sepatu, dan benda-benda lainnya.

Ranza mengambil helm Bastian dan mencium bagian dalam helm tersebut sambil memejamkan mata. Menikmati sisa-sisa aroma Bastian yang masih tertinggal.

"Bastian, happy birthday, Sayang. Hari ini aku ke sana, ya. Aku bawain kamu donat coklat keju kesukaan kamu. Jadi, tunggu aku," ucap Ranza dengan suara lirih.

Belum lama Bastian meninggalkan dunia ini. Tetapi Ranza sudah sangat merindukan kehadirannya.

Senyuman tulus Bastian, candaannya, sosoknya yang kuat dan tangguh, tapi juga memiliki sisi lembut dan manis. Ranza benar-benar merindukannya.

Ranza merasa beruntung menjadi cinta pertama dan terakhir cowok itu.

Jika diizinkan, di kehidupan yang lain, Ranza ingin tetap menjadi gadis Bastian. Namun, dalam kurun waktu yang lama. Bukan singkat seperti di kehidupan ini.

Suara tangis seseorang yang samar-samar merasuki gendang telinga Ranza, membuatnya kemudian teralihkan. Dia segera meletakkan helm Bastian kembali ke tempatnya dan melangkah ke sumber suara.

Di rumah ini, tidak ada siapa pun. Sakura dan Eiser sedang berada di rumah sakit, mengurus Kakek yang dari seminggu lalu kesehatannya drop.

"Adrian?"

Ranza mematung di dekat pintu kamar Bastian. Melihat cowok berkacamata segi empat itu tengah duduk di depan lemari Bastian, sambil menangis sesenggukan.

The Return Of Real Gangster [ Segera Terbit ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang