Selesai makan malam, dan mengantar Type, Tharn pun pulang, jam sudah menunjukkan pukul 10 lebih saat ia tiba di rumah.
Kondisi villa sangat sepi, cahaya hanya berasal dari lampu lantai berdiri di sebelah kabinet TV. Tharn berpikir kalau Gulf sudah sudah naik ke lantai atas untuk tidur. Tapi kemudian ia melihat lampu dapur menyala, dan benar, saat berbalik ia menemukan seseorang tidur meringkuk di sofa besar.
Mengenakan sweater biru abu-abu yang telah beberapa kali dicuci hingga warnanya hampir menjadi putih. Dengan celana piyama berwarna biru polos. Kulit putihnya terlihat pucat terkena cahaya, seperti orang sakit. Seperti binatang jinak yang rapuh.
Kesehatan Gulf tidak terlalu baik, daya tahan tubuhnya terbilang rendah, di musim dingin ia gampang terkena flu. Fisik Gulf sungguh seperti seorang tuan muda yang selalu dijaga agar tidak pernah terluka. Tharn berpikir bahwa bagian terburuk darinya hanyalah kondisi otaknya. Bukan berarti Tharn tidak pernah membelikannya pakaian, tapi ia selalu memakai pakaian bekas itu-itu saja yang mungkin ia dapatkan dari hasil memungut di tempat sampah. Sungguh tidak baruntung orang-orang yang melihatnya.
Muka Tharn mulai terlihat masam, semakin lama ia melihatnya, semakin ia merasa kesal, membuatnya mendorong dengan kasar Gulf hingga bangun.
"Bangun!"
"ah Phi Tharn...." Gulf membuka matanya, masih sedikit linglung. Mengusap matanya ia melihat orang dihadapannya menatapnya tajam, membuatnya tidak berani berkutik.
"Kenapa kau tidak pergi ke kamar untuk tidur?"
Gulf terdiam beberapa saat, mengumpulkan ingatannya, ia ingat dirinya sedang menunggu Tharn untuk pulang hingga tertidur. Mengetahui Tharn sudah pulang matanya pun bersinar, mengatakan ia akan segera bangun.
"Makanan.. aku membuat makan malam.. mungkin sudah dingin.. aku akan menghangatkannya.."
"Tidak perlu, aku sudah makan." Tharn membuka mulutnya tanpa ekspresi. "Sekarang sudah jam 10 lebih."
Gulf terdiam ditempat dan sedikit bingung. "Oh.. sudah lebih dari jam 10.."
Ketika ia mendongak untuk menanyakan kenapa Tharn pulang terlambat, Tharn sudah berlalu melewatinya, memperlihatkan punggung dinginnya.
Gulf sedikit bingung, menggenggam erat ujung sweaternya, tidak berani membuka mulut.
Tharn sangat dingin padanya.
Meskipun ini pertamakalinya ia memasak hidangan penuh untuk Tharn, ia memperhatikan setiap detailnya.
Ia memperhatikan selera Tharn.
Cinta memang seperti itu, saat kau memiliki perasaan pada seseorang, otomatis kau akan memperhatikannya, diam-diam melihatnya setiap makan, dan mengingat semua preferensinya.
Jelas-jelas ia bodoh. Daya ingatannya juga buruk. Tapi ia mengingat segala hal tentang Tharn, dan mengingat semua yang dikatakannya.
Ulang tahun Tharn adalah 21 februari.
Tharn tidak menyukai wortel dan paprika hijau, selain dua hal itu Tharn bukanlah tipe yang pemilih. Favoritnya adalah sayuran seperti kentang, daging seperti daging sapi, ikan, udang, dan berbagai sumber protein tinggi lainnya.
Beberapa waktu terakhir, Tharn selalu marah kepadanya. Dan ia ingin menggunakan kesempatan ini untuk tampil dengan baik. Tidak menyangka kalau Tharn bahkan tidak akan melihat makanan yang dibuatnya.
Pembohong besar.. yang mengatakan kalau ia akan pulang untuk makan malam..
Mata Gulf memerah, sedikit marah, kemudian mengingat kalau Tharn mengelola perusahaan yang amat besar, mungkin sedang lelah dan sesuatu hal terjadi di kantor yang membuatnya terlambat pulang.
KAMU SEDANG MEMBACA
Little Fool Gulf
FanfictionGulf tidak seperti layaknya anak laki-laki lain, ia sedikit lebih lamban dalam banyak hal. Meski begitu ia mandiri dan bisa menghidupi dirinya sendiri dengan bekerja menjadi pelayan di suatu kafe kecil. Entah suatu kemalangan atau keberuntungan ia b...