Beberapa hari berlalu, Tharn meluangkan waktu untuk menemani Gulf di rumah sakit setiap hari, anak bodoh ini terlihat normal, lebih pendiam, patuh, dan tinggal di kamarnya saat siang hari, dan mulai menunjukkan ketidaknormalan pada tengah malam saat dirinya bangun untuk mencari bayinya, hampir setiap malam.
Dengan berat hati Tharn menuruti nasehat dokter, mengatur janji temu dengan psikiatris terbaik. Memilih waktu di siang hari yang cerah, dan membawa Gulf ke klinik psikologi cukup ternama di Bangkok.
Gulf sudah cukup lama di rumah sakit, saat Tharn ingin membawanya keluar, ia pun tidak terbiasa. Dengan takut-takut duduk di ujung ranjangnya, menolak untuk melepas gaun pasiennya untuk berganti pakaian. Tharn dengan sabar membujuknya, entah dengan membawanya keluar bermain, atau makan makanan enak, tidak satupun yang berhasil. Akhirnya ia pun mengatakan kalau Type ingin bertemu dengannya. Dan Gulf pun bereaksi, berbisik dengan mata merahnya, "...Phi yakin?"
Melihat bahwa metodenya berhasil, Tharn pun meng'iya'kannya.
Gulf pun mau berganti pakaian. Melihatnya melepas gaunnya, Tharn pun menyadari kalau tubuh yang ia peluk tiap malam ternyata lebih kurus dari yang ia bayangkan, tidak ada lemak sama sekali, hanya sedikit daging dan urat-urat darah berwarnya kebiruan yang terlihat. Membuatnya mengeryitkan dahi.
Pakaian Gulf dibawakan oleh asisten Tharn sesuai dengan ukurannya sebelumnya, mungkin ukuran tekecil untuk tingginya, namun kini terlihat longgar. Namun tetap saja ia terlihat jauh lebih good looking dimatanya saat memakai pakaian darinya, daripada baju-baju usangnya.
Saat dalam perjalanan, di mata gelap Gulf terlihat sedikit cahaya yang sebelumnya telah lama hilang, meski tidak terlalu nampak, Tharn dapan melihat dengan jelas bahwa ia sangat senang, dari waktu ke waktu ia melihat jalanan di jendela mobil, seakan tidak sabar untuk bertemu dengan adiknya. Ia sangat gugup, dan setelah sekian lama mereka berjalan, Gulf pun berkata, "Phi Tharn.. benarkah Type mengatakan, kalau ia merindukanku?"
"Tentu saja benar." Tharn membalasnya dengan senyuman.
Gulf selalu percaya dengan Tharn, bahkan sekarang ini.
Pusat Psikologi ada di bagian selatan ibukota, segera setelah memasukinnya kau akan merasakan desain modern sederhana, terlihat simpel tapi tetap mewah, tapi lingkungan asing hanya membuat Gulf gugup. Ia tidak mengerti kenapa Tharn membawanya kemari, bukan bertemu dengan adiknya.
"Phi Tharn.." Gulf reflek meraih tangan Tharn.
Perasaan saat ini mengingatkannya saat ia ditinggalkan di Villa asing, gambaran menuruni tangga dan terjatuh dari sana seketika muncul dalam pikirannya, rasa sakit tergeletak di lantai membuat wajahnya pucat.
Merasakan hal tidak wajar dari Gulf, Tharn mengeratkan genggamannya dan memberikan ciuman lembut pada kelopak mata cantiknya, "Kita akan bertemu seseorang dulu, setelahnya aku akan membawamu bertemu Type.
Sepanjang berjalan Tharn tidak melepaskan genggamannya sama sekali, meski begitu ketegangan dalam diri Gulf sama sekali tidak berkurang, akhirnya ia sampai di sebuah rungan kantor, dan bertemu dengan dokter laki-laki ber jas putih.
Dokter ini terlihat gagah dan tinggi dengan kacamata, tidak terlihat tua meski memasuki usia 40tahun, dan sedikit kerutan pada ujung matanya saat ia tertawa menambah aura elegan dan familiar.
Sebelum pertemuan terjadi, dokter sudah mengetahui kondisi dasar Gulf, setelah bertukar pandangan, Tharn pun berkata, "Nong Gulf, kondisi mentalmu saat ini kurang sehat, izinkan Dr. Lin melakukan konseling, aku akan menunggumu di luar.
Ia pun melepaskan tangan Gulf dan mengusap keningnya.
Rasa takut ditinggal sendirian pun datang pada hati Gulf, ia panik dan ujung matanya memerah, seketika ingin kembali meraih Tharn, tapi ia segera ingat, kalau Tharn bisa marah kalau ia tidak menurut, dan menaksa dirinya sendiri untuk berhenti bereaksi, "Phi Tharn.."
"Huh?.." Tharn reflek berbalik.
"Apa Phi.. tidak menginginkanku?" Tanyanya dengan suara bergetar.
Tharn mengerutkan keningnya tidak mengerti apa yang terjadi, sebelum ia menjawab, ia melihat bulir-bulir air mata jatuh dari mata anak bodoh ini, Gulf menunduk dan menghapus air mata di wajahnya, dan berbisik, "A.. Aku bisa memasak.. bisa mengerjakan laundry.. ya.. aku akan membersihkan rumah.. sangat bersih.. aku akan patuh.."
"..aku.. aku juga akan.. aku akan.." Gulf sepertinya sudah menggunakan semua kosakata yang dimilikinya, ia tidak pernah membaca buku, tidak tahu juga apa yang bisa dilakukannya lagi.. dan semua yang dikatakannya, Tharn bisa saja kembali memanggil bibi yang sebelumnya ada di rumahnya, tidak perlu dirinya..
Suasana hati Gulf benar-benar tidak stabil akhir-akhir ini, dan ia selalu khawatir.
Kejadian di depan matanya sudah merupakan hal aneh bagi Dr. Lin. Ia bertukar pandang dengan Tharn dan duduk di balik mejanya, menunggu dengan sabar.
Setelah beberapa saat, perasaan Gulf mulai membaik, Tharn mendorongnya pelan, dan mencoba berkomunikasi dengannya lagi, "Nong Gulf, kau sedang sakit, dan perlu konsultasi dengan dokter, aku berjanji akan menunggumu di luar, di balik pintu, tidak akan pergi satu langkah pun, okay?"
"....Phi yakin?.." Gulf masih sangat ragu, terlihat kesulitan mempercayainya. Lagipula, orang yang ia cintai tidak orang memberikan rasa aman dan pasti padanya.
"Tentu saja, kapan aku pernah berbohong padamu?" Tharn membujuknya dengan lembut. "Kalau kau patuh dengan dokter dan kembali sehat, aku akan kembali menyukaimu."
Untuk Tharn, Gulf adalah seperti anjing piaraannya yang telah lama ia rawat dan besarkan, meski ia tidak terlalu memperdulikannya, namun tidak dapat dihindari ia akan memiliki perasaan padanya, setelah sekian lama bersama, saat ia sakit tentu ia akan membawanya untuk mendapatkan penanganan, dan saat sembuh ia bisa meletakkannya lagi dimanapun ia suka, lagi pula, merawatnya tidak terlalu sulit dan tidak terlalu memakan banyak waktu miliknya.
Tbc!
Vote&Komennya boleh.. :')
Gulf saat perjalanan di mobil.
Dr. Lin
KAMU SEDANG MEMBACA
Little Fool Gulf
FanfictionGulf tidak seperti layaknya anak laki-laki lain, ia sedikit lebih lamban dalam banyak hal. Meski begitu ia mandiri dan bisa menghidupi dirinya sendiri dengan bekerja menjadi pelayan di suatu kafe kecil. Entah suatu kemalangan atau keberuntungan ia b...