"A.. aku tidak akan menangis." Gulf menunduk membungkukkan badanya, meski mulutnya mengatakan tidak akan menangis tapi bulir-bulir besar air mata masih berjatuhan. Dan wajah tirusnya terlihat semakin memucat di remang-remang cahaya kamar.
Tharn pun tidak tahan dan sedikit melunak, memikirkan keadaan Gulf yang baru saja kehilangan anaknya, melepaskan jas luarnya yang kotor ia kembali duduk di sisi ranjang. Tangannya terulur, menghapus air mata pada wajah Gulf, kemudian membawanya kedalam pelukannya, menepuk punggungnya dan berbisik.
"Ini bukan salahmu, kau tidak sengaja terjatuh dari tangga begitu tinggi, kau juga pasti sangat kesakitan." Tharn mencoba menghiburnya, sebenarnya ia sudah mengantisipasi bahwa Gulf akan seperti ini.
"Baiklah, jangan menangis lagi, ada aku disini.."
Gulf berusaha sangat keras mengontrol emosinya, tapi tetap saja ia terisak, menangis tersedu karena rasa sakit di hatinya, Tharn dapat merasakan pinggang kurus Gulf dan kulit pucatnya yang membuat urat-urat aliran darahnya terlihat jelas. Seluruh tubuhnya perlahan bergetar. "Phi Tharn.. aku.. bayi kita.."
"Aku tahu, aku tahu, kau tidurlah dengan baik, kau akan baik-baik saja besok.." Tharn dengan sabar membujuknya. Ia berpikir sejenak kemudian mengatakan, "Saat tubuhmu sudah membaik nanti, aku akan mengajakmu ke taman bermain, okay?.."
Di masa lalu, ia pernah mengajaknya ke taman bermain, dan tidak jauh berbeda dengan anak usia sepuluh tahun, ia pun tertawa lepas dengan memakan marshmallow, naik roller coaster, terlihat sangat bahagia seakan dirinya memiliki seluruh dunia, menggunakan metode ini lagi, Tharn berpikir akan berhasil.
Tapi Gulf perlahan melepaskan pelukan Tharn, menatapnya tidak bersalah dengan mata jernihnya, yang siapapun melihatnya pasti akan menatapnya, dan bertanya dengan takut-takut,
"Saat bangun tidur besok.. besok pagi.. akankah bayinya kembali?"
Tharn tidak tahu harus menjawab apa, terdiam sejenak dan kemudian tidak punya pilihan untuk tetap mengatakan kenyataan pahit, "Dia sudah pergi."
Saat ini Gulf tidak lagi menangis, hanya menunduk dan berbisik, "Aku tahu.."
"Bayinya pergi.. karena aku tidak melindunginya dengan baik.. ia pergi.. ia marah dan tidak ingin bersamaku lagi.. seperti Maeku.."
Tidak lama kemudian perawat kembali membawakan bubur ayam dan jamur matsutake, ia dengan patuh melahap semuanya, tubuhnya sangat lemah dan ia kembali tertidur.
Setidaknya saat ini, Tharn berpikiran bahwa asal Gulf tidur dengn cukup, ia akan kembali seperti semula, seperti anak bodoh yang tidak tahu apa-apa, dan sedikit menarik, dan kembali dapat menghiburnya untuk waktu yang lama nanti.
Beberapa hari setelahnya, perusahaan Tharn sangatlah sibuk, Grup tersebut membicarakan tentang kerjasama dengan perusahaan entertainment Beijing. Merencanakan investasi besar dengan skala film fiksi ilmiah, dan pemilihan audisi aktor dari berbagai tempat dan aspek. Ia harus benar-benar memantaunya dengan jeli. Rencana untuk membawa Type pindah bersamanya pun tertunda karenanya. Meluangkan waktu untuk kelasihnya saja ia kesulitan, apalagi mengurus Gulf di rumah sakit, ia mungkin sedikit melupakannya.
Pelayanan ruang VIP yang ia pilih sekarang ini cukup bisa diandalkan, dengan peralatan lengkap dan perawat yang memadai untuk menjaga Gulf, karenanya Tharn sedikit lega dan memperkirakan Gulf akan segera membaik tidak lama lagi.
Hingga sampai tiga hari kemudian, sepulang ia kerja, saat ia akan menemani Type makan malam, Tharn menerima panggilan dari rumah sakit.
Kepala dokter kandungan menghubunginya, mengatakan bahwa perawat yang menangani kamar Gulf beberapa kali memberikan laporan, Gulf seringkali berlari ke koridor seperti mencari sesuatu, atau berdiri dengan linglung di kamarnya, pernah suatu kali ia memanjat jendela hendak melompat, untung petugas mengetahuinya dan segera mencegahnya. Jika tidak, ia bisa saja akan terjatuh dari lantai 22 dari gedung kamarnya yang cukup tinggi, tubuhnya sudah pasti akan hancur berkeping.
Mendengarnya Tharn langsung berkeringat dingin. Menemukan alasan untuk menunda pertemuannya dengan Type dan segera pergi ke rumah sakit.
Jarak tempuh yang seharusnya hanya setengah jam menjadi dua jam perjalan karena bertepatan jam pulang kantor, setelah terjebak macet Tharn pun tiba di rumah sakit, hari sudah gelap, dan ia berlari dengan cepat naik ke lantai atas, saat mendapati Gulf baik-baik saja di kamarnya ia pun lega.
Hanya ada cahaya redup dari lampu nakas. Gulf memakai gaun longgar rumah sakit, berdiri di jendela dengan punggung menghadap dirinya. Seperti sudah lama berdiri disana, angin berhembus membuat rambutnya berantakan.
Intuisi Tharn mengatakan bahwa anak didepannya terasa aneh, terlalu sunyi, bahkan saat ia membuka pintu pun Gulf sama sekali tidak bereaksi dengan suaranya, tanpa sadar ia memelankan langkahnya dan mendekat padanya. Bertanya, "Apa yang kau lakukan berdiri disini?"
"Kau sudah makan?"
Gulf sepertinya mulai menyadari kehadirannya saat ini, menengok dan memandang Tharn. Cahaya bulan di luar jendela memantul pada wajah halusnya. Dan sekali lihat Tharn mengetahui kalau Gulf tidak makan dengan baik beberapa hari terakhir, tubuhnya pun lebih kurus.
Meskipun begitu, suasana hatinya sepertinya sedang baik, mata gelapnya sedikit bercahaya, perlahan mengangkat tangannya pada kerangka jendela, salah satu jarinya menunjuk ke langit. Berkata pada Tharn dengan tatapan berharga. "Phi Tharn.. lihatlah bintang di luar sana.."
Udara di ibukota cukup mengkhawatirkan, langitnya hampir selalu gelap dan kelabu, sudah beberapa tahun ia kesulitan melihat bintang-bintang di langit, tidak menyangka malam ini benar-benar ada sedikit beberapa bintang disana.
Ia tidak pernah tertarik ataupun menikmati bintang dan bulan di langit, hanya saja, saat ingin membujuk Gulf untuk kembali ke tempat tidur, Gulf dengan raut serius menunjuk dua bintang dengan ukuran satu besar dan satunya butiran lebih kecil tidak jauh dari bulan. Dan dengan kikuk berbisik.
"Itu adalah Maeku... dan satunya adalah bayi kita."
Kelakuan tidak biasa Gulf saat ini membuat kedua alis Tharn menekuk, perlahan ia meraih punggung tangan yang diangkat Gulf. "Kau pasti sudah berdiri disini terlalu lama, kau bisa terkena flu, patuhlah, sudah waktunya untuk kembali ke tempat tidur."
Gulf tetap berdiri di tempat, senyum kecilnya perlahan menghilang, ia memandang Tharn dan air matanya pun jatuh, bibir pucatnya perlahan bergetar..
"Phi Tharn.. Aku juga ingin menjadi bintang di langit.."
"Aku merindukan Maeku.."
Tbc!
Jangan lupa Vote&Komen.. :')
KAMU SEDANG MEMBACA
Little Fool Gulf
FanfictionGulf tidak seperti layaknya anak laki-laki lain, ia sedikit lebih lamban dalam banyak hal. Meski begitu ia mandiri dan bisa menghidupi dirinya sendiri dengan bekerja menjadi pelayan di suatu kafe kecil. Entah suatu kemalangan atau keberuntungan ia b...