Akhir-akhir ini cuaca di luar cukup buruk, hujan terus turun hampir tanpa jeda, membuat suasana hati buruk..
Gulf tidak sadarkan diri hampir 24 jam, dan ketika Tharn pergi ke rumah sakit sepulang kerja hari ini, ia masih terbaring tenang di ranjang dengan mata tertutup, seperti boneka keramik yang pucat dan rapuh.
Jemari runcing menyentuh pipinya, mengusapnya pelan, dan bulu mata gelap Gulf mulai bergetar beberapa kali, kemudian ia perlahan membuka matanya.
Tharn sedikit kaget dan menarik tangannya, "Kau sudah sadar?"
Setelah keguguran dan operasi yang dialaminya, perutnya masih terasa sakit, Gulf refleks membukan sedikit mulutnya, mengambil nafas dalam. Setelah menyadari sosok tinggi di samping ranjangnya, ia seketika terbelalak tidak percaya, dengan tubuh lemahnya memaksa dirinya untuk bangun meski kesulitan. Setengah sadar berkata, "Phi Tharn.."
"Phi.. Phi Tharn datang.. mengunjungiku?.."
Lampu kamar masih remang-remang dan ia belum bisa melihat sekitarnya dengan jelas.
Tharn terdiam sejenak, kemudian menyalakan lampu di tidur di sebelah ranjangnya. "Ini di rumah sakit."
Butuh beberapa menit sebelum Gulf akhirnya mengingatnya, bahwa ia terjatuh dari tangga dan mengalami pendarahan hebat..
Ia refleks menyentuh perut bagian bawahnya, usia bayinya lebih dari dua bulan, dan akan ada sedikit buncit pada perutnya, meski tidak terlalu terlihat, tapi ia bisa merasakannya.
Dan sekarang, perutnya benar-benar rata.
Matanya pun memerah, Gulf mendongak, memandang wajah tampan simetris Tharn. Seakan tidak mengerti, ia memberikan tatapan kosong dan bertanya, "Phi Tharn.. bayi..apa yang terjadi pada bayi disini."
"Ia sudah tiada." Alis Tharn mengerut, dan ia sedikit tidak tega melihatnya seperti ini.
"Jangan terlalu memikirkannya, makan makananmu, dan kau akan baik-baik saja besok."
Lagipula anak ini sangat bodoh, hal yang menyedihkan pun pasti akan dengan cepat dilupakannya.
Setidaknya untuk sekarang ia berpikir seperti itu.
Disaat bersamaan perawat pun masuk, membawakan sup jamur shitake dan dada ayam beserta bubur. Temperaturnya sudah tidak terlalu panas, sangat tepat untuk disantap sekarang. Tharn mengambilnya dari nakas, menyendoknya satu sendok penuh, dan membawanya pada mulut Gulf. Nada bicaranya masih sangat halus. "Buka mulutmu.."
Gulf tidak bereaksi, air mata mengalir pada pipi pucatnya, dan ia menggumam, "Ba.. bayinya pergi.. ba.. semua karena aku.."
"Aku jatuh dari tangga.. aku tidak melindunginya dengan baik.."
"Makanlah, ini tidak akan enak saat dingin nanti." Ucap Tharn sembari memberikan mangkuk bubur.
Hal seperti ini terjadi padanya, dan saat ini Gulf seperti tidak bisa mendengar apapun, terkurung di dunianya sendiri dan hanya bisa menangis, tanpa sadar ia mengangkat tangannya untuk menolak makanan dari Tharn. Meski tidak terlalu keras tapi entah bagaimana mangkuk yang dipegang Tharn terpeleset jatuh, cairan kental pun menenai badan Tharn, mengotori pakaian mahalnya.
Mendengar denting mangkuk yang jatuh ke lantai, Gulf yang baru menyadari perbuatannya pun ketakutan. Menatapnya seperti kelinci yang ketakutan. "Phi.. Phi Tharn.."
Tharn berdiri dengan wajah dingin. Memberikan tatapan merendahkan, dan berucap kata demi kata, "Kalau kau masih menangis lagi, aku akan meninggalkanmu sekarang juga.."
Bayinya tiada, dan dia tahu kalau anak bodoh ini sangat bersedih, ia berusaha bersabar dan membujuknya, tapi jika anak bodoh ini terus menguras kesabarannya, Tidak ada gunanya ia terus berlaku baik.
Tbc!
Vote&Komennya jangan lupa yaa..
KAMU SEDANG MEMBACA
Little Fool Gulf
FanfictionGulf tidak seperti layaknya anak laki-laki lain, ia sedikit lebih lamban dalam banyak hal. Meski begitu ia mandiri dan bisa menghidupi dirinya sendiri dengan bekerja menjadi pelayan di suatu kafe kecil. Entah suatu kemalangan atau keberuntungan ia b...