Chapter 106 : Jangan Terlalu Cepat Senang

642 92 21
                                    

No edit, maaf klo banyak typo..
----------------------------

"Sungguh?"

Tharn seketika berbalik terkejut, gerakannya terlalu cepat membuat luka di punggungnya terdampak, sangat sakit hingga kedua alisnya menekuk, ia telah berbaring sepanjang hari membuat tubuhnya juga kaku.

Gulf mendekat panik, ketakutan, "Phi Tharn.. kau.. apa yang salah denganmu?"

"Tidak apa.. hanya luka ringan.." Tharn tersenyum dan berucap dengan serak, "Kau baru saja berjanji kepadaku, asal kondisiku membaik, kau akan ikut aku pulang."

"Ehm." Gulf mengangguk dengan cepat, menggenggam tangannya, dan air matanya kembali jatuh, "Aku berjanji.. Phi Tharn juga harus berjanji kepadaku kalau Phi akan segera membaik."

Sakit Tharn sepertinya kali ini cukup serius, suhu tubuhnya masih tinggi, belum sepenuhnya mereda, dan kondisinya juga lemah, terlihat sangat tidak nyaman.

Tapi bagaimanapun melihatnya di depan Gulf ia berusaha terlihat baik-baik saja.

Dengan susah payah ia merentangkan tangannya untuk menghapus air mata di pipi anak bodoh itu, dan dengan nada memanjakan dan tidak berdaya ia berkata, "Jangan menangis lagi, kau cengeng, bayi kita masih di dalam perutmu, kau harus kuat, bagaimana kalau ia lahir nanti dan menjadi cengeng sepertimu.."

Gulf merasa sangat buruk saat kembali mengingat penyakit Tharn, setidaknya ia tahu kalau kanker tidak mudah untuk disembuhkan, beberapa tahun yang lalu, penduduk di desanya ada yang meninggal karena penyakit ini, dan seluruh warga desa tahu.

Ia tidak pernah berpikir kalau nasib buruk seperti ini akan menimpa Tharn, meski ia melihat Tharn tetap tersenyum, tapi ia bisa melihat jug kalau ia sedang kesakitan.

Ibunya telah mati meninggalkannya, dan ia belum bisa menerima kalau sampai Tharn juga akan mati meninggalkannya.

Gulf kesulitan mengontrol emosinya saat ini, dan ia ingin terus menangis, tapi ia juga tahu kalau ia melanjutkannya akan mempengaruhi kondisi Tharn, jadi ia berusaha kembali menahannya, tapi suaranya masih bergetar, ia pun meraih selimut Tharn.

"Dimana.. bagian mana Phi terluka? Aku.. aku akan melihat lukamu."

"Tidak apa, hanya tidak sengaja terjatuh, tidak terlalu serius." Tharn meraih tangannya dan menggenggamnya dalam telapak tangannya.

Telah dipukuli ayahnya karena meninggalkan pernikahannya, masalah ini terlalu memalukan untuk Tharn akui, dan ia tidak ingin Gulf tahu, ia tidak ingin imej kuat dan tingginya dimata Gulf terpengaruh.

"Sungguh? Sungguh tidak serius?" Gulf sangat khawatir, sepasang mata merahnya penuh dengan orang yang terbaring di depannya.

Tharn sangat menyukai perasaan ini, ia penuh senyum dan berkata, "Aku ingin memelukmu."

"Tidak akan sakit lagi kalau aku bisa memelukmu."

Ia perlahan bergeser ke sisi ranjang, menepuk bagian kosong di sebelahnya, dan mengisyaratkan Gulf untuk naik.

Gulf tertegun melihatnya, dan beberapa detik kemudian mulai melepaskan mantel tebalnya, meletakkannya di sofa, kemudian melepaskan sepatunya, dan dengan kikuk berusaha naik ke ranjang.

Seketika setelah ia berbaring ia langsung berada dalam pelukan hangat Tharn. Dahi keduanya menempel bersama, nafas mereka bertaut dengan intim, dan ujung bibir Tharn tertarik penuh kepuasan.

"Aku tidak pernah merasa seperti ini."

Telapak tangan lebar Tharn jatuh ke pinggang Gulf, suhu panasnya menembus tubuhnya, Gulf ragu-ragu untuk sesaat kemudian perlahan balas memeluk tubuh Tharn, dan bermeditasi dalam hatinya.

Little Fool GulfTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang